Pengertian Respon Konsep Tentang Respon

31 b Komponen Afektif sikap Respon afektif berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai sesorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang disenangi khayalak terhadap sesuatu . c Komponen Konatif tindakan Respon yang berhubungan dengan perilaku nyata, meliputi tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku. Dengan kata lain respon ini menunjukan intensitas sikap, yaitu kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. d Suatu sikap terbentuk pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Mengenai reaksi yang dapat diberikan individu terdapat objek sikap dapat dijelaskan bahwa objek akan dipersespsi oleh individu yang bersangkutan.

3. Faktor- Faktor Terbentuknya Respon

Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi jika terpenuhi faktor penyebabnya. Hal ini perlu diketahui supaya individu yang bersangkutan dapat menanggapi dengan baik. Pada proses awalnya individu mengadakan tanggapan tidak hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar. Tidak semua stimulus itu mendapat respons individu, sebab individu melakukan terhadap stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik dirinya. Dengan demikian maka akan ditanggapi adalah individu selain tergantung pada stimulus juga bergantung pada keadaan individu itu sendiri. Dengan kata lain, stimulus akan mendapat pemilihan dan individu 32 akan bergantung pada 2 faktor, yaitu: a Faktor internal, yaitu faktor yang ada di dalam diri setiap individu manusia terdiri dari unsur, yaitu jasmani dan rohani. Kondisi kedua unsur tersebut sangat berpengaruh ketika seseorang mengadakan respons terhadap suatu keadaan. Apabila salah satu unsur mengalami gangguan, maka respon yang dihasilkan akan berbeda intensitasnya. b Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada di luar diri setiap individu lingkungan atau lazim disebut sebagai stimulus. Stimulus merupakan kegiatan bagian penting dalam proses terbentuknya suatu respons. Namun demikian, tidak semua stimulus mendapat respon dari individu. Supaya stimulus dapat disadari oleh individu, maka stimulus harus cukup kuat. Bila tidak, bagaimanapun besarnya perhatian dari individu, stimulus tidak akan ditanggapi atau disadari. Dengan demikian, ada batas kekuatan minimal tertentu yang harus dimiliki stimulus agar bisa memindahkan kesadaran pada individu. Batas kekuatan minimal stimulus tersebut lazim diistilahkan dengan “ambang absolut sebelah bawah” atau bisa juga disebut “ambang stimulus ”. 24

D. Minat

1. Pengertian minat

Setiap individu mempunyai kecenderungan fundamental untuk berhubungan dengan sesuatu yang berada dalam lingkungannya. Jika 24 Elizabeth B, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1991, h. 182 33 suatu itu memberikan kesenangan pada dirinya kemungkinan ia akan berminat sesuatu itu. Minat muncul apabila individu tertarik kepada sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan berarti bagi dirinya. Kebutuhan disini yaitu seperti kebutuhan akan aktualisasi diri, kebutuhan estetis, kebutuhan kognitif, kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan akan keamanan dan kebutuhan fisiologi. 25 Dilihat dari segi bahasa minat berarti “ kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan”. 26 Dalam ensiklopedi umum disebutkan bahwa minat adalah “kecenderungan bertingkah laku yang terarah pada obyek kegi atan atau pengalaman tertentu”. 27 WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia menyatakan bahwa minat adalah perkataan atau ungkapan, kesukaan kecenderungan hati kepada sesuatu . 28 Sedangkan minat menurut istilah, penulis kemukakan dari beberapa ahli psikologi sebagai berikut: a. Menurut Drs. Mahfudin Shal ahuddin minat adalah “perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan, minat adalah suatu sikap yang menyebabkan seseorang berbuat aktif dalam suatu kegiatan”. 29 25 Nigel C. Benson dan Simon Grove, Mengenal Psikologi For Beginners, Bandung: Mizan, 2000, cet. Ke- 1 h. 110 26 Tim Penyusun Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 19990, ce. Ke-3, h. 583 27 Hasan Shadily, Ensiklopedi, Jakarta: Ichtiar Barn- Van Heeve, 983, jilid IV, h. 2252 28 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PN, Balai Pustaka, 1984 h. 650 29 Mahfudhn Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990, h. 90