BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tema tentang independensi dalam pelaksanaan tugas sebagai pemeriksa internal pemerintah memiliki pemahaman yang sangat penting dan mendalam. Independensi
merupakan konsep yang fundamental, esensial dan merupakan karakter yang sangat penting bagi pemeriksa internal pemerintah dalam melaksanakan tugas
pemeriksaanaudit, sehingga pemeriksa internal pemerintah harus bersikap
independen untuk memenuhi pertanggungjawaban profesionalnya.
Independensi adalah cara pandang yang tidak memihak didalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan audit perusahaan
Arens dan Loebbecke, 1996. Dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik 2001 seksi 220 PSA No. 04 Alinea 02 menyebutkan “auditor harus bersikap
independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern”.
Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia
miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru paling penting untuk
mempertahankan kebebasan pendapatnya.
Bagi organisasi pemeriksa dan para pemeriksa internal pemerintah bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga
pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun.
Sebagaimana dalam penelitian Lubis 2004 di Medan yang berjudul “Persepsi Auditor Dan User Tentang Independensi Akuntan Sebagai Perilaku Profesional Dan
Pengaruhnya Terhadap Opini Audit”, menyimpulkan bahwa independensi akuntan sebagai perilaku profesional berpengaruh terhadap opini audit yang diberikan oleh
akuntan tersebut. Pemeriksa harus menghindar dari situasi yang menyebabkan pihak ketiga yang
mengetahui fakta dan keadaan yang relevan menyimpulkan bahwa pemeriksa tidak dapat mempertahankan independensinya, sehingga tidak mampu memberikan
penilaian yang obyektif dan tidak memihak terhadap semua hal yang terkait dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Mautz
dan Sharaf 1993:246 yang mengatakan “jika akuntan tersebut tidak independen terhadap kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun”.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 7 Maret 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II, Pernyataan
Standar Umum Kedua pada alinea empat belas menyebutkan : “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan
pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”.
Hal tersebut juga sejalan dengan yang dikemukakan oleh Harahap 1991 bahwa : ......Auditor harus bebas dari segala kepentingan terhadap perusahaan dan laporan
yang dibuatnya. Kebebasan itu mencakup : Bebas secara nyata Independen Infact yaitu ia benar-benar tidak mempunyai kepentingan ekonomis dalam perusahaan yang
dilihat dari keadaan yang sebenarnya, dan Bebas secara penampilan Independen in appearance yaitu kebebasan yang dituntut bukan secara fakta, tetapi juga harus
bebas dari kepentingan yang kelihatannya cenderung dimilikinya dalam perusahaan tersebut.
Pemeriksa perlu mempertimbangkan tiga macam gangguan terhadap independensi, yaitu : gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi, sehingga bila satu
atau lebih dari gangguan independensi tersebut mempengaruhi kemampuan pemeriksa secara individu dalam melaksanakan tugas pemeriksaannya, maka
pemeriksa tersebut harus menolak penugasan pemeriksaan. Dalam keadaan pemeriksa yang karena sesuatu hal tidak dapat menolak penugasan pemeriksaan, gangguan
dimaksud harus dimuat dalam bagian lingkup pada laporan hasil pemeriksaan. Gangguan pribadi dari pemeriksa pemeriksa secara individu meliputi : memiliki
hubungan pertalian darah keatas, kebawah, atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program yang diperiksa, memiliki
kepentingan keuangan dan pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diperiksa dalam kurun waktu dua tahun, terlibat langsung atau tidak
langsung dalam kegiatan obyek pemeriksaan, adanya prasangka terhadap perseorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, adanya
kecenderungan memihak karena keyakinan politik atau sosial dan mencari pekerjaan pada entitas yang diperiksa selama pelaksanaan pemeriksaan. Sedangkan gangguan
ekstern pelaksanaan suatu pemeriksaan dapat dipengaruhi dari campur tangan atau
pengaruh pihak ekstern : yang membatasi pemeriksaan, terhadap pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan, terhadap penugasan, terhadap pembatasan sumber
daya yang disediakan organisasi pemeriksa, terhadap ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidaksetujuan dengan isi laporan hasil pemeriksaan, dan terhadap
pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai, serta adanya wewenang untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan pemeriksa
terhadap isi suatu laporan hasil pemeriksaan. Untuk gangguan organisasi terhadap independensi pemeriksa dapat dipengaruhi oleh kedudukan, fungsi dan struktur
organisasinya. Pemeriksa yang ditugasi oleh organisasi pemeriksa dapat dipandang bebas dari gangguan terhadap independensi secara organisasi, apabila ia melakukan
pemeriksaan diluar entitas tempat ia bekerja. Tugas pokok Inspektorat Kabupaten Deli Serdang dalam melaksanakan tugasnya
adalah berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 5 Tahun 2007 tanggal 14 November 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang, Pasal 130, yang menyebutkan : “Inspektorat mempunyai tugas pokok melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
urusan Pemerintahan Daerah, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pelaksanaan urusan Pemerintahan Desa”. Dan dalam
melaksanakan tugas pokoknya tersebut, Inspektorat Kabupaten Deli Serdang didukung oleh staf berjumlah 41 empat puluh satu orang. Staf Inspektorat
Kabupaten Deli Serdang dalam menjalankan tugas pemeriksaan didasari atas surat perintah melakukan tugas pemeriksaan dari Inspektur Kabupaten Deli Serdang atau
Bupati Deli Serdang. Sehubungan dengan hal tersebut dan kaitannya dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan, staf Inspektorat Kabupaten Deli Serdang sering
mengalami gangguan terhadap independensinya, sehingga tak jarang pula hasil pemeriksaan Inspektorat Kabupaten Deli Serdang sebagai Pemeriksa Internal
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang belum bisa diharapkan hasil pemeriksaan yang independen.
Dengan demikian, sebagaimana uraian latar belakang masalah di atas, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh gangguan pribadi, ekstern, dan
organisasi terhadap independensi pemeriksa study empiris pada Inspektorat Kabupaten Deli Serdang “.
1.2. Rumusan Masalah