Landasan Hukum Asuransi Syariah

26 mengembangkannya dengan jalan yang halal. 14

4. Asuransi Dalam Perspektif Islam

Ada beberapa kalangan Islam yang meragukan kebenaran konsep asuransi dilihat dari kacamata Islam. Menurut kalangan tersebut, asuransi dianggap merupakan bentuk usaha yang menentang takdir qadla dan qadar, karena pada dasarnya Islam mengakui bahwa musibah, kecelakaan dan kematian merupakan takdir Allah. Memang alasan tersebut tidak dapat disalahkan, akan tetapi Islam juga selalu melihat segala sesuatu secara universal. Berbagai interprestasi mengenai makna ayat-ayat Al-quran dan Hadits yang bersifat konstan-absolut dapat digunakan menjadi modal utama dalam menjawab tantangan dan perkembangan jaman yang bersifat positif relatif, termasuk menanggapi masalah asuransi ini. Jadi sistem proteksi atau asuransi dibenarkan sejauh telah memenuhi syarat-syarat lain dalam konsep muamalat secara Islami. Dalam konsep muamalat secara Islami, setidaknya ada beberapa hal yang jelas diharamkan, yaitu adanya unsur gharar ketidakjelasan dana, unsur maisir judigambling, riba, zhulum penganiayaan risywah suap, barang haram dan pembuatan maksiat. Sementara itu, hukum bilangan besar yang menjadi teori dasar dari cara kerja asuransi dalam memperkirakan masa depan, merupakan aplikasi dari kaidah fiqhiyyah, al- „adah muhakkamah. Di mana kaidah tersebut menjelaskan bahwa dijadikan landasan hukum bagi peristiwa berikutnya. 14 M. Syakir Sula, Asuransi Syariah, Konsep dan Sistem Operasional, Jakarta: Gema Insani, 2004, h. 176 27 Interaksi ini mengharuskan adanya persesuain dengan nilai dasar yang ada dalam syariah Islam. 15

5. Peluang Asuransi Syariah

Seiring dengan kemajuan dunia perbankan syariah, asuransi syariah juga berkembang pesat, seperti pembentukan Syarikat Takaful Indonesia pada tahun 1994, sedangkan asuransi konvensional yang ditandai dengan pembentukan asuransi jiwa bersama Bumi Putra, didirikan tahun 1912. Walaupun asuransi syariah lebih muda dari asuransi konvensional. Faktanya menunjukkan bahwa asuransi konvensional sejak tahun 1912 hingga tahun 2005 rata-rata hanya mencapai 1,69 perusahaan 1 untuk setiap tahunnya, sedangkan asuransi syariah ternyata bisa mencapai pertumbuhan rata-rata 2,45 perusahaan 8 dalam satu tahun. 16 Puncak kenaikannya asuransi syariah secara kuantitatif terjadi pada awal-awal hingga pertengahan tahun 2002-an, tepatnya pada tahun 2002 sampai tahun 2006, bila diakhir tahun 1990an, di Indonesia baru terdapat dua perusahaan asuransi syariah Syarikat Takaful dan Mubarakah, maka pada tahun pertama tahun 2000-an justru meningkat menjadi 29 perusahaan. Terhitung sejak tahun 1994 hingga tahun 2007 bahkan meningkat mencapai 130 perusahaan asuransi syariah pertahun di Indonesia 17. 17 15 Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam suatu tinjauan analisis historis, teoritis, dan praktisis, Jakarta: permada media, 2004. h. 26 16 M. Amin Suma, Menggali Akar, Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam Tangerang: Kholam Publishing, 2008, h. 408-409 17 Ibid, h. 410 28

C. Konsep Tentang Respon

1. Pengertian Respon

Ditinjau dari segi gramatika, kata “respon” berasal dari kata “response”, yakni kosakata bahasa Inggris yang diserap dan telah mengalami penyesuaian ke dalam bahasa Indonesia. “Response” merupakan sinonim “jawaban”, “balasan”, “tantangan”, “reaksi”. 18 “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, mengartikan “respon” sebagai “tanggapan; reaksi; jawaban. 19 Tanggapan adalah sesuatu yang muncul akibat adanya suatu gejala atau peristiwa. Reaksi merupakan tanggapan terhadap suatu aksi. 20 Sedangkan jawaban memiliki arti sesuatu yang timbul karena adanya suatu pernyataan. Menurut “Kamus Besar Ilmu pengetahuan”, respon adalah “reaksi psikologis-metabolik terhadap tibanya suatu rangsangan. Ada yang bersifat otomotis seperti reflex dan reaksi emosional langsung, ada pula yang bersifat terkendali”. 21 Senada dengan itu, Astrid Susanto menguraikan bahwa “respons” adalah reaksi penolakan atau penganiayaaan ataupun sikap acuh tak acuh yang terjadi dalam diri seseorang telah menerima “pesan”. Sedangkan Ahmad Subandi mengemukakan respon dengan istilah “umpan balik” feed back yang 18 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, cet.28 Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006, h. 481 19 Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia, ed II, cet.7 Jakarta: Balai Pustaka, 1995, h.838. Lihat juga:Poerwadinata, Psikologi Komunikasi, cet.3 Jakarta:UI, 1999, h. 43 20 Peter Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: English Modern Press, 1991, h. 43 21 Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Kebudaaan Nusantara, 2007, h. 964