Pengertian Asuransi LANDASAN TEORITIS
21
sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian
derma yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian derma tersebut, mereka dapat menutupi kerugian-kerugian yang dialami
oleh peserta yang tertimpa musibah. Dengan demikian, asuransi adalah ta’awun yang terpuji, yaitu saling menolong dalam berbuat kebajikan dan
takwa. Dengan ta’awun mereka saling membantu antara sesama, dan mereka
takut dengan bahaya malapetaka yang mengancam mereka. Para Ulama mengatakan bahwa sistem asuransi adalah sistem a
ta’wun dan tadhammun yang bertujuan untuk menutupi kerugian, peristiwa-peristiwa
atau musibah. Tugas ini dibagikan kepada kelompok tertanggung dengan cara memberikan santunan kepada orang yang tertimpa musibah. Santunan
tersebut diambil dari kumpulan dan kebajikan. Asuransi bertujuan agar suatu masyarakat hidup berdasarkan asas saling tolong menolong dan menjamin
dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Dengan demikian asuransi dilihat dari segi teori dan sistem, tanpa
melihat sarana atau cara-cara kerja dalam merealisasikan sistem dan mempraktekkan teorinya, sangat relevan dengan tujuan-tujuan umum syariah.
Demikian karena asuransi dalam arti tersebut adalah sebuah gabungan menghilangkan atau meringankan kerugian yang tertimpa sebagian mereka.
Dimana, jalan yang mereka tempuh adalah dengan memberikan sedikit pemberian derma dari masing-masing individu.
22
Dewan Syariah Nasional MUI dalam Fatwa DSN No. 21 DSN- MUIIII 2002 tentang pedoman umum asuransi syariah mendefinisikan usaha
saling tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
10
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa asuransi syariah adalah saling melindungi dan tolong menolong yang disebut dengan
“ta’awun”. Yaitu, prinsip hidup saling melindungi dan saling tolong menolong atas dasar ukhuwah islamiah antara sesama anggota peserta
asuransi dalam menghadapi malapetaka resiko. Akad yang sesuai dengan syariah adalah akad yang tidak mengandung
unsur gharar, maisir dan riba. Dalam asuransi ada 2 jenis akad, yakni: akad tijaroh semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial dan akad
tabarru ’ semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebijakan dan
tolong menolong, bukan semata-mata untuk tujuan komersial.
Dengan akad tijarah perusahaan bertindak sebagai mudharib atau pengelola dan peserta bertindak sebagai shahibul mal atau pemegang polis.
Sedangkan dalam akad tabarru’ peserta memberikan hibah yang akan
digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah, dan perusahaan bertindak sebagai pengelola dan hibah. Jenis akad tijarah dapat
diubah menjadi jenis akad tabarru’, bila pihak yang bertindak haknya dengan
10
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.21DSN-MUIX2001, Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah, Dewan Syariah Nasional MUI, 2001