Gangguan Organisasi Independensi Pemeriksa

Pemeriksa harus bebas dari tekanan politik agar dapat melaksanakan pemeriksaan dan melaporkan temuan pemeriksaan, pendapat dan simpulan secara obyektif, tanpa rasa takut akibat tekanan politik tersebut. Menurut Finn et.al. 1988 independensi ini dapat juga dilihat sebagai atitude mental atau pernyataan pikiran state of mind, yaitu tidak memperbolehkan akuntan publik menjadi bagian dari pengaruh atau tekanan dari konflik kepentingan atau menjadi subordinasi orang lain.

2.1.3. Gangguan Organisasi

Independensi organisasi pemeriksa menurut Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II pada Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 01 Standar Umum, dapat dipengaruhi oleh gangguan organisasi yaitu kedudukan, fungsi, dan struktur organisasinya. Menurut Amirsyah 2007 agar tercipta independensi secara organisasi, maka organisasilembaga audit wajib : a. Melaksanakan akuntabiltas serta melaporkan hasil audit mereka kepada pejabat tertinggi dalam lembaga atau entitas pemerintah yang bersangkutan. b. Ditempatkan diluar fungsi manajemen garis dan staf entitas yang diaudit tersebut. c. Menyampaikan hasil audit secara teratur kepada instansi atau lembaga pemerintah yang berwenang dan BPK. d. Dijauhkan dari tekanan politik, agar mereka dapat melaksanakan audit secara obyektif dan dapat melaporkan temuan audit, pendapat dan kesimpulan mereka secara obyektif, tanpa rasa takut akibat tekanan politik tersebut. e. Diadakan pembinaan dalam suatu sistem kepegawaian yang mengatur kompensasi, pelatihan, promosi jabatan dan pengembangannya yang didasarkan pada prestasi kerja yang dihasilkan. Apabila kondisi sebagaimana disebutkan diatas dapat dipenuhi, dan tidak ada gangguan organisasi terhadap independensi, staf audit secara organisasi harus dipandang independen untuk melakukan audit intern, dan bebas untuk melaporkan secara obyektif kepada pimpinan tertinggi entitas pemerintah yang diaudit.

2.1.4. Independensi Pemeriksa

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, dalam Lampiran II menyebutkan : “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”. Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun. Sebagaimana disebutkan dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik 2001 seksi 220 PSA No. 04 Alinea 02 “Untuk diakui pihak lain sebagai orang yang independen, ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya, apakah itu manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan”. Terdapat tiga aspek independensi seorang auditor menurut Abdul Halim 2001 : 21, yaitu sebagai berikut. 1 Independence in fact independensi senyatanya yakni auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi. 2 Independence in appearance independensi dalam penampilan yang merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan objektivitasnya. 3 Independence in competence independensi dari sudut keahlian yang berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya. Seperti yang diungkapkan Supriyono 1988:34 salah satu faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik adalah jasa-jasa lain selain audit yang dilakukan oleh auditor bagi klien. Oleh sebab itu Pemeriksa harus menghindar dari situasi yang menyebabkan pihak ketiga yang mengetahui fakta dan keadaan yang relevan menyimpulkan bahwa pemeriksa tidak dapat mempertahankan independensinya sehingga tidak mampu memberikan penilaian yang obyektif dan tidak memihak terhadap semua hal yang terkait dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan, sehingga menurut William dan Walter 2002 publik dapat mempercayai fungsi audit karena auditor bersikap tidak memihak mengakui adanya kewajiban untuk bersikap adil. Amirsyah 2007 menyebutkan bahwa : ......kewajiban secara umum dari organisasi lembaga audit dan auditornya dalam hal- hal yang berhubungan dengan independensi adalah bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya, bersikap independen dan mempunyai keyakinan bahwa dirinya dapat bersikap demikian, mempertimbangkan faktor lain yang dapat menyebabkan pihak lain menyangsikan sikap independesinya tersebut, dan apabila satu atau lebih dari gangguan terhadap independensi tersebut lebih mempengaruhi kemampuan auditor dalam melakanakan tugas auditnya, dan dalam melaporkan temuannya secara tidak memihak, maka auditor yang dimaksud harus menolak tugas audit yang diberikan kepadanya. Independensi pada Inspektorat Kabupaten Deli Serdang sangat berbeda dengan independensi yang dimiliki oleh BPK, BPKP dan Akuntan Publik dikarenakan secara organisasi, BPK, BPKP dan Akuntan Publik berada diluar Pemerintah Kabupaten Deli Serdang. Sebagaimana menurut Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang pada Pasal 129 menyebutkan, bahwa “Inspektorat merupakan unsur pengawas penyelenggara Pemerintah Daerah yang dipimpin langsung oleh Inspektur yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Bupati dan secara teknis administrasi mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah Kabupaten”.

2.2. Review Penelitian Terdahulu