101
Gambar 16. Grafik Laju Pertumbuhan Sub Sektor Bahan Makanan Tahun 2008
– 2012.
Sumber: BPS Kabupaten Batang, 2012 diolah Dari grafik di atas terlihat jelas sub sektor tanaman bahan
makanan mengalami penurunan setiap tahunnya. Sementara itu jika dilihat dari konstribusinya sub sektor ini juga mengalami penurunan setiap
tahunnya.
Gambar 17. Grafik Konstribusi Sub Sektor Bahan Makanan Tahun 2008
– 2012. Sumber: BPS Kabupaten Batang, 2012 diolah
Dari grafik di atas terlihat jelas konstribusi sub sektor ini setiap tahunnya mengalami penurunan kontribusi. Hal ini terjadi karena produksi
komoditi-komoditi sub sektor ini mengalami penurunan jumlah produksi. Komoditi utama sub sektor ini adalah padi yang lima tahun terakhir 2008-
102 2012 cenderung mengalami penurunan jumlah produksi yang dapat
dilihat pada grafik sebagai berikut :
Gambar 18. Grafik Produksi Padi Tahun 2008 – 2012 Kw.
Sumber: BPS Kabupaten Batang, 2012 diolah
Pada gambar 17 tersebut terlihat jelas pada tahun 2008 jumlah produksi padi sebesar 2.113.990 Kw dan pada tahun 2009 sebesar
2.028.842 Kw sehingga mengalami penurunan sebesar 85.147 Kw di tahun 2009. Di tahun 2010 jumah produksi meningkat 126.566 Kw menjadi
2.155.408 Kw. Pada tahun selanjutnya tahun 2011 dan 2012 kembali mengalami penurunan jumlah produksi. Kemudian hal yang sama juga
terjadi pada komodi palawija yang hampir setiap tahunnya pengalami penurunan jumlah produksi, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 18
sebagai berikut :
103
Gambar 19. Grafik Produksi Palawija Tahun 2008 – 2012.
Sumber: BPS Kabupaten Batang, 2012 diolah
Dari gambar di atas, produksi komoditi palawija yang terdiri dari jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kedelai, kacang hijau,
dan kentang setiap tahunnya cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut tentunya perlu adanya perhatian dari pemerintah untuk
meningkatkan jumlah produksi komoditi-komoditi tersebut, mengingat besarnya kontribusi sub sektor ini terhadap PDRB di Kabupaten Batang.
Berdasarkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah PPW sub sektor tanaman bahan makanan memiliki nilai PPW positif 4,72 persen,
yang artinya sub sektor ini memiliki daya saing yang baik. Hal ini ditunjukkan bahwa Kabupaten Batang merupakan produsen padi. Sebesar
28,44 persen 22.433,13 Ha dari total luas wilayah Kabupaten Batang dimanfaatkan untuk lahan sawah BPS Kabupaten Batang, 2012. Selain
itu, Secara geografis kondisi wilayah Kabupaten Batang merupakan
104 kombinasi antara daerah pantai, dataran rendah dan pegunungan sehingga
komoditi yang dihasilkan beragam. Jika, dilihat dari nilai pergeseran bersih PB, sub sektor ini memiliki nilai PB negatif -1,76 yang artinya
sub sektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Batang memiliki pertumbuhan yang tidak progressive.
5.5.2. Sub Sektor Tanaman Perkebunan
Di Kabupaten Batang sub sektor tanaman perkebunan merupakan sub sektor unggulan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien LQ 0
2,03, yang artinya kontribusi sub sektor tanaman perkebunan dalam perekoniman Kabupaten Batang lebih besar daripada kontribusi sub sektor
tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan berdasarkan analisis Shift Share sub sektor ini memiliki nilai pertumbuhan
proporsional PP positif 3,98 persen, yang artinya sub sektor tanaman perkebunan di Kabupaten Batang memiliki pertumbuhan cepat. Hal
tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya kontribusi sub sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Batang pada lima tahun terakhir yaitu tahun
2008-2012, selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 20. Grafik Laju Kontribusi Sub Sektor Tanaman Perkebunan Terhadap PDRB Kabupaten Batang Tahun 2008
– 2012. Sumber: BPS Kabupaten Batang, 2012 diolah
105 Pada Gambar 19 tersebut, terlihat jelas kontribusi sub sektor ini
setiap tahunnya cenderung meningkat. Pada tahun 2008 sub sektor ini memiliki kontribusi terhadap PDRB ADHK sebesar 17,57 persen; pada
tahun 2009 mengalami peningkatan kontribusi menjadi 17,95 persen. Namun, pada tahun 2010 mengalami penurunan kontribusi menjadi 17,63
persen. Di tahun selanjutnya, tahun 2011 dan 2012 kembali mengalami peningkatan kontribusi terhadap PDRB ADHK masing-masing menjadi
18,18 persen dan 18,45 persen. Berdasarkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah sub sektor
tanaman perkebunan memiliki nilai PPW negatif -28,65 persen, yang artinya sub sektor ini tidak memiliki daya saing dibandingkan daerah lain
di Provinsi Jawa tengah. Hal tersebut dikarenakan komoditi yang dihasilkan dari sub sektor ini kurang memiliki keunggulan komparatif,
yang di antaranya sebagian besar komoditi ini merupakan usaha skala kecil yang lokasinya tersebar, pemanfaatan lahan untuk komoditi-komoditi
sub sektor ini masih kecil sehingga komoditi yang dihasilkan relatif rendah. Jika, dilihat dari nilai pergeseran bersih PB, sub sektor ini
memiliki nilai PB negatif -24,66 yang artinya sub sektor tanaman perkebunan di Kabupaten Batang memiliki pertumbuhan yang tidak
progressive.
5.5.3. Sub Sektor Peternakan dan Hasilnya
Di Kabupaten Batang sub sektor peternakan dan hasilnya merupakan sub sektor unggulan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien
106 LQ 0 1,04, yang artinya kontribusi sub sektor peternakan dan hasilnya
dalam perekoniman Kabupaten Batang lebih besar daripada kontribusi sub sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan
berdasarkan analisis Shift Share sub sektor ini memiliki nilai pertumbuhan proporsional PP positif 44,09 persen, yang artinya sub sektor
peternakan dan hasilnya di Kabupaten Batang memiliki pertumbuhan cepat. Hal tersebut tercermin dari laju kontribusi sub sektor ini terhadap
PDRB Kabupaten Batang lima tahun terakhir 2008-2012 semakin meningkat setiap tahunnya.
Gambar 21. Grafik Laju Kontribusi Sub Sektor Tanaman Perkebunan Terhadap PDRB Kabupaten Batang Tahun 2008
– 2012. Sumber: BPS Kabupaten Batang, 2012 diolah
Dari grafik di atas terlihat jelas dari tahun 2008 –2012 setiap
tahunnya sub sektor ini mengalami peningkatan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Batang. Kontribusi rata-rata setiap tahunnya yaitu sebesar
12,89 persen. Sedangkan laju pertumbuhan rata-rata pada tahun 2008 –
2012, yaitu sebesar 4,19 persen BPS Kabupaten, 2012. Berdasarkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah sub sektor
peternakan dan hasilnya memiliki nilai PPW negatif -42,62 persen, yang artinya sub sektor ini tidak memiliki daya saing dibandingkan daerah lain
107 di Provinsi Jawa tengah. Hal tersebut dikarenakan komoditi yang
dihasilkan dari sub sektor ini kurang memiliki keunggulan komparatif. Usaha peternakan di Kabupaten Batang pada umumnya masih berskala
kecil dan wilayahnya tersebar. Jika, dilihat dari nilai pergeseran bersih PB, sub sektor ini memiliki nilai PB positif 1,46 yang artinya sub
sektor peternakan dan hasilnya di Kabupaten Batang memiliki pertumbuhan yang progressive.
5.5.4. Sub Sektor Kehutanan
Di Kabupaten Batang sub sektor kehutanan merupakan sub sektor unggulan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien LQ 0 1,52, yang
artinya kontribusi sub sektor kehutanan dalam perekoniman Kabupaten Batang lebih besar daripada kontribusi sub sektor tersebut dalam
perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan berdasarkan analisis Shift Share sub sektor ini memiliki nilai pertumbuhan proporsional PP
positif 7,06 persen, yang artinya sub sektor Kehutanan di Kabupaten Batang memiliki pertumbuhan cepat. Hal tersebut tercermin dari laju
kontribusi sub sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Batang lima tahun terakhir 2008-2012 yang dapat dilihat pada gambar grafik di bawah ini :
Gambar 22. Grafik Laju Kontribusi Sub Kehutanan Terhadap PDRB Kabupaten Batang Tahun 2008
– 2012. Sumber: BPS Kabupaten Batang, 2012 diolah
108 Dari Gambar 21 tersebut, terlihat kontribusi sub sektor kehutanan
terhadap PDRB Kabupaten Batang dari tahun 2008 – 2012 masing-masing
yaitu 2,74 persen pada tahun 2008; 2,66 persen pada tahun 2009; 2,71 persen pada tahun 2010; 2,76 persen pada tahun 2011; dan 2,73 persen
pada tahun 2012. Sedangkan laju pertumbuhan rata-rata dari tahun 2008 –
2012 adalah sebesar 2,14 persen. Berdasarkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah sub sektor
peternakan dan hasilnya memiliki nilai PPW negatif -3,12 persen, yang artinya sub sektor ini kurang memiliki daya saing dibandingkan daerah
lain di Provinsi Jawa tengah. Hal ini terkait jumlah luas lahan hutan di Kabupaten Batang lebih kecil jika di bandingkan daerah lain di Provinsi
Jawa Tengah dan tingginya ilegal loging yang tercermin dari banyaknya kerusakan hutan di sana. Jika, dilihat dari nilai pergeseran bersih PB, sub
sektor ini memiliki nilai PB positif 3,94 yang artinya sub sektor kehutanan di Kabupaten Batang memiliki pertumbuhan yang progressive.
5.5.5. Sub Sektor Perikanan
Di Kabupaten Batang sub sektor perikanan merupakan sub sektor unggulan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien LQ 0 1,46, yang
artinya kontribusi sub perikanan dalam perekoniman Kabupaten Batang lebih besar daripada kontribusi sub sektor tersebut dalam perekonomian
Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan berdasarkan analisis Shift Share sub sektor ini memiliki nilai pertumbuhan proporsional PP negatif 8,72
persen, yang artinya sub sektor perikanan di Kabupaten Batang memiliki pertumbuhan lambat. Hal tersebut tercermin dari laju pertumbuhan sub
109 sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Batang lima tahun terakhir 2008-
2012 cenderung menurun, selengkapnya dapat dilihat pada gambar grafik sebagai berikut :
Gambar 23. Grafik Laju pertumbuhan Sub Sektor Perikanan Kabupaten Batang Tahun 2008
– 2012. Sumber: BPS Kabupaten Batang, 2012 diolah
Pada gambar grafik di atas terlihat pada tahun 2008 sub sektor perikanan mengalami pertumbuhan sebesar 5,01 persen kemudian pada
tahun 2009 sub sektor ini mengalami penurunan tajam sebesar -0,18 persen di bandingkan tahun sebelumnya. Selanjutnya pada tahun 2010
mengalami pertumbuhan kembali sebesar 6,53 persen. Pada tahun selanjutnya, kembali mengalami penurunan 6,05 persen pada tahun 2011
dan 5,70 persen pada tahun 2012. Berdasarkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah sub sektor
perikanan memiliki nilai PPW positif 69,72 persen, yang artinya sub sektor ini memiliki daya saing yang baik dibandingkan daerah lain di
Provinsi Jawa tengah. Secara geografis Kabupaten memiliki keunggulan komparatif jika dibandingkan daerah lain dilihat dari sub sektor perikanan.
Kabupaten Batang merupakan daerah yang memiliki wilayah pesisir dan dilalui jalur pantura yang tentunya komoditi perikanan sangat potensial
110 dan strategis untuk dikembangkan. Daerah pesisir merupakan daerah yang
memiliki kekayaan laut yang melimpah. Jika, dilihat dari nilai pergeseran bersih PB, sub sektor ini memiliki nilai PB positif 61,00 yang artinya
sub sektor kehutanan di Kabupaten Batang memiliki pertumbuhan yang
progressive.
5.6. Rumusan Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian Dalam
Pembangunan Daerah Di Kabupaten Batang.
Berdasarkan hasil analisis Location Quotient LQ hampir semua sub sektor pertanian termasuk sub sektor unggulan, terkecuali sub sektor
tanaman bahan makanan, yang artinya kontribusi masing-masing sub sektor unggulan tersebut dalam perekoniman Kabupaten Batang lebih besar
daripada kontribusi sub sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Dalam upaya meningkatkan peran sub sektor pertanian terhadap
pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Batang, Pemerintah Kabupaten Batang perlu memprioritaskan sub sektor unggulan. Sub sektor unggulan
yang perlu diprioritaskan Pemerintah dalam pembangunan daerah Kabupaten Batang dapat dilihat dalam analisis lebih lanjut, yaitu
perbandingan pergeseran bersih dan daya saingnya. Adapun analisisnya dapat dilihat pada Tabel 16 sebagai berikut :
111 Tabel 16. Perbandingan Pergeseran Bersih dan Dayasaing Sub Sektor
Pertanian di Kabupaten Batang Tahun 2004 dan 2013 juta rupiah
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2005, 2009 dan 2013 diolah
Berdasarkan hasil analisis di atas, sub sektor pertanian yang memiliki daya saing adalah sub sektor tanaman bahan makanan dengan nilai
PPW 4,72 dan sub sektor perikanan dengan nilai PPW 69,72, yang di tunjukkan dengan nilai PPW positif. Sementara sub sektor lainnya tidak
memiliki daya saing karena memiliki nilai PPW negatif. Selanjutnya sub sektor pertanian yang meiliki pertumbuhan progressive adalah sub sektor
peternakan dan hasilnya dengan nilai PB 1,46; sub sektor kehutanan dengan nilai PB 3,94; dan sub sektor perikanan dengan nilai PB 61,00. Ketiga sub
sektor tersebut memiliki nilai PB yang positif. Selebihnya sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor perkebunan memiliki nilai PB
negatif. Sub sektor pertanian yang memiliki dayasaing yang baik dan pertumbuhan progressive adalah sub sektor perikanan.
Berdasarkan Tabel 16, maka dalam pembangunan daerah di Kabupaten Batang pemerintah perlu merumuskan prioritas pembangunan
karena mengingat keterbatasan APBD. Dengan penentuan prioritas tersebut diharapkan pembangunan daerah dapat terlaksanan dengan efektif, sehingga
Peringkat Sektor Dayasaing
Pergeseran Unggulan LQ
PPW Bersih PB
1. Tanaman Bahan Makanan Nonunggulan
4,72 1,76
2. Tanaman Perkebunan Unggulan
28,65 24,66
3. Peternakan dan Hasilnya Unggulan
42,62 1,46
4. Kehutanan Unggulan
3,12 3,94
5. Perikanan Unggulan
69,72 61,00
Sektor Ekonomi