33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Sampel
Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor. Hasilnya
menunjukkan sampel yang digunakan adalah benar buah rimbang
Solanum torvum
Sw.. Terlihat pada Lampiran 1, halaman 59.
4.2 Hasil Ekstraksi Simplisia Buah Rimbang
Hasil ekstraksi dari 500 g serbuk simplisia buah rimbang dengan menggunakan pelarut etanol 80, kemudian diuapkan dengan
rotary evaporator
pada suhu ±50°C lalu dipekatkan menggunakan
freeze dryer
-40°C sampai diperoleh berupa ekstrak kental sebanyak 68,75 g. Gambar ekstrak buah rimbang
dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 61.
4.3 Hasil Karakterisasi dan Skrining 4.3.1 Hasil pemeriksaan makroskopik
Hasil karakterisasi makroskopik dari buah rimbang adalah buah berbentuk bundar, warna hijau, kulit buah pipih, liat seperti kulit. Dibagian dalam terdapat
banyak biji, bentuk pipih, membundar telur. Gambar makroskopik simplisia buah rimbang dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 60.
4.3.2 Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia
Karakteristik serbuk simplisia buah rimbang yang diperoleh, dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini, dimana hasil perhitungan karakterisasi dapat dilihat
pada Lampiran 8-12, halaman 66-70.
Universitas Sumatera Utara
34
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia buah rimbang
No. Parameter
Hasil Pemeriksaan Persyaratan MMI
1. Kadar air
3,9 -
2. Kadar sari larut air
12,87 ≥ 6
3. Kadar sari larut etanol
16,4 ≥ 3
4. Kadar abu total
5,1 ≤ 6
5. Kadar abu tidak larut asam
0,43 ≤ 0,5
Berdasarkan hasil pada Tabel 4.1 di atas, parameter dari serbuk simplisia buah rimbang memenuhi persyaratan dari buku Materia Medika Indonesia jilid IV
tahun 1995 yaitu penetapan kadar sari larut air tidak kurang dari 6, kadar sari larut etanol tidak kurang dari 3, kadar abu total tidak lebih dari 6, kadar abu
tidak larut asam tidak lebih dari 0,5. Penetapan kadar air bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam
bahan simplisia Depkes, RI., 2000. Penetapan kadar sari larut air untuk mengetahui kadar sari yang larut dalam air polar. Senyawa-senyawa yang dapat
larut dalam air adalah glikosida, gula, gom dan zat warna. Penetapan kadar sari larut etanol untuk mengetahui kadar sari yang larut dalam etanol, baik polar
maupun non polar. Senyawa-senyawa yang dapat larut dalam etanol adalah glikosida, antrakuinon, steroid terikat, dan dalam jumlah sedikit yang larut yaitu
lemak dan saponin Depkes, RI., 1986. Penetapan kadar abu total untuk mengetahui kadar zat anorganik yang
terdapat pada simplisia, sedangkan penetapan kadar abu tidak larut asam untuk mengetahui kadar zat anorganik yang tidak larut dalam asam. Penetapan kadar
abu tidak larut dalam asam dilakukan untuk mengevaluasi simplisia terhadap kontaminasi bahan-bahan yang mengandung silika, logam-logam seperti Pb
Depkes, RI., 1978.
Universitas Sumatera Utara
35
4.3.3 Hasil pemeriksaan skrining serbuk simplisia Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia buah rimbang
No. Golongan senyawa Hasil
1. Alkaloid
+ 2.
Glikosida +
3. Saponin
+ 4.
Flavonoid +
5. Antrakuinon
+ 6.
Tanin +
7. SteroidTriterpenoida
+ Keterangan: + = Positif, - = Negatif
Berdasarkan hasil pemeriksaan skrining fitokimia dari simplisia buah rimbang menunjukkan hasil yaitu memiliki kandungan senyawa kimia golongan
alkaloid, glikosida,
saponin, flavonoid,
antrakuinon, tanin,
dan steroidatriterpenoida.
4.4 Hasil Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim 4.4.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan krim
Hasil pengamatan homogenitas dari semua sediaan krim ekstrak etanol buah rimbang dan blanko dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan gambarnya pada Lampiran
14, halaman 72.
Tabel 4.3 Data pengamatan homogenitas sediaan krim
Formula Waktu Penyimpanan minggu
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
F1 -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
F2 -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
F3 -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
F4 -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
F5 -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Keterangan: F: Formula, F1: blanko tanpa ekstrak dan krim ekstrak etanol buah rimbang F2: 2,5 F3: 5, F4: 7,5, F5:10,
√: ada butiran kasar, -:
homogen.
Universitas Sumatera Utara
36 Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui bahan-bahan
sediaan krim apakah dapat terdistribusi secara merata. Berdasarkan hasil pengamatan homogenitas krim ekstrak etanol buah rimbang dan blanko pada
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa sediaan krim yang dibuat tidak terdapat
butiran kasar pada gelas objek, maka semua sediaan krim dikatakan homogen. 4.4.2 Hasil penentuan tipe emulsi sediaan krim
Hasil penentuan tipe emulsi sediaan krim dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5, gambar penentuan tipe emulsi sediaan krim menggunakan metil biru
dapat dilihat pada Lampiran 14, halaman 72.
Tabel 4.4 Data penentuan tipe emulsi sediaan krim menggunakan metil biru
No Formula Kelarutan Biru Metil pada Sediaan
Ya Tidak
1 F1
√ -
2 F2
√ -
3 F3
√ -
4 F4
√ -
5 F5
√ -
Keterangan: F: Formula, F1: blanko tanpa ekstrak dan krim ekstrak etanol buah rimbang F2: 2,5 F3: 5, F4: 7,5, F5:10.
Tabel 4.5 Data penentuan tipe emulsi sediaan krim menggunakan metode
pengenceran fase No Formula
Kelarutan Sediaan Pada Fase Luar akuades Ya
Tidak 1
F1 √
-
2 F2
√ -
3 F3
√ -
4 F4
√ -
5 F5
√ -
Keterangan: F: Formula, F1: blanko tanpa ekstrak dan krimekstrak etanol buah rimbangF2: 2,5 F3: 5, F4: 7,5, F5: 10.
Hasil tipe emulsi sediaan krim pada Tabel 4.4 di atas, untuk semua sediaan krim menunjukkan warna biru metil dapat homogen atau tersebar merata Ditjen
Universitas Sumatera Utara
37 POM., 1985. Demikian juga hasil pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa krim
dapat diencerkan dalam medium air sehingga terbukti bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi minyak dalam air ow Syamsuni, 2006. Tipe
emulsi ini memiliki keuntungan yaitu lebih mudah menyebar di permukaan kulit, tidak lengket dan mudah dihilangkan dengan adanya pencucian.
4.4.3 Hasil pengukuran pH sediaan
Hasil pengukuran pH sediaan krim ekstrak etanol buah rimbang dilakukan dengan menggunakan pH meter dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini.
Tabel 4.6 Data pengukuran pH sediaan krim
Formula Waktu Penyimpanan minggu
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
F1 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,3 6,3 6,3 6,2 6,2 6,1 5,9
F2 6,4 6,4 6,4 6,2 6,3 6,3 6,2 6,2 6,0 6,0 5,9 5,9 5,7
F3 6,3 6,3 6,3 6,3 6,2 6,1 6,1 6,0 5,9 5,8 5,6 5,6 5,5
F4 6,3 6,2 6,3 6,3 6,1 6,1 5,9 5,9 5,8 5,6 5,5 5,5 5,4
F5 6,3 6,3 6,3 6,2 6,2 6,0 5.8 5,7 5,7 5,7 5,5 5,4 5,4
Keterangan: F: Formula, F1: blanko tanpa ekstrak dan krim ekstrak etanol buah rimbang F2: 2,5, F3: 5, F4: 7,5, F5:10.
Berdasarkan data pada Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa semakin banyak konsentrasi ekstrak etanol buah rimbang yang ditambahkan ke dalam sediaan krim
maka pH semakin menurun atau semakin asam. Hal ini dapat disebabkan karena sifat asam dari buah rimbang dimana pH ekstrak buah rimbang tersebut sebesar 4
dan adanya air dalam sediaan krim juga dapat mempengaruhi pH menjadi asam karena terjadi hidrolisa Voigt, 1994. Hidrolisis merupakan suatu proses
solvolisis dimana molekul obat berinteraksi dengan molekul-molekul air menghasilkan produk pecahan dari konstitusi kimia yang berbeda Ansel,1989.
Penurunan pH ini masih dalam pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5 dan masih aman untuk digunakan Tranggono dan Latifah, 2007.
Universitas Sumatera Utara
38 Penurunan pH pada semua sediaan baik sediaan blanko maupun sediaan
yang mengandung ekstrak buah rimbang terjadi dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Hasil penentuan pH sediaan krim menunjukkan pH sediaan relatif
stabil pada penyimpanan karena tidak mengalami perubahan pH yang signifikan. Menurut Balsam 1972, pH dari krim antara 5-8 sehingga sediaan krim ini masih
memenuhi persyaratan.
4.4.4 Pemeriksaan stabilitas sediaan krim
Hasil organoleptis sediaan krim ekstrak buah rimbang yang dibuat dengan berbagai variasi konsentrasi ekstrak dan blanko memiliki perbedaan kecerahan
warna dari masing-masing sediaan, data organoleptis dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan data hasil pengamatan stabilitas selama 90 hari dapat dilihat pada Tabel 4.8 di
bawah ini.
Tabel 4.7 Data organoleptis sediaan krim yang dibuat
Formula Penampilan
Warna Bau
Konsistensi F1
Putih Lavender
semi padat F2
Coklat muda Lavender
semi padat F3
Coklat muda Lavender
semi padat F4
Coklat tua Lavender
semi padat F5
Coklat tua Lavender
semi padat Keterangan: F: Formula, F1: blanko tanpa ekstrak dan krim ekstrak buah
rimbang F2: 2,5 F3: 5, F4: 7,5, F5: 10. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa masing-masing
formula yang telah diamati selama 90 hari memberikan hasil yang baik yaitu tidak mengalami perubahan warna, bau dan pemisahan pada fase emulsinya. Hal ini
menunjukkan bahwa dari segi penampilan krim ekstrak etanol buah rimbang stabil dalam penyimpanan selama 90 hari.
Universitas Sumatera Utara
39
Tabel 4.8 Data hasil pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim pada saat
sediaan selesai dibuat, 7, 14, 21, 28 dan 90 hari
No Formula
Pengamatan setelah Selesai
dibuat 7 hari
14 hari 21 hari
28 hari 90 hari
X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z 1
F1 - -
- - -
- -
- -
- -
- -
- -
- - -
2 F2
- - - -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- - 3
F3 - -
- - -
- -
- -
- -
- -
- -
- - -
4 F4
- - - -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- - 5
F5 - -
- - -
- -
- -
- -
- -
- -
- - -
Keterangan: F: Formula, F1: blanko tanpa ekstrak dan krim ekstrak buah rimbang F2: 2,5 F3: 5, F4: 7,5, F5: 10, X: perubahan warna,
Y: perubahan bau, Z: pecahnya emulsi, dan - : tidak terjadi
Stabilitas dari suatu sediaan farmasi dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan warna, bau dan pH selama penyimpanan. Perubahan-perubahan
tersebut dapat terjadi jika bahan-bahan yang terdapat dalam sediaan tersebut teroksidasi. Sediaan emulsi dikatakan tidak stabil jika mengalami creaming dan
inversi. Creaming adalah terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana lapisan yang satu mengandung butir-butir tetesan fase terdispersi lebih banyak daripada
lapisan yang lain Martin, dkk., 2009. Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi dari tipe minyak dalam air ma menjadi air dalam minyak am atau
sebaliknya Anief, 2000. Gambar sediaan krim yang telah dibuat disimpan selama 90 hari di dalam suhu kamar dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 71.
4.5 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Uji iritasi dilakukan terhadap 15 orang sukarelawan untuk mengetahui apakah sediaan krim ekstrak buah rimbang konsentrasi 10 dapat menyebabkan
eritema dan edema. Penggunaan kosmetika yang tidak baik pada kulit dapat menimbulkan reaksi efek samping. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4.9 sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
40
Tabel 4.9 Hasil uji iritasi sediaan krim terhadap kulit relawan
Sukarelawan Reaksi iritasi
Eritema Edema
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 Index iritasi primer: 024 = 0,00
Keterangan: sistem skor
Federal Hazardous Substance Act
Barel dkk., 2009. Eritema
Edema tidak eritema
tidak edema sangat sedikit eritema
1 sangat sedikit edema
1 sedikit eritema
2 sedikit edema
2 eritema sedang
3 edema sedang
3 eritema sangat parah
4 edema sangat parah
4 Hasil uji iritasi menunjukkan bahwa semua relawan memberikan hasil
negatif terhadap reaksi iritasi yang diamati yaitu eritema dan edema. Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan krim yang dibuat aman untuk
digunakan Tranggono dan Latifah, 2007.
4.6 Hasil Pengujian Aktivitas