20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental. Penelitian meliputi pengumpulan  sukarelawan,  pengukuran  kulit  sukarelawan,  pembuatan  sediaan
krim ekstrak buah rimbang
Solanum torvum
Sw., pemeriksaan terhadap sediaan krim  meliputi  uji  homogenitas,  tipe  emulsi,  iritasi  kulit,  pH,  stabilitas
penyimpanan  selama  90  hari  3  bulan  dalam  suhu  kamardan  pembuktian kemampuan sediaan krim sebagai
anti-aging
selama 4 minggu. 3.1  Alat dan Bahan
3.1.1  Alat-alat
Alat-alat  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  meliputi  alat-alat  gelas laboratorium, lumpang, stamfer, cawan porselen, spatula, sudip, pot plastik, pipet
tetes,  penangas  air,  oven,  blender,  desikator,
freeze  dryer
Edward,  perkolator,
stopwatch
,  tanur
Nabertherm
,  timbangan  analitik  Dickson,
rotary  evaporator vacuum
BUCHI,  pH  meter  Hanna  Instrumen,
skin  analyzer
dan
moisture checker
Aramo Huvis.
3.1.2  Bahan-bahan
Bahan-bahan  yang  digunakan  adalah  buah  rimbang,  etanol  80,  asam stearat, TEA, nipagin, natrium tetraborat, gliserin, silika gel, air suling, metil biru,
oleum lavender, larutan dapar pH asam 4,01 dan larutan dapar pH netral 7,01.
3.2  Relawan
Pemilihan relawan dilakukan di Fakultas Farmasi USU antara lain 15 orang mahasiswi berusia sekitar 20-25 tahun yang telah terlebih dahulu diukur kulitnya,
Universitas Sumatera Utara
21 tidak  memiliki  riwayat  alergi  pada  kulit  dan  telah  dikondisikan  tidak
menggunakan  krim  lain  selama  4  minggu  untuk  terapi
anti-aging
.  Relawan bersedia mengikuti penelitian sampai selesai dan bersedia dilakukan uji iritasi dan
uji  efektivitas  sediaan  krim  sebagai
anti-aging
selama  penelitian  berlangsung. Adapun  parameter  pengujiannya  adalah  kadar  air
moisture
,  kehalusan
evenness
,  besar  pori
pore
,  banyak  noda
spot
,  keriput
wrinkle
dan kedalaman  keriput
wrinkle’s  depth.  Surat  pernyataan  persetujuan  relawan  ikut serta dalam penelitian dapat dilihat pada Lampiran 16, halaman 74.
3.3  Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.3.1  Pengumpulan sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan  tumbuhan  yang  sama  dari  daerah  lain.  Sampel  yang  digunakan  adalah
buah  rimbang,  yang  diperoleh  dari  Pasar  Tradisional  Batang  Kuis,  di  Jl.  Niaga, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
3.3.2  Identifikasi sampel
Identifikasi  sampel  dilakukan  di
Herbarium  Bogoriense
,  Bidang  Botani Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Bogor.
3.3.3  Pengolahan sampel
Buah  yang  digunakan  pada  penelitian  ini  adalah  buah  rimbang.  Buah rimbang  yang  bertangkai  dicuci  hingga  bersih  kemudian  ditiriskan.  Lalu  buah
dipisahkan dari tangkai, kemudian ditimbang, diperoleh berat basah sebesar 3 kg. Selanjutnya  buah  tersebut  dikeringkan  dalam  lemari  pengering  pada  temperatur
±40 C sampai buah kering. Simplisia yang telah kering diblender menjadi serbuk,
ditimbang  dan  diperoleh  berat  simplisia  sebesar  960  gram.  Lalu  dimasukkan  ke
Universitas Sumatera Utara
22 dalam  wadah  plastik  bertutup  rapat  dan  disimpan  pada  suhu  kamar.  Bagan
pembuatan serbuk simplisia dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 62.
3.4  Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Pemeriksaan  karakteristik  simplisia  meliputi  pemeriksaan  makroskopik, penetapan  kadar  air,  kadar  sari  larut  air,  kadar  sari  larut  etanol,  kadar  abu  total,
dan kadar abu tidak larut asam Depkes, RI., 1995.
3.4.1  Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati morfologi simplisia buah rimbang dengan cara memperhatikan warna, bentuk, dan tekstur sampel.
3.4.2  Penetapan kadar air
Penetapan  kadar  air  dilakukan  dengan  metode
Azeotropi
destilasi  toluen. Alat  terdiri  dari  labu  alas  bulat  500  ml,  alat  penampung,  pendingin,  tabung
penyambung, dan tabung penerima 10 ml. a.
Penjenuhan toluena Sebanyak 200 ml toluena dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu alas
bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi selama 2 jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian
volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. b.
Penetapan kadar air simplisia Kemudian  kedalam  labu  tersebut  dimasukkan  5  gram  simplisia  yang  telah
ditimbang  seksama,  labu  dipanaskan  hati-hati  selama  15  menit.  Setelah toluena  mendidih,  kecepatan  tetesan  diatur  2  tetes  untuk  tiap  detik  sampai
sebagian  besar  air  terdestilasi,  bagian  dalam  pendingin  dibilas  dengan toluena.  Destilasi  dilanjutkan  selama  5  menit,  kemudian  tabung  penerima
Universitas Sumatera Utara
23 dibiarkan  mendingin  pada  suhu  kamar.  Setelah  air  dan  toluena  memisah
sempurna,  volume  air  dibaca  dengan  ketelitian  0,05  ml.  Selisih  kedua volume  air  yang  dibaca  sesuai  dengan  kandungan  air  yang  terdapat  dalam
bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen WHO, 1992.
3.4.3  Penetapan kadar sari larut air
Sebanyak 5 gram serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform 2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml
dalam  labu  bersumbat  sambil  sesekali  dikocok  selama  6  jam  pertama,  dibiarkan selama  18  jam,  kemudian  disaring.  Diuapkan  20  ml  filtrat  sampai  kering  dalam
cawan  penguap  yang  berdasar  rata  yang  telah  dipanaskan  dan  ditara.  Sisa dipanaskan  pada  suhu  105
o
C  sampai  bobot  tetap.  Kadar  dalam  persen  sari  yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Depkes,
RI., 1995.
3.4.4  Penetapan kadar sari larut etanol
Sebanyak 5 gram serbuk simplisia yang telah dikeringkan dimaserasi selama 24  jam  dalam100  ml  etanol  96  dalam  labu  bersumbat  sambil  dikocok  sesekali
selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring, 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan  penguap berdasar rata yang telah
ditara  dan  sisanya  dipanaskan  pada  suhu  105
o
C  sampai  bobot  tetap.  Kadar  sari larut  dalam etanol dihitung terhadap bahan  yang  telah dikeringkan  Depkes,  RI.,
1995.
3.4.5  Penetapan kadar abu total
Sebanyak  2  gram  serbuk  yang  telah  digerus  dan  ditimbang  seksama dimasukkan ke dalam krus  platina atau krus silikat  yang telah dipijar dan ditara,
Universitas Sumatera Utara
24 kemudian  diratakan.  Krus  dipijar  perlahan-lahan  sampai  arang  habis,  pemijaran
dilakukan pada suhu  600
o
C selama 3 jam. Kemudian didinginkan dan ditimbang sampai  diperoleh  bobot  tetap.  Kadar  abu  dihitung  terhadap  bahan  yang  telah
dikeringkan di udara Depkes, RI., 1995.
3.4.6  Penetapan kadar abu tidak larut asam
Abu  yang  telah  diperoleh  dalam  penetapan  abu  didinginkan  dengan  25  ml asam  klorida  encer  selama  5  menit,  bagian  yang  tidak  larut  dalam  asam
dikumpulkan,  disaring  dengan  kertas  masir  atau  kertas  saring  bebas  abu,  cuci dengan  air  panas,  dipijarkan  sampai  bobot  tetap,  kemudian  didinginkan  dan
ditimbang. Kadar abu  yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bobot  yang dikeringkan di udara Depkes, RI., 1995.
3.5  Uji Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia serbuk simplisia meliputi pemeriksaan senyawa golongan alkaloida,  glikosida,  steroidatriterpenoida,  flavonoida,  saponin,  tanin,  dan
antrakuinon.
3.5.1 Pemeriksaan alkaloida
Sebanyak  0,5  g  serbuk  simplisia  ditimbang,  kemudian  ditambahkan  1  ml asam  klorida  2  N  dan  9  ml  air  suling,  dipanaskan  di  atas  penangas  air  selama  2
menit,  didinginkan  dan  disaring.  Filtrat  dipakai  untuk  uji  alkaloida  sebagai berikut:
a. Filtrat  sebanyak  3  tetes    ditambah  dengan  2  tetes  larutan  pereaksi  Meyer
akan terbentuk endapan menggumpal berwatna putih atau kuning. b.
Filtrat  sebanyak  3  tetes    ditambah  dengan  2  tetes  larutan  pereaksi Bouchardat akan terbentuk endapan berwarna coklat sampai kehitaman.
Universitas Sumatera Utara
25 c.
Filtrat  sebanyak  3  tetes    ditambah  dengan  2  tetes  larutan  pereaksi
Dragendorff akan terbentuk endapan merah atau jingga.
Alkaloida positif jika  terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit  dua dari tiga percobaan diatas Ditjen POM., 1995.
3.5.2 Pemeriksaan glikosida
Sebanyak  3  g  serbuk  simplisia  ditimbang,  lalu  disari  dengan  30  ml campuran  etanol  95    dengan  air  7:3  dan  10  ml  asam  klorida  2  N,  direfluks
selama 30 menit, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M, lalu dikocok selama 5 menit dan
disaring.  Filtrat  disari  dengan  20  ml  campuran  isopropanol  dan  kloroform  2:3, dilakukan  berulang  sebanyak  3  kali.  Sari  air  dikumpulkan  dan  diuapkan  pada
temperatur tidak lebih dari 50 C. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan
sisa  digunakan  untuk  percobaan  berikut,  yaitu  0,1  ml  larutan  percobaan dimasukkan  ke  dalam  tabung  reaksi,  diuapkan  di  penangas  air.  Sisa  dilarutkan
dalam  2  ml  air  suling  dan  5  tetes  pereaksi  Molish.  Kemudian  secara  perlahan ditambahkan  2  ml  asam  pekat.  Glikosida  positif  jika  terbentuk  cincin  ungu
Depkes, RI., 1995.
3.5.3 Pemeriksaan saponin
Sebanyak  0,5  g  serbuk  simplisia  dimasukkan  dalam  tabung  reaksi, ditambahkan  10  ml  air  suling  panas,  didinginkan  kemudian  dikocok  kuat-kuat
selama 10 detik, jika terbentuk  buih  yang mantap setinggi  1 sampai 10 cm  yang stabil  tidak  kurang  dari  10  menit  dan  tidak  hilang  dengan  penambahan  1  tetes
asam  klorida  2  N,  bila  buih  tidak  hilang  menunjukkan  adanya  saponin  Depkes, RI., 1995.
Universitas Sumatera Utara
26
3.5.4 Pemeriksaan flavonoid
Sebanyak 0,5 g sampel disari dengan 10 ml metanol lalu direfluks selama 10 menit,  disaring  panas-panas  melalui  kertas  saring  berlipat,  filtrat  diencerkan
dengan 10 ml air suling. Setelah dingin ditambah 5 ml eter minyak tanah, dikocok hati-hati,  didiamkan.  Lapisan  metanol  diambil,  diuapkan  pada  temperatur  40
o
C. Sisa dilarutkan dalam 5 ml etil asetat, disaring larutan percobaan.
Cara percobaan: Satu ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam
1  ml  etanol  96,  ditambahkan  0,1  g  magnesium  dan  10  ml  asam  klorida  pekat, terjadi  warna  merah  jingga  sampai  merah  ungu  menunjukkan  adanya  flavonoida
Depkes, RI., 1995.
3.5.5 Pemeriksaan antrakuinon
Sebanyak  0,2  g  serbuk  simplisia  ditambahkan  5  ml  asam  sulfat  2N, dipanaskan  sebentar,  setelah  dingin  ditambahkan  10  ml  benzen,  dikocok  dan
didiamkan.  Lapisan  benzen  dipisahkan  dan  disaring,  filtrat  berwarna  kuning, menunjukkan adanya antrakuinon.  Lapisan benzen dikocok dengan 2 ml natrium
hidroksida 2N, didiamkan.  Lapisan air berwarna  merah dan lapisan benzen tidak berwarna menunjukkan adanya antrakuinon Depkes, RI., 1995.
3.5.6 Pemeriksaan tanin
Sebanyak  0,5  g  sampel  disari  dengan  10  ml  air  suling,  disaring  kemudian filtratnya  diencerkan  dengan  menggunakan  air  suling  sampai  tidak  berwarna.
Diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi III klorida. Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin Depkes, RI.,
1979.
Universitas Sumatera Utara
27
3.5.7 Pemeriksaan steroidterpenoid
Sebanyak  1  g  sampel  dimaserasi  dengan  20  ml  eter  selama  2  jam,  lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa dalam cawan penguap
ditambahkan  2  tetes  asam  asetat  anhidrat  dan  1  tetes  asam  sulfat  pekat.  Timbul warna  ungu  atau  merah  kemudian  berubah  menjadi  hijau  biru  menunjukkan
adanya steroida triterpenoida Harborne, 1987.
3.6  Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak buah rimbang dilakukan secara perkolasi  menggunakan etanol 80.
Cara kerja: sebanyak 500 g serbuk simplisia dibasahi dengan cairan penyari etanol 80 dan dibiarkan selama 3 jam. Pindahkan massa sedikit demi sedikit ke dalam
perkolator  sambil  tiap  kali  ditekan  hati-hati,  lalu  dituang  cairan  penyari  etanol 80  sampai  semua  simplisia  terendam  dan  terdapat  selapis  cairan  penyari  di
atasnya, mulut tabung perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Kemudian kran  dibuka  dan  biarkan  cairan  menetes  dengan  kecepatan  1  ml  per  menit,
ditambahkan  berulang-ulang  cairan  penyari  secukupnya  hingga  selalu  terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia. Perkolasi dihentikan hingga beberapa tetes
perkolat  yang  keluar  terakhir  diuapkan  tidak  meninggalkan  sisa.  Perkolat  yang diperoleh  diuapkan  dengan  alat
rotary  evaporator
pada  suhu  ±50 C  sampai
diperoleh  ekstrak  kental  kemudian  dipekatkan  menggunakan
freeze  dryer
-40 C
Ditjen POM., 1979. Bagan ekstraksi dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 63.
3.7  Formulasi Sediaan Krim 3.7.1 Formula standar dasar krim