Pertumbuhan dan Dayasaing Sektor Pertanian Berdasarkan Analisis

80 Pada Tabel 5 terlihat jelas bahwa persentase pertumbuhan sektor perekonomian tertinggi adalah sektor listrik, gas dan air minum yaitu sebesar 95,19 persen. Sektor tersebut mengalami pertumbuhan yang pesat, karena didukung oleh meningkatnya pendapatan masyarakat yang tercermin dari pertumbuhan PDRB tiap tahunnya meningkat. Peningkatan rata-rata dari tahun 2004 hingga 2013 sebesar 3,87 persen. Di sisi lain pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor bangunan juga sangat mempengaruhi kebutuhan listrik, karena pada sektor indusri listrik merupakan sumber energi yang sangat mendukung proses produksi seperti pengerak mesin-mesin industri dan peralatan pendukung lainnya. Sementara pada sektor bangunan, dengan meningkatnya industri perumahan maka jumlah kebutuhan listrik pun meningkat. Pada tahun 2004 kontribusi sektor listrik, gas dan air minum terhadap PDRB Kabupaten Batang adalah sebesar Rp 13,27 miliar dan meningkat pada tahun 2013 menjadi sebesar Rp 25,91 miliar, terjadi peningkatan sebesar Rp 12,64 miliar dengan persentase pertumbuhan 95,19 persen. Adapun tabel pertumbuhan pertumbuhan PDRB Kabupaten Batang, yaitu sebagai berikut : 81 Tabel 5. Perubahan PDRB Kabupaten Batang Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2004 dan 2013 juta rupiah Sumber : BPS Kabupaten Batang, 2005, 2009 dan 2013 diolah Persentase pertumbuhan sektor perekonomian terendah terjadi pada sektor pertanian yang tumbuh sebesar 22,32 persen. Pada tahu 2004 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Batang adalah sebesar Rp 518,43 miliar dan meningkat pada tahun 2013 menjadi sebesar Rp 668,02 miliar. Selama periode 2004 hingga 2013 sektor ini meningkat sebesar Rp 149,59 miliar. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pertumbuhan sektor pertanian diantaranya faktor iklim yang tidak menentu yang mengakibatkan gagal panen, kekeringan pada musim kemarau panjang akibat pendangkalan sungai-sungai yang digunakan sebagai irigasi pada lahan pertanian, mahalnya harga pupuk dan obat-obatan serta maraknya konversi lahan pertanian menjadi non pertanian sehingga mempengaruhi produktivitas hasil pertanian. Berdasarkan data yang bersumber dari BPS Jawa Tengah tahun 2012, pada tahun 2008 hingga 2012 konversi lahan sawah menjadi lahan non sawah yaitu seluas 88 Persen 2004 2013 ∆ PDRB 1. Pertanian 518.432,69 668.023,87 149.591,18 28,85 2. Pertambangan dan Penggalian 27.027,50 35.794,26 8.766,77 32,44 3. Industri Pengolahan 565.348,09 754.637,61 189.289,52 33,48 4. Listrik, Gas dan Air Minum 13.274,51 25.910,15 12.635,64 95,19 5. Bangunan 110.361,49 168.596,88 58.235,39 52,77 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 321.473,64 481.033,63 159.559,99 49,63 7. Pengangkutan dan Komunikasi 72.575,58 109.106,18 36.530,61 50,33 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 67.336,02 113.245,35 45.909,33 68,18 9. Jasa-jasa 223.150,63 390.132,30 166.981,68 74,83 Jumlah Total PDRB 1.918.980,13 2.746.480,23 827.500,10 43,12 Tahun Lapangan Usaha ∆ PDRB 82 hektar. Pada tahun 2008 lahan sawah seluas 22.568 hektar menjadi 22.480 hektar pada tahun 2012. Sementara itu, hal yang sama terjadi pada Provinsi Jawa Tengah, pada tahun 2004 nilai riil PDRB Provinsi Jawa Tengah atas dasar harga konstan 2000 adalah sebesar Rp 135,79 triliun dan meningkat pada tahun 2013 menjadi Rp 223,10 triliun Tabel 6. Sedangkan pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan sebesar Rp 87,31 triliun 64,30 persen. Pada Tabel 6 terlihat jelas bahwa persentase pertumbuhan sektor ekonomi tertinggi adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 88,24 persen. Sektor ini pada tahun 2004 memberikan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp 1,33 triliun dan pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp 2,50 triliun. Sedangkan persentase laju pertumbuhan sektor ekonomi terendah terjadi pada sektor pertanian, yaitu sebesar 331,14 persen. Pada tahun 2004 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah adalah sebesar Rp 28,60 triliun dan meningkat pada tahun 2013 menjadi Rp 37,51 triliun. Selama periode 2004 hingga 2013 sektor ini mengalami peningkatan sebesar Rp 8,90 triliun. Sektor yang memiliki nilai perubahan PDRB terbesar dan terendah. Sektor yang memiliki perubahan nilai PDRB terbesar yaitu sektor industri pengolahan sebesar Rp 29,10 triliun. Nilai ini diperoleh dari selisih antara PDRB sektor industri pengolahan tahun 2013 sebesar Rp 44,00 triliun dengan PDRB sektor industri pengolahan tahun 2004 sebesar 83 Rp 73,10 triliun. Adapun selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini : Tabel 6. Perubahan PDRB Provinsi Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2004 dan 2013 juta rupiah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2005, 2009 dan 2013 diolah Sektor yang mengalami perubahan PDRB terendah yaitu sektor listrik, gas dan air minum yaitu sebesar Rp 908,08 miliar. Nilai ini diperoleh dari selisih antara PDRB sektor listrik, gas dan air minum tahun 2013 sebesar Rp 1,97 triliun dengan PDRB sektor listrik, gas dan air minum tahun 2004 sebesar Rp 1,06 miliar.

5.2.2. Rasio PDRB Total dan Sektoral Kabupaten Batang dan Provinsi

Jawa Tengah tahun 2004-2013 Semua sektor perekonomian Kabupaten Batang dan Provinsi Jawa Tengah pada umumnya mengalami peningkatan. Di setiap sektor perekonomian mempunyai rasio yang berbeda-beda baik pada PDRB Kabupaten Batang maupun Provinsi Jawa Tengah. Rasio yang dimiliki setiap sektor pada umumnya terlihat terlihat dari nilai Ra, Ri dan ri. Nilai Persen 2004 2013 ∆ PDRB 1. Pertanian 28.606.237,28 37.513.957,62 8.907.720,34 31,14 2. Pertambangan dan Penggalian 1.330.759,58 2.504.980,10 1.174.220,52 88,24 3. Industri Pengolahan 43.995.611,83 73.092.337,30 29.096.725,47 66,14 4. Listrik, Gas dan Air Minum 1.065.114,58 1.973.195,73 908.081,15 85,26 5. Bangunan 7.448.715,40 13.449.631,46 6.000.916,06 80,56 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 28.343.045,24 50.209.544,03 21.866.498,79 77,15 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6.510.447,43 12.238.463,10 5.728.015,67 87,98 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4.826.541,38 9.073.225,04 4.246.683,66 87,99 9. Jasa-jasa 13.663.399,59 23.044.405,96 9.381.006,37 68,66 Jumlah Total PDRB 135.789.872,31 223.099.740,34 87.309.868,03 64,30 ∆ PDRB Lapangan Usaha Tahun 84 Ra diperoleh dari perhitungan selisih antara jumlah PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 dengan Jumlah PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun 2004 dibagi dengan jumlah PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun 2004. Antara tahun 2004-2013 nilai Ra adalah sebesar 0,64 Tabel 6 Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah meningkat sebesar 0,64. Nilai Ri diperoleh dari perhitungan selisih antara PDRB Provinsi Jawa Tengah sektor i pada tahun 2013 dengan PDRB Provinsi Jawa Tengah sektor i pada tahun 2004 dibagi dengan PDRB Provinsi Jawa Tengah sektor i tahun 2004. Kontribusi pada setiap sektor perekonomian mengalami peningkatan, sehingga seluruh sektor perekonomian memiliki nilai Ri yang positif. Nilai Ri terbesar terdapat pada sektor pertambangan dan penggalian; sektor pengangkutan dan komunikasi; dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, ketiga sektor tersebut memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 0,88. Hal ini dikarenakan laju pertumbuhan sektor tersebut adalah terbesar dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan nilai Ri terkecil terdapat pada sektor pertanian, yaitu sebesar 0,31. Hal ini terjadi karena sektor pertanian mengalami laju pertumbuhan yang rendah. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 7, sebagai berikut: 85 Tabel 7. Rasio PDRB Kabupaten Batang dan Provinsi Jawa Tengah Sumber : BPS Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah, 2005, 2009 dan 2013 diolah Selanjutnya nilai ri diperoleh dari perhitungan selisih antara PDRB sektor i di Kabupaten Batang tahun 2013 dengan PDRB sektor i Kabupaten Batang tahun tahun 2004 dibagi dengan PDRB Kabupaten Batang sektor i tahun 2004. Nilai ri terbesar terdapat pada sektor listrik, gas dan air minum, yaitu sebesar 0,95 karena sektor ini didukung oleh peningkatan kebutuhan listrik dan peningkatan jumlah pelanggan listrik maupun pelanggan PDAM yang setiap tahunnya meningkat. Sedangkan nilai ri terkecil terdapat pada sektor pertanian yaitu sebesar 0,29. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yang diantaranya faktor kekeringan, cuaca yang tidak menentu yang mengakibatkan gagal panen, mahalnya sarana produksi pertanian, maraknya konversi lahan pertanian menjadi nonpertanian sehingga sektor pertanian mengalami laju pertumbuhan yang menurun dan kecil. 1. Pertanian 0,64 0,31 0,29 2. Pertambangan dan Penggalian 0,64 0,88 0,32 3. Industri Pengolahan 0,64 0,66 0,33 4. Listrik, Gas dan Air Minum 0,64 0,85 0,95 5. Bangunan 0,64 0,81 0,53 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 0,64 0,77 0,50 7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,64 0,88 0,50 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,64 0,88 0,68 9. Jasa-jasa 0,64 0,69 0,75 ri Ri Lapangan Usaha Ra 86

5.2.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Batang Tahun

2004-2013 Suatu pembangunan wilayah dipengaruhi oleh faktor-faktor komponen pertumbuhan wilayah. Komponen pertumbuhan wilayah tersebut terdiri dari komponen pertumbuhan regional PR, komponen pertumbuhan proporsional PP, dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah PPW. Komponen pertumbuhan regional diperoleh dari hasil perhitungan antara rasio PDRB Provinsi Jawa Tengah Ra dikali dengan PDRB Kabupaten Batang sektor i tahun tahun dasar analisis 2004. Ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut terjadi disebabkan oleh adanya perubahan kebijakan ekonomi di tingkat provinsi dan adanya perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian pada sektor-sektor perekonomian Kabupaten Batang. Jika dilihat secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2004 hingga 2013 telah mempengaruhi peningkatan PDRB Kabupaten Batang sebesar Rp 1,23 triliun 64,30 persen. Berdasarkan Tabel 8, sektor-sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Batang mengalami peningkatan kontribusi. Sektor perekonomian yang memiliki peningkatan kontribusi terbesar yaitu terdapat pada sektor industri pengolahan sebesar Rp 363,50 miliar. Hal ini didorong dengan adanya peningkatan jumlah unit usaha industri yang terdapat di Kabupaten Batang. Peningkatan rata-rata jumlah usaha industri dari tahun 2005 hingga 2012 sebanyak 77 unit usaha industri BPS 87 Kabupaten Batang, 2012. Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi terendah yaitu sektor listrik, gas dan air minum sebesar Rp 70,96 miliar. Sementara itu, sektor pertanian mengalami peningkatan kontribusi terbesar kedua yaitu Rp 333,34 miliar. Adapun selengkapnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini : Tabel 8. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Batang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Tahun 2004-2013 Sumber : BPS Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah, 2005, 2009 dan 2013 diolah Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa sektor industri pengolahan dan sektor pertanian merupakan sektor yang sangat dipengaruhi oleh perubahan kebijakan pemerintah di tingkat Provinsi Jawa Tengah. Jika terjadi perubahan kebijakan pemerintah, maka kontribusi sektor tersebut beserta subsektornya akan mengalami perubahan. Selanjutnya pertumbuhan proporsional, diperoleh dari hasil kali antara PDRB Kabupaten Batang sektor i tahun dasar analisis 2004 dengan selisih antara Ri dan Ra. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut: Juta Rupiah PRij 1. Pertanian 333.340,69 64,30 2. Pertambangan dan Penggalian 17.378,08 64,30 3. Industri Pengolahan 363.506,25 64,30 4. Listrik, Gas dan Air Minum 8.535,21 64,30 5. Bangunan 70.959,98 64,30 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 206.700,40 64,30 7. Pengangkutan dan Komunikasi 46.664,48 64,30 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 43.295,56 64,30 9. Jasa-jasa 143.480,89 64,30 Total 1.233.861,54 Lapangan Usaha Pertumbuhan Regional PRij 88 Tabel 9. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Batang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional, Tahun 2004-2013 Sumber : BPS Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah, 2005, 2009 dan 2013 diolah Semua sektor ekonomi pada tabel tersebut memiliki nilai PP positif PP ij 0, kecuali sektor pertanian. Sektor yang memiliki nilai PP positif artinya sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat dalam perekonomian. Sektor ekonomi yang memiliki persentase PP tertinggi adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 23,94 persen. Sektor ini memiliki pertumbuhan tercepat di Kabupaten Batang. Pada periode 2004-2013 industri perumahan di Kabupaten Batang mengalami peningkatan, sehingga permintaan terhadap bahan bangunan hasil dari sektor pertambangan dan penggalian meningkat. Selanjutnya sektor perekonomian yang memiliki nilai persentase PP negatif PP ij 0 adalah sektor pertanian. Sektor ini memiliki nilai presentase PP terendah yaitu -33,16 persen. Itu menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki pertumbuhan yang lamban dalam perekonomian di Kabupaten Batang. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor yang diantaranya faktor iklim yang tidak menentu yang mengakibatkan gagal panen, kekeringan pada musim Juta Rupiah PPij 1. Pertanian 171.905,50 33,16 2. Pertambangan dan Penggalian 6.470,14 23,94 3. Industri Pengolahan 10.389,63 1,84 4. Listrik, Gas dan Air Minum 2.782,19 20,96 5. Bangunan 17.950,65 16,27 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 41.314,69 12,85 7. Pengangkutan dan Komunikasi 17.188,89 23,68 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 15.950,75 23,69 9. Jasa-jasa 9.729,70 4,36 Total 50.128,86 Lapangan Usaha Pertumbuhan Proporsional PPij 89 kemarau panjang akibat pendangkalan sungai-sungai yang digunakan sebagai irigasi pada lahan pertanian, mahalnya harga pupuk dan obat- obatan serta maraknya konversi lahan pertanian menjadi non pertanian sehingga mempengaruhi produktivitas hasil pertanian beberapa daerah Provinsi Jawa Tengah yang mempengaruhi produktivitas pertanian di seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah termasuk Kabupaten Batang. Selanjutnya pada Tabel 10 dapat dilihat tentang komponen pertumbuhan pangsa wilayah PPW dengan ketentuan yaitu sektor yang memiliki nilai PPW ij 0 atau positif maka sektor tersebut termasuk kedalam sektor yang memiliki daya saing yang baik. Sedangkan sektor yang memiliki nilai PPW ij 0 atau negatif maka sektor tersebut termasuk dalam sektor yang memiliki daya saing yang kurang baik. Pada Tabel 10, sektor unggulan yang memiliki nilai PPW positif PPW ij 0 adalah sektor listrik, gas dan air minum dan sektor jasa-jasa. Sektor listrik, gas dan air minum memiliki nilai PPW sebesar Rp 1,32 miliar 9,93 persen, sedangkan sektor jasa-jasa memiliki nilai PPW sebesar Rp 13,77 miliar 6,17 persen. Sektor-sektor tersebut termasuk kedalam sektor unggulan yang memiliki daya saing yang baik. Sektor unggulan lainnya yang memiliki nilai PPW negatif PPW ij 0 adalah sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor bangunan; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Adapun selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10 sebagai berikut: 90 Tabel 10. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Batang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, Tahun 2004-2013 Sumber : BPS Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah, 2005, 2009 dan 2013 diolah Nilai PPW sektor pertanian yaitu sebesar Rp -11,84 miliar -2,28 persen; sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar Rp -15,08 miliar -55,80 persen; sektor bangunan yaitu sebesar Rp -30,67 miliar - 27,80 persen; dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar Rp -13,34 miliar -19,81 persen. Sektor-sektor tersebut termasuk kedalam sektor unggulan yang memiliki daya saing yang kurang baik. Pada Tabel 10 terlihat bahwa sektor nonunggulan semuanya memiliki nilai PPW negatif PPW ij 0 adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar Rp -184,61 miliar -32,65 persen; sektor perdagangan, restoran dan hotel yaitu sebesar Rp -88,45 miliar -27,52 persen; dan sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar Rp -27,32 miliar 37,65 persen. Sektor- sektor tersebut termasuk kedalam sektor nonunggulan yang memiliki daya saing yang kurang baik. Sektor unggulan yang memiliki laju pertumbuhan pangsa wilayah terbesar adalah sektor listrik, gas dan air minum yaitu sebesar 9,93 persen, Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPWij Juta Rupiah PPWij 1. Pertanian 11.844,01 2,28 2. Pertambangan dan Penggalian 15.081,45 55,80 3. Industri Pengolahan 184.606,37 32,65 4. Listrik, Gas dan Air Minum 1.318,24 9,93 5. Bangunan 30.675,24 27,80 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 88.455,09 27,52 7. Pengangkutan dan Komunikasi 27.322,77 37,65 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 13.336,98 19,81 9. Jasa-jasa 13.771,09 6,17 Total 356.232,58 Lapangan Usaha 91 hal ini dikarenakan daya saing sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan sektor yang sama di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan sektor yang memiliki laju PPW terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar -55,80 persen, hal ini dikarenakan di daerah Kabupaten Batang sektor penggalian masih berupa usaha bersekala kecil. Komoditi yang digali antara lain: pasir, batu kali, batu kapur, dan tanah liat yang jumlahnya terbatas. Hal ini mengakibatkan daya saing sektor pertambangan dan penggalian menjadi rendah dan kurang baik. Pada Tabel 10 sektor pertanian memiliki nilai PPW Rp 11,84 miliar dengan nilai persentase PPW -2,28. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor tersebut daya saingnya tidak terlalu rendah, karena di Kabupaten Batang sebagian besar wilayahnya adalah lahan pertanian dan secara geografis terletak di daerah pesisir sehingga komoditi perikanan sangat potensial di sana.

5.2.4. Pertumbuhan dan Dayasaing Sektor-sektor Unggulan

Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa penelitian ini akan melihat daya saing dan pertumbuhan dari sektor pertanian di Kabupaten Batang. Untuk melihat profil pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Batang dapat dilakukan dengan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan. Nilai-nilai yang terdapat pada empat kuadran tersebut diperoleh dari nilai persentase pertumbuhan proporsional PP dan nilai persentase pertumbuhan pangsa wilayah PPW. Berdasarkan nilai-nilai tersebut 92 nantinya dapat terlihat masing-masing sektor pada setiap kuadran. Adapun nilai persentase pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah, yaitu sebagai berikut : Tabel 11. Nilai Persentase PP dan PPW di Kabupaten Batang Sumber : BPS Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah, 2005, 2009 dan 2013 diolah Jika dilihat secara keseluruhan, nilai persentase pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah hanya terdapat dua sektor yang ke dua nilainya bersifat positif. Sektor-sektor tersebut yaitu sektor listrik, gas dan air minum dan sektor jasa-jasa. Selanjutnya, sektor yang memiliki nilai PP dan PPW keduanya negatif dan nilai persentase keduanya terendah adalah sektor pertanian. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki pertumbuhan yang lambat dan semakin menurun serta memiliki daya saing yang rendah dibandingkan daerah lain di Provinsi Jawa Tengah. Mengingat besarnya peran sektor pertanian dalam perekonomian di Kabupaten Batang terutama pada besarnya kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Batang dan besarnya penyerapan tenaga kerja, maka perlu adanya analisis lebih lanjut mengenai peran sub sektor pertanian dalam pembangunan daerah di Kabupaten Batang. 1. Pertanian 33,16 2,28 2. Pertambangan dan Penggalian 23,94 55,80 3. Industri Pengolahan 1,84 32,65 4. Listrik, Gas dan Air Minum 20,96 9,93 5. Bangunan 16,27 27,80 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 12,85 27,52 7. Pengangkutan dan Komunikasi 23,68 37,65 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 23,69 19,81 9. Jasa-jasa 4,36 6,17 Lapangan Usaha PP PPW 93 Analisis tersebut untuk menganalisis sub sektor pertanian apa saja yang menjadi sub sektor unggulan dan bagaimana pertumbuhan dan daya saing sub sektor pertanian di Kabupaten Batang. Sehingga dapat diketahui bagaimana rumusan prioritas pengembangan sub sektor pertanian dalam memajukan sektor pertanian secara keseluruhan. Untuk mengetahui posisi sektor pertanian dalam perekonomian di Kabupten Batang, berikut adalah profil pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang dapat diihat secara keseluruhan dalam ke empat kuadran, yaitu sebagai berikut : Gambar 12. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Batang Periode 2004-2013 70.00 PPW 60.00 I 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 -20.00 -30.00 -40.00 III -50.00 II -60.00 -70.00 -10.00 PP IV 10 20 30 40 50 -50 -40 -30 -20 -10 Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Restoran dan Hotel Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa 94 Berdasarkan Gambar 12, terlihat bahwa profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Batang periode 2004 hingga 2013 terlihat pada setiap kuadrannya yaitu kuadran I, II, III, dan IV sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisis, pada kuadran I terdapat sektor listrik, gas dan air minum dan sektor jasa-jasa. Hal ini artinya, sektor-sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan memiliki daya saing yang tinggi untuk wilayah tersebut jika dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Tengah. 2. Pada kuadran II terdapat sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor bangunan; sektor perdagangan, restoran dan hotel; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Artinya sektor-sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tetapi memiliki daya saing yang rendah untuk wilayah tersebut dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Tengah. 3. Pada kuadran III terdapat sektor pertanian, yang artinya bahwa sektor ini memiliki laju pertumbuhan yang lambat dan memiliki daya saing yang rendah jika dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Tengah. 4. Sedangkan pada kuadran IV tidak terdapat sektor apapun yang artinya tidak ada sektor perekonomian di Kabupaten Batang yang memiliki laju pertumbuhan yang lambat, tetapi memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Tengah. 95

5.3. Sub Sektor Pertanian Unggulan Kabupaten Batang Periode 2004-2013

Berdasarkan Pendekatan Location Quotient LQ Nilai LQ merupakan indikator untuk menyatakan sektor unggulan dan nonunggulan. Ketika suatu sektor memiliki nilai LQ lebih besar dari satu maka sektor tersebut termasuk ke dalam sektor unggulan, yang artinya peranan suatu sektor dalam perekonomian Kabupaten Batang lebih besar daripada peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Hasil perhitungan analisis LQ menurut pendekatan pendapatan untuk seluruh sub sektor pertanian yang ada di Kabupaten Batang, yaitu sebagai berikut : Tabel 13. Nilai LQ Sub Sektor Pertanian Kabupaten Batang Tahun 2004-2013 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2005, 2009 dan 2013 diolah Berdasarkan nilai rata-rata LQ pada tabel di atas, sub sektor pertanian yang tidak termasuk sub sektor pertanian unggulan adalah sub sektor tanaman bahan makanan. Sub sektor tersebut memiliki nilai koefisien LQ 1 0,81, yang artinya kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan dalam perekoniman Kabupaten Batang lebih kecil daripada kontribusi sub sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya, Rata-rata Keterangan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 LQ 1. Tanaman Bahan Makanan 0,76 0,78 0,80 0,82 0,83 0,83 0,83 0,82 0,80 0,80 0,81 Nonunggulan 2. Tanaman Perkebunan 2,44 2,29 2,02 1,92 1,89 1,88 1,96 1,96 1,99 1,96 2,03 Unggulan 3. Peternakan dan Hasilnya 1,25 1,20 1,14 1,01 0,98 0,97 0,95 0,95 0,98 0,96 1,04 Unggulan 4. Kehutanan 1,57 1,33 1,47 1,55 1,62 1,57 1,50 1,49 1,55 1,56 1,52 Unggulan 5. Perikanan 1,05 1,15 1,42 1,48 1,47 1,48 1,59 1,60 1,64 1,69 1,46 Unggulan Lapangan Usaha Tahun 96 sub sektor pertanian yang termasuk pada sub sektor unggulan di Kabupaten Batang yaitu:

1. Sub Sektor Perkebunan

Selama periode 2004 –2013, nilai koefisien LQ 1, yang artinya kontribusi sub sektor perkebunan dalam sektor pertanian Kabupaten Batang lebih besar daripada kontribusi sub sektor tersebut dalam sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah.

2. Sub Sektor Peternakan dan Hasilnya

Selama periode 2004 –2013, nilai koefisien LQ 1, yang artinya kontribusi sub sektor peternakan dan hasilnya dalam sektor pertanian Kabupaten Batang lebih besar daripada kontribusi sub sektor tersebut dalam sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah.

3. Sub Sektor Kehutanan

Selama periode 2004 –2013, nilai koefisien LQ 1, yang artinya kontribusi sub sektor kehutanan dalam sektor pertanian Kabupaten Batang lebih besar daripada kontribusi sub sektor tersebut dalam sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah.

4. Sub Sektor Perikanan

Selama periode 2004 –2013, nilai koefisien LQ 1, yang artinya kontribusi sub sektor perikanan dalam sektor pertanian Kabupaten Batang lebih besar daripada kontribusi sub sektor tersebut dalam sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah.