Teknik Pengelolaan Data Sejarah Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

44

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi ini yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat histogram dari residualnya. Menurut Priyatno menyatakan bahwa kriteria pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut: 15 1 Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal regresi memenuhi asumsi normalitas. 2 Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedatisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskdastisitas. Heteroskedastisitas menyebabkan penaksir atau estimator menjadi tidak efisien dan nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat tinggi. 15 Duwi Priyatno, Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS, Yogyakarta: Gava Media, 2013, h. 59 45 Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Scatterplot dapat dilihat pada output regresi. 16 c. Uji Multikoliniearitas 17 Uji Multikoliniearitas merupakan uji yang ditunjukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas variabel independen. Model uji regresi yang baik selayaknya tidak terjadi multikoliniearitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoliniearitas 18 : 1 Menganalisis korelasi antar variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi diatas 0,90 maka hal ini merupakan indikasi adanya multikoliniearitas. 2 Multikoliniearitas dapat juga diukur dengan VIF, jika VIF 10 maka tingkat koliniearitas dapat ditoleransi. d. Uji Autokorelasi Menurut Priyatno menyatakan bahwa autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual untuk pengamatan yang satu dengan pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun waktu. 16 Duwi Priyatno, Ibid. h. 103 17 Tony Wijaya, Analisis Multivariant, Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya, 2010, h. 51 18 Tony Wijaya, Cepat Menguasai SPSS 19 Untuk Olah dan Interpretasi, Yogyakarta: Cahaya Atma, 2011, h. 123 46 Regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah autokorelasi. 19 Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya. 20 Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya outokorelasi dalam yang Durbin Watson uji DW dengan ketentuan sebagai berikut: 1 Terjadi autokorelasi Positif, jika nilai DW dibawah -2 DW -2 2 Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau 2 ≤DW≤+2. 3 Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 atau DW +2.

3. Analisis Model Regresi

Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui respon pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diukur dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan konatif terhadap minat berasuransi syariah dengan bantuan SPSS 21.00. adapun model persamaan analisis regresi penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analsis Regresi Berganda

Regresi berganda adalah suatu perluasan dari teknik regresi apabila terdapat lebih dari satu variabel bebas untuk mengadakan prediksi terhadap variabel terikat. Analisis korelasi dan regresi berganda ini adalah analisis tentang hubungan antara satu dependent variabel 19 Duwi Priyatno, SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate, h. 61. 20 Wiratna Sujarweni, SPSS Untuk Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014, Cet. I, h. 186. 47 dengan dua atau lebih independen variabel. Jika ada lebih dari satu variabel bebas untuk mengestimasi nilai Y, persamaan tingkat pertama persamaan disebut pertemukaan regresi regression surface. 21 Regresi linear berganda ini didasarkan pada 3 variabel. Variabel independen yaitu: Kognitif X 1 , Afektif X 2 dan Konatif X 3 . Sedangkan variabel dependen ini adalah minat berasuransi syariah Y. Adapun model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 +e Dimana: Y = Variabel Dependen, yaitu minat berasuransi syariah. A = Koefisien konstanta b = Koefisien Regresi X 1 = Variabel Independen 1, yaitu Kognitif X 2 = Variabel Independen 2, yaitu Afektif X 3 = Variabel Independen 3, yaitu Konatif e = error, menunjukkan bagaimana tingkat fluktuasi dari penduga atau statistik Data yang berhasil dikumpulkan dari kuesioner selanjutnya akan diukur dengan pengukuran data ordinal dengan bobot hitung 1 sampai 5, dengan kategori sebagai berikut: 21 Suharsimi Arikunto, Edisi Revisi V.Renika Cipta, Jakarta: 2002, h. 264 48 Tabel 3.4 Format Responden Pegawai untuk Pernyataan Positif Respon Point Sangat Setuju SS 5 Setuju S 4 Netral N 3 Tidak Setuju TS 2 Sangat Tidak Setuju STS 1 b. Uji Koefisien Determinasi R 2 Koefisien Determinasi R 2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan variabel dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 nol dan 1 satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. 22 Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi untuk memprediksi variasi variabel dependen. Perhitungan koefisien determinasi secara manualnya adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Koefisien determinasi = ��� 2 x 100 ...rumus 3.1 Tabel 3.5 Pedoman Interprestasi Nilai Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0.00-0.199 Sangat Rendah 0.20-0.399 Rendah 0.40-0.599 Sedang 0.60-0.799 Kuat 0.80-0.1000 Sangat Kuat Sumber: Sugiono 2002 22 Algifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi, Yogyakarta, BPFE, 2013. Cet. Ke- 4, h. 20 49

4. Pengujian Hipotesis

a Uji t Pengujian secara terpisahParsial Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara individu variabel independen mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Uji ini digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independen. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1. Jika statistik t hitung statistik t tabel , maka H diterima. Jika t hitung statistik t t tabel , maka H ditolak. 2. Jika sig. 5 maka H ditolak, artinya ada pengaruh secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen. Jika sig 5 maka H diterima, artinya tidak ada pengaruh secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen. 3. Menentukan nilai t t hitung Menentukan nilai t t hitung perumusannya sebagai berikut: T hitung = 0 dengan rumus t hitung Dimana : = Koefisien variabel ke-i = Parameter ke-I yang dihipotesiskan Sb = Kesalahan standard Sb adalah standard eror dari koefisien regresi dengan rumus matematis sebagai berikut: 50 Sb = √ Se adalah standard error sampel ang dirumuskan sebagai berikut: Se = √ Dimana dapat dirumuskan sebagai berikut: = - ᵅ – b b Uji F Pengujian Secara SimultanBersama-sama Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. 23 Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: 1. Jika statistik F hitung statistic F tabel , maka H diterima H ditolak. Jika staistik F hitung F tabel maka H ditolak H diterima. 2. H diterima tolak H a jika sig 5, artinya tidak ada pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen. 3. Menentukan nilai F F hitung Menenukan F hitung perumusannya sebaqgai berikut: F= 23 Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Semarang: UNDIP, 2005, edisi ke-3. h. 166 51 Dimana: = Koefisien determinasi. n = Jumlah pengamaansampel. k-1 = Jumlah variabel independen.

5. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya atau jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan dalam perumusan masalah. 24 Dikatakan sementara karena baru merupakan jawaban yang berdasarkan teori-teori dalam arti masih perlu dilakukan pengujiannya secara empirik. 25 Pada umumnya hipotesis penelitian dirumuskan apabila metode atau pendekatan penelitian menggunakan pendekaan kuantitatif. Hipotesis penelitian ini terdiri atas dua macam, yaitu hipotesis H dan hipotesis kerja H a . Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa respon kognitif, afektif dan konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap minat berasuransi syariah mempunyai hipotesis sebagai berikut:. 1. H : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon kognitif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara parsial terhadap minat berasuransi syariah. 24 HM. Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2004, Cet. 1, h. 30 25 Farouk Muhammad, dkk. Modul V.op.cit. h. 3. Lihat Suharsimi Arikunto. 2005. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, h. 43-45 52 Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon kognitif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara parsial terhadap minat berasuransi syariah. 2. H : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon afektif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara parsial terhadap minat berasuransi syariah. Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon afektif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara parsial terhadap minat berasuransi syariah. 3. H : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara parsial terhadap minat berasuransi syariah. Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara parsial terhadap minat berasuransi syariah. 4. H : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon kognitif, afektif dan konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara simultan 53 terhadap minat berasuransi syariah. Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon kognitif, afektif dan konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara simultan terhadap minat berasuransi syariah.

H. Sejarah Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada 1 Juni 2007 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merayakan golden anniversary. Selama setengah abad, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah menjalankan mandatnya sebagai institusi pembelajaran dan transmisi ilmu pengetahuan, institusi riset yang mendukung proses pembangunan bangsa, dan sebagai institusi pengabdian masyarakat yang menyumbangkan program- program peningkatan kesejahteraan sosial. Selama setengah abad itu pula, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah melewati beberapa periode sejarah sehingga sekarang ini telah menjadi salah satu universitas Islam terkemuka di Indonesia. Secara singkat sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dibagi ke dalam beberapa periode, yaitu periode perintisan, periode fakultas IAIN al- Jami’ah, periode IAIN Syarif Hidayatullah, dan periode UIN Syarif Hidayatullah. 26 a. Periode Perintisan Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 031 tahun 2002. Sejarah pendirian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan mata rantai sejarah 26 Tim Penusun, Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2007, UIN Press 2007 54 perkembangan perguruan tinggi Islam Indonesia dalam menjawab kebutuhan pendidikan tinggi Islam modern yang dimulai jauh sebelum Indonesia merdeka. Pada zaman penjajahan Belanda, Dr. Satiman Wirjosandjojo, salah seorang Muslim terpelajar, tercatat pernah berusaha mendirikan Pesantren Luhur sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam. b. Periode ADIA 1957-1960 Kebutuhan tenaga fungsional bidang guru agama Islam yang sesuai dengan tuntutan modernitas pada dekade 1950-an mendorong Departemen Agama mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama ADIA di Jakarta. ADIA didirikan pada 1 Juni 1957 dengan tujuan mendidik dan mempersiapkan pegawai negeri guna mendapatkan ijazah pendidikan akademi dan semi akademi sehingga menjadi guru agama, baik untuk sekolah umum, sekolah kejuruan, maupun sekolah agama. Dengan pertimbangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan kelanjutan dari ADIA, hari jadi ADIA 1 Juni 1957 ditetapkan sebagai hari jadi atau Dies Natalis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sama seperti perguruan tinggi pada umumnya, masa studi di ADIA adalah 5 tahun yang terdiri dari tingkat semi akademi 3 tahun dan tingkat akademi 2 tahun. c. Periode Fakultas IAIN al- Jami’ah Yogyakarta 1960-1963 Dalam satu dekade, PTAIN memperlihatkan perkembangan menggembirakan. Jumlah mahasiswa PTAIN semakin banyak dengan area of studies yang semakin luas. Mahasiswa PTAIN tidak hanya datang dari berbagai wilayah Indonesia, tetapi juga datang dari negara tetangga seperti 55 Malaysia. Meningkatnya jumlah mahasiswa dan meluasnya area of studies menuntut perluasan dan penambahan, baik dari segi kapasitas kelembagaan, fakultas dan jurusan maupun komposisi mata kuliah. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ADIA di Jakarta dan PTAIN di Yogyakarta diintegrasikan menjadi satu lembaga pendidikan tinggi agama Islam negeri. d. IAIN With Wider Mandate IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu IAIN tertua di Indonesia yang bertempat di Ibukota Jakarta, menempati posisi yang unik dan strategis. Ia tidak hanya menjadi Jendela Islam di Indonesia, tetapi juga sebaga simbol bagi kemajuan pembangunan nasional, khususnya di bidang pembangunan sosial-keagamaan. Sebagai upaya untuk mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama, lembaga ini mulai mengembangkan diri dengan konsep IAIN dengan mandat yang lebih luas IAIN with Wider Mandate menuju terbentuknya Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

e. Periode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mulai 20 Mei 2002

Dengan keluarnya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 031 tanggal 20 Mei 2002 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 27 Peresmiannya dilakukan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Hamzah Haz, pada 8 Juni 2002 bersamaan dengan upacara Dies Natalis ke-45 dan Lustrum ke-9 serta pemancangan tiang pertama pembangunan Kampus UIN Syarif 27 Tim Penyusun, Prospektus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007, UIN Press, 2007 56 Hidayatullah Jakarta melalui dana Islamic Development Bank IDB. Satu langkah lagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menambah fakultas yaitu Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat sesuai surat keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 1338 DT2004 Tahun 2004 tanggal 12 April 2004 tentang ijin Penyelenggaraan Program Studi Kesehatan Masyarakat S1 pada Universitas Islam Negeri dan Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam tentang izin penyelenggaraan Program Studi Kesehatan Masyarakat Program Sarjana S1 pada Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor Dj.II372004 tanggal 19 Mei 2004. 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Responden

Data dibawah ini merupakan hasil dari kuesioner respon kognitif, afektif dan konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum. Sampel penelitian respon kognitif, afektif dan konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarat sebanyak 31 pegawai. informasi mengenai data responden dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada responden dengan menggunakan angketkuesioner. Dari data yang diperoleh telah diklasifikasikan mengenai data responden sebagai berikut: a. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase 1 Laki-Laki 21 68 2 Perempuan 10 32 Total 31 100 Sumber : Data Primer Kuesioner Berdasarkan tabel 4.1, Dari hasil data responden yang diterima, didapat bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 21 responden dari 31 responden atau sebanyak 68, sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 10 responden dari 31 responden atau sebanyak 32. Hal ini berarti responden laki-laki lebih mendominasi dari pada responden perempuan. 58 b. Identitas Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.2 Usia Responden No Usia Frekuensi Persentase 1 25-30 11 36 2 31-35 2 6 3 36-40 8 26 4 41-45 2 6 5 46-50 3 10 6 50 ke atas 5 16 Total 31 100 Sumber : Data Primer Kuesioner Berdasarkan tabel 4.2, dilihat dari segi usia, pegawai dominan berada pada rentan umur 25-30 tahun yaitu sebanyak 11 responden dari 31 responden atau sebanyak 36, kemudian yang terkecil berada pada usia 31-35 tahun yaitu sebanyak 2 responden dari 31 responden atau sebanak 6 dan usia 41- 45 tahun yaitu sebanyak 2 responden dari 31 responden atau sebanak 6, kemudian usia 36-40 tahun yaitu sebanyak 8 responden dari 31 responden atau sebanyak 26, kemudian usia 50 tahun ke atas sebanyak 5 responden dari 31 responden atau sebanyak 16, kemudian usia 46-50 tahun sebanyak 3 responden dari 31 responden atau sebanyak 10. c. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.3 Pendidikan Responden No Pendidikan Frekuensi Persentase 1 SMA 6 19 2 D3 1 3 3 S1 20 65 4 Pasca Sarjana 4 13 Total 31 100 Sumber : Data Primer Kuesioner 59 Berdasarkan tabel 4.3, menunjukkan bahwa responden yang mendominasi pada identitas berdasarkan pendidikan terakhir, yaitu responden dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 20 responden atau sebanyak 65, kemudian dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 6 responden atau sebanyak 19, kemudian dengan pendidikan terakhir Pasca Sarjana sebanyak 4 responden atau sebanyak 13, kemudian dengan pendidikan terakhir D3 sebanyak 1 responden atau sebanyak 3. d. Identitas Responden Berdasarkan Status Perkawinan Tabel 4.4 Status Perkawinan No Status Perkawinan Frekuensi Presentase 1 Menikah 28 90 2 Belum Menikah 3 10 Total 31 100 Sumber : Data Primer Kuesioner Berdasarkan tabel 4.4, menjelaskan identitas responden berdasarkan statusnya, dan dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa responden yang sudah menikah jauh lebih banyak dengan jumlah 28 responden atau sebanyak 90 , sementara untuk responden yang belum menikah yaitu berjumlah 3 responden atau sebanyak 10 . e. Identitas Responden Berdasarkan Penghasilan Tabel 4.5 Penghasilan No Penghasilan Frekuensi Presentase 1 3.000.000 5 16 2 3.000.000-4.999.999 12 39 3 5.000.000-7.000.000 12 39 4 7.000.000 2 6 Total 31 100 Sumber : Data Primer Kuesioner 60 Berdasarkan tabel 4.5, menunjukkan responden yang lebih mendominasi adalah responden yang pendapatan atau penghasilan perbulan antara Rp 3.000.000- Rp 4.999.999 sebanyak 12 responden atau sebanyak 39 dari 31 responden, Kemudian responden dengan penghasilan antara Rp 5.000.000-Rp 7.000.000 sebanyak 12 responden atau sebanyak 39 dari 31 responden, kemudian responden dengan pengasilan antara Rp. 3.000.000 sebanyak 5 responden atau sebanyak 16 dari 31 responden, kemudian responden dengan penghasilan antara Rp 7.000.000 sebanyak 2 responden atau 6 dari 31 responden.

B. Respon Kognitif, Afektif dan Konatif Pegawai Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Minat Berasuransi Syariah

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas bertujuan untuk mengukur apa yang akan diukur. Semakin tinggi validitas suatu alat tes, maka alat tes tersebut semakin mengenai pada sasarannya, atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur. Jadi, validitas menunjuk kepada ketepatan dan kecermatan tes dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukuranya, atau memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakannya tes tersebut. 1 1 Ety Rochaety, Metodologi Penelitian Bisnis, Jakarta, Mitra Wacana Media, 2007, h.57