Pembangunan Daerah dan Perencanaan Pembangunan Daerah

23 pembangunan daerah berkembang dengan baik maka diharapkan bahwa kemandirian daerah dapat tumbuh dan berkembang sendiri mandiri atas dasar kekuatan sendiri. Dengan demikian maka kenaikan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut tidak terlalu bergantung dari pusat tetapi relatif cukup didorong dari daerah yang bersangkutan Soekartawi, 1990.

2.5. Pembangunan Pertanian

Secara umum dapat dikemukakan bahwa pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan, memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha, serta mengisi dan memperluas pasar, baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Ini dilakukan melalui pertanian yang maju, efisien, dan tangguh sehingga makin mampu meningkatkan dan menganekaragamkan hasil, meningkatkan mutu dan derajat pengolahan produksi dan menunjang pembangunan wilayah Kamaluddin, 1998. Pembangunan pertanian patut mengedepankan potensi kawasan dan kemampuan masyarakatnya. Keunggulan komparatif yang berupa sumber daya alam perlu diiringi dengan peningkatan keunggulan kompetitif yang diwujudkan melalui penciptaan sumber daya manusia tani yang makin profesional. Masyarakat tani terutama masyarakat tani tertinggal sebagai sasaran pemberdayaan masyarakat perlu terus didampingi sebagai manusia tani yang makin maju, mandiri, sejahtera, dan berkeadilan. Sumber daya 24 alam dan manusia patut menjadi dasar bagi pengembangan pertanian masa depan Wibowo, 2002. Rencana pembangunan pertanian di masa yang akan datang, khususnya di era otonomi daerah, perlu disusun berdasarkan suatu konsep pembangunan pertanian yang mengedepankan eksistensi petani sebagai produsen yang memerlukan topangan infrastruktur dan kebijakan agar: i proses untuk menghasilkan produk massa hayati dapat berlangsung secara efektif dan efisien, ii produk yang dihasilkan dapat ditingkatkan nilai ekonominya melalui proses pengolahan yang tepat, iii produk yang telah diolah memiliki ketahanan kualitas terhadap rentang waktu selama proses pemasaran, iv produk memiliki daya saing di pasaran dalam dan luar negeri Usman et.al., 2001. Pembangunan pertanian harus mampu memanfaatkan secara maksimal keunggulan sumber daya wilayah dan dapat berkelanjutan, maka kebijaksanaan pembangunan pertanian harus dirancang dalam perspektif ekonomi wilayah. Pembanguan pertanian dalam konteks wilayah semakin relevan dengan berlakunya UU RI Nomor 22 dan Nomor 25 tahun 1999, yang kemudian dijabarkan dalam PP Nomor 2 tahun 2000. Dalam kebijaksanaan pembangunan pertanian saat ini secara implisit dirancang dalam perspektif ekonomi wilayah. Hal ini terlihat jelas dari peran daerah dalam merencanakan dan mengimplementasikan program-program. Pemerintah Pusat dalam hal ini hanya merancang pelaksanaan yang bersifat makro, sedangkan Pemerintah Daerah merancang pelaksanaan pencapaian target sesuai dengan kondisi wilayah. Dalam perspektif kebijakan yang