44
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi ini yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Normalitas dapat
dideteksi dengan melihat histogram dari residualnya. Menurut Priyatno menyatakan bahwa kriteria pengambilan
keputusan yaitu sebagai berikut:
15
1 Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal regresi memenuhi asumsi normalitas.
2 Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedatisitas adalah
keadaan dimana
terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi
yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskdastisitas. Heteroskedastisitas menyebabkan penaksir atau estimator menjadi
tidak efisien dan nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat tinggi.
15
Duwi Priyatno, Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS, Yogyakarta: Gava Media, 2013, h. 59
45
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi. Jika titik-titik menyebar
dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Scatterplot dapat
dilihat pada output regresi.
16
c. Uji Multikoliniearitas
17
Uji Multikoliniearitas merupakan uji yang ditunjukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas variabel independen. Model uji regresi yang baik selayaknya tidak terjadi multikoliniearitas. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikoliniearitas
18
:
1 Menganalisis korelasi antar variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi diatas 0,90 maka hal ini
merupakan indikasi adanya multikoliniearitas. 2 Multikoliniearitas dapat juga diukur dengan VIF, jika VIF 10
maka tingkat koliniearitas dapat ditoleransi. d. Uji Autokorelasi
Menurut Priyatno menyatakan bahwa autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual untuk pengamatan yang satu
dengan pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun waktu.
16
Duwi Priyatno, Ibid. h. 103
17
Tony Wijaya, Analisis Multivariant, Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya, 2010, h. 51
18
Tony Wijaya, Cepat Menguasai SPSS 19 Untuk Olah dan Interpretasi, Yogyakarta: Cahaya Atma, 2011, h. 123
46
Regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah autokorelasi.
19
Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode
tertentu dengan variabel sebelumnya.
20
Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya outokorelasi dalam yang Durbin Watson uji DW
dengan ketentuan sebagai berikut: 1 Terjadi autokorelasi Positif, jika nilai DW dibawah -2 DW -2
2 Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau 2
≤DW≤+2. 3 Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 atau DW +2.
3. Analisis Model Regresi
Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui respon pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
diukur dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan konatif terhadap minat berasuransi syariah dengan bantuan SPSS 21.00. adapun model
persamaan analisis regresi penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Analsis Regresi Berganda
Regresi berganda adalah suatu perluasan dari teknik regresi apabila terdapat lebih dari satu variabel bebas untuk mengadakan prediksi
terhadap variabel terikat. Analisis korelasi dan regresi berganda ini adalah analisis tentang hubungan antara satu dependent variabel
19
Duwi Priyatno, SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate, h. 61.
20
Wiratna Sujarweni, SPSS Untuk Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014, Cet. I, h. 186.
47
dengan dua atau lebih independen variabel. Jika ada lebih dari satu variabel bebas untuk mengestimasi nilai Y, persamaan tingkat pertama
persamaan disebut pertemukaan regresi regression surface.
21
Regresi linear berganda ini didasarkan pada 3 variabel. Variabel independen
yaitu: Kognitif X
1
, Afektif X
2
dan Konatif X
3
. Sedangkan
variabel dependen ini adalah minat berasuransi syariah Y.
Adapun model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+e Dimana:
Y = Variabel Dependen, yaitu minat berasuransi syariah. A = Koefisien konstanta
b = Koefisien Regresi
X
1
= Variabel Independen 1, yaitu Kognitif X
2
= Variabel Independen 2, yaitu Afektif X
3
= Variabel Independen 3, yaitu Konatif e = error, menunjukkan bagaimana tingkat fluktuasi dari penduga
atau statistik
Data yang berhasil dikumpulkan dari kuesioner selanjutnya akan diukur dengan pengukuran data ordinal dengan bobot hitung 1 sampai 5,
dengan kategori sebagai berikut:
21
Suharsimi Arikunto, Edisi Revisi V.Renika Cipta, Jakarta: 2002, h. 264
48
Tabel 3.4 Format Responden Pegawai untuk Pernyataan Positif
Respon Point
Sangat Setuju SS 5
Setuju S 4
Netral N 3
Tidak Setuju TS 2
Sangat Tidak Setuju STS 1
b. Uji Koefisien Determinasi R
2
Koefisien Determinasi R
2
pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan variabel dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 nol dan 1 satu. Nilai R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
22
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi untuk memprediksi variasi variabel dependen. Perhitungan koefisien determinasi secara manualnya adalah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut : Koefisien determinasi = ���
2 x 100 ...rumus 3.1
Tabel 3.5 Pedoman Interprestasi Nilai Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.00-0.199 Sangat Rendah
0.20-0.399 Rendah
0.40-0.599 Sedang
0.60-0.799 Kuat
0.80-0.1000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiono 2002
22
Algifari, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi, Yogyakarta, BPFE, 2013. Cet. Ke- 4, h. 20
49
4. Pengujian Hipotesis
a Uji t Pengujian secara terpisahParsial
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara individu variabel independen mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Uji ini digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independen. Dasar pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut: 1. Jika statistik t
hitung
statistik t
tabel
, maka H diterima. Jika t
hitung
statistik t t
tabel
, maka H ditolak.
2. Jika sig. 5 maka H ditolak, artinya ada pengaruh secara
parsial variabel independen terhadap variabel dependen. Jika sig 5 maka H
diterima, artinya tidak ada pengaruh secara parsial
variabel independen terhadap variabel dependen.
3. Menentukan nilai t t
hitung
Menentukan nilai t t
hitung
perumusannya sebagai berikut: T
hitung
= 0 dengan rumus t
hitung
Dimana : = Koefisien variabel ke-i
= Parameter ke-I yang dihipotesiskan Sb = Kesalahan standard
Sb adalah standard eror dari koefisien regresi dengan rumus matematis sebagai berikut:
50
Sb =
√
Se adalah standard error sampel ang dirumuskan sebagai berikut:
Se =
√
Dimana dapat dirumuskan sebagai berikut:
= -
ᵅ
– b
b Uji F Pengujian Secara SimultanBersama-sama Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikan 0,05.
23
Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: 1. Jika statistik F
hitung
statistic F
tabel
, maka H diterima H
ditolak. Jika staistik F
hitung
F
tabel
maka H ditolak H
diterima. 2. H
diterima tolak H
a
jika sig 5, artinya tidak ada pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen.
3. Menentukan nilai F F
hitung
Menenukan F
hitung
perumusannya sebaqgai berikut: F=
23
Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Semarang: UNDIP, 2005, edisi ke-3. h. 166
51
Dimana: = Koefisien determinasi.
n = Jumlah pengamaansampel. k-1 = Jumlah variabel independen.
5. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya atau jawaban sementara terhadap
pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan dalam perumusan masalah.
24
Dikatakan sementara karena baru merupakan jawaban yang berdasarkan teori-teori dalam arti masih perlu dilakukan pengujiannya
secara empirik.
25
Pada umumnya hipotesis penelitian dirumuskan apabila metode atau pendekatan penelitian menggunakan pendekaan kuantitatif.
Hipotesis penelitian ini terdiri atas dua macam, yaitu hipotesis H dan
hipotesis kerja H
a
. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa respon kognitif, afektif dan konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap minat berasuransi syariah mempunyai hipotesis sebagai berikut:.
1. H : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
respon kognitif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara parsial terhadap minat
berasuransi syariah.
24
HM. Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2004, Cet. 1, h. 30
25
Farouk Muhammad, dkk. Modul V.op.cit. h. 3. Lihat Suharsimi Arikunto. 2005. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, h. 43-45
52
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon kognitif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
secara parsial
terhadap minat
berasuransi syariah. 2. H
: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon afektif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta secara parsial terhadap minat
berasuransi syariah.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon afektif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
secara parsial
terhadap minat
berasuransi syariah. 3. H
: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta secara parsial terhadap minat
berasuransi syariah.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
secara parsial
terhadap minat
berasuransi syariah. 4. H
: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon kognitif, afektif dan konatif pegawai Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara simultan
53
terhadap minat berasuransi syariah.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel respon kognitif, afektif dan konatif pegawai Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara simultan terhadap minat berasuransi syariah.
H. Sejarah Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada 1 Juni 2007 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merayakan golden anniversary. Selama setengah abad, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah
menjalankan mandatnya sebagai institusi pembelajaran dan transmisi ilmu pengetahuan, institusi riset yang mendukung proses pembangunan bangsa,
dan sebagai institusi pengabdian masyarakat yang menyumbangkan program- program peningkatan kesejahteraan sosial. Selama setengah abad itu pula,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah melewati beberapa periode sejarah sehingga sekarang ini telah menjadi salah satu universitas Islam terkemuka di
Indonesia. Secara singkat sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dibagi ke dalam beberapa periode, yaitu periode perintisan, periode fakultas
IAIN al- Jami’ah, periode IAIN Syarif Hidayatullah, dan periode UIN Syarif
Hidayatullah.
26
a. Periode Perintisan Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 031 tahun 2002. Sejarah pendirian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan mata rantai sejarah
26
Tim Penusun, Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2007, UIN Press 2007
54
perkembangan perguruan tinggi Islam Indonesia dalam menjawab kebutuhan pendidikan tinggi Islam modern yang dimulai jauh sebelum
Indonesia merdeka. Pada zaman penjajahan Belanda, Dr. Satiman Wirjosandjojo, salah seorang Muslim terpelajar, tercatat pernah berusaha
mendirikan Pesantren Luhur sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam. b. Periode ADIA 1957-1960
Kebutuhan tenaga fungsional bidang guru agama Islam yang sesuai dengan tuntutan modernitas pada dekade 1950-an mendorong Departemen
Agama mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama ADIA di Jakarta. ADIA didirikan pada 1 Juni 1957 dengan tujuan mendidik dan mempersiapkan
pegawai negeri guna mendapatkan ijazah pendidikan akademi dan semi akademi sehingga menjadi guru agama, baik untuk sekolah umum, sekolah
kejuruan, maupun sekolah agama. Dengan pertimbangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan kelanjutan dari ADIA, hari jadi ADIA 1
Juni 1957 ditetapkan sebagai hari jadi atau Dies Natalis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sama seperti perguruan tinggi pada umumnya, masa
studi di ADIA adalah 5 tahun yang terdiri dari tingkat semi akademi 3 tahun dan tingkat akademi 2 tahun.
c. Periode Fakultas IAIN al-
Jami’ah Yogyakarta 1960-1963
Dalam satu dekade, PTAIN memperlihatkan perkembangan menggembirakan. Jumlah mahasiswa PTAIN semakin banyak dengan area
of studies yang semakin luas. Mahasiswa PTAIN tidak hanya datang dari berbagai wilayah Indonesia, tetapi juga datang dari negara tetangga seperti
55
Malaysia. Meningkatnya jumlah mahasiswa dan meluasnya area of studies menuntut perluasan dan penambahan, baik dari segi kapasitas kelembagaan,
fakultas dan jurusan maupun komposisi mata kuliah. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ADIA di Jakarta dan PTAIN di Yogyakarta
diintegrasikan menjadi satu lembaga pendidikan tinggi agama Islam negeri. d. IAIN With Wider Mandate
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu IAIN tertua di Indonesia yang bertempat di Ibukota Jakarta, menempati posisi yang unik
dan strategis. Ia tidak hanya menjadi Jendela Islam di Indonesia, tetapi juga sebaga simbol bagi kemajuan pembangunan nasional, khususnya di
bidang pembangunan
sosial-keagamaan. Sebagai
upaya untuk
mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama, lembaga ini mulai mengembangkan diri dengan konsep IAIN dengan mandat yang lebih luas
IAIN with Wider Mandate menuju terbentuknya Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
e. Periode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mulai 20 Mei 2002
Dengan keluarnya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 031 tanggal 20 Mei 2002 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi berubah
menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
27
Peresmiannya dilakukan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Hamzah Haz, pada 8 Juni 2002
bersamaan dengan upacara Dies Natalis ke-45 dan Lustrum ke-9 serta pemancangan tiang pertama pembangunan Kampus UIN Syarif
27
Tim Penyusun, Prospektus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007, UIN Press, 2007
56
Hidayatullah Jakarta melalui dana Islamic Development Bank IDB. Satu langkah lagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menambah fakultas yaitu
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat sesuai surat keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
1338 DT2004 Tahun 2004 tanggal 12 April 2004 tentang ijin Penyelenggaraan Program Studi Kesehatan Masyarakat S1 pada
Universitas Islam Negeri dan Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam tentang izin penyelenggaraan Program Studi Kesehatan
Masyarakat Program Sarjana S1 pada Universitas Islam Negeri UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor Dj.II372004 tanggal 19 Mei 2004.
57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Responden
Data dibawah ini merupakan hasil dari kuesioner respon kognitif, afektif dan konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum. Sampel penelitian respon
kognitif, afektif dan konatif pegawai Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarat sebanyak 31 pegawai. informasi mengenai data
responden dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada responden dengan menggunakan angketkuesioner. Dari data yang diperoleh telah
diklasifikasikan mengenai data responden sebagai berikut: a. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden
No Jenis Kelamin
Frekuensi Persentase
1 Laki-Laki
21 68
2 Perempuan
10 32
Total 31
100 Sumber : Data Primer Kuesioner
Berdasarkan tabel 4.1, Dari hasil data responden yang diterima, didapat bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 21 responden dari
31 responden atau sebanyak 68, sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 10 responden dari 31 responden atau sebanyak 32. Hal
ini berarti responden laki-laki lebih mendominasi dari pada responden perempuan.
58
b. Identitas Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2 Usia Responden
No Usia
Frekuensi Persentase
1 25-30
11 36
2 31-35
2 6
3 36-40
8 26
4 41-45
2 6
5 46-50
3 10
6 50 ke atas
5 16
Total 31
100 Sumber : Data Primer Kuesioner
Berdasarkan tabel 4.2, dilihat dari segi usia, pegawai dominan berada pada rentan umur 25-30 tahun yaitu sebanyak 11 responden dari 31 responden
atau sebanyak 36, kemudian yang terkecil berada pada usia 31-35 tahun yaitu sebanyak 2 responden dari 31 responden atau sebanak 6 dan usia 41-
45 tahun yaitu sebanyak 2 responden dari 31 responden atau sebanak 6, kemudian usia 36-40 tahun yaitu sebanyak 8 responden dari 31 responden atau
sebanyak 26, kemudian usia 50 tahun ke atas sebanyak 5 responden dari 31 responden atau sebanyak 16, kemudian usia 46-50 tahun sebanyak 3
responden dari 31 responden atau sebanyak 10. c. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.3 Pendidikan Responden
No Pendidikan
Frekuensi Persentase
1 SMA
6 19
2 D3
1 3
3 S1
20 65
4 Pasca Sarjana
4 13
Total 31
100 Sumber : Data Primer Kuesioner
59
Berdasarkan tabel
4.3, menunjukkan bahwa
responden yang
mendominasi pada identitas berdasarkan pendidikan terakhir, yaitu responden dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 20 responden atau sebanyak 65,
kemudian dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 6 responden atau sebanyak 19, kemudian dengan pendidikan terakhir Pasca Sarjana sebanyak
4 responden atau sebanyak 13, kemudian dengan pendidikan terakhir D3 sebanyak 1 responden atau sebanyak 3.
d. Identitas Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Tabel 4.4 Status Perkawinan
No Status Perkawinan
Frekuensi Presentase
1 Menikah
28 90
2 Belum Menikah
3 10
Total 31
100 Sumber : Data Primer Kuesioner
Berdasarkan tabel 4.4, menjelaskan identitas responden berdasarkan statusnya, dan dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa responden yang sudah
menikah jauh lebih banyak dengan jumlah 28 responden atau sebanyak 90 , sementara untuk responden yang belum menikah yaitu berjumlah 3 responden
atau sebanyak 10 . e. Identitas Responden Berdasarkan Penghasilan
Tabel 4.5 Penghasilan
No Penghasilan
Frekuensi Presentase
1 3.000.000
5 16
2 3.000.000-4.999.999
12 39
3 5.000.000-7.000.000
12 39
4 7.000.000
2 6
Total 31
100 Sumber : Data Primer Kuesioner
60
Berdasarkan tabel 4.5, menunjukkan responden yang lebih mendominasi adalah responden yang pendapatan atau penghasilan perbulan antara Rp
3.000.000- Rp 4.999.999 sebanyak 12 responden atau sebanyak 39 dari 31 responden, Kemudian responden dengan penghasilan antara Rp 5.000.000-Rp
7.000.000 sebanyak 12 responden atau sebanyak 39 dari 31 responden, kemudian responden dengan pengasilan antara Rp. 3.000.000 sebanyak 5
responden atau sebanyak 16 dari 31 responden, kemudian responden dengan penghasilan antara Rp 7.000.000 sebanyak 2 responden atau 6 dari 31
responden.
B. Respon Kognitif, Afektif dan Konatif Pegawai Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Minat Berasuransi Syariah
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas bertujuan untuk mengukur apa yang akan diukur. Semakin tinggi validitas suatu alat tes, maka alat tes tersebut semakin
mengenai pada sasarannya, atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur. Jadi, validitas menunjuk kepada ketepatan dan
kecermatan tes dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan
fungsi ukuranya, atau memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakannya tes tersebut.
1
1
Ety Rochaety, Metodologi Penelitian Bisnis, Jakarta, Mitra Wacana Media, 2007, h.57