simpanan glikogen dalam tubuh dan diubah menjadi energi. Jika hal itu terus terjadi maka tubuh akan menjadi kurus, status gizi pun akan menjadi kurang, bahkan daya
tahan tubuh menjadi lemah. Sedangkan kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga berat badan berlebih atau kegemukan Almatsier, 2005. Jika pada
usia remaja anak mengalami kekurangan energi tentu ini akan mempengaruhi pertumbuhannya.
5.2 Kecukupan Protein Siswa PM dan TPM
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui siswa SMP yang mendapat makan siang dari sekolah yang tergolong defisit protein sebanyak 49,9,
normal 29,3 dan diatas angka kebutuhan 20,7. Siswa SMP yang tidak mendapat makan siang dari sekolah yang tergolong defisit protein sebanyak 68,9 dan normal
sebanyak 27,6 dan diatas angka kebutuhan 3,4. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sekolah
fullday
yang menyediakan makan siang dan yang tidak menyediakan makan siang mayoritas siswanya mengalami defisit protein yang
disebabkan kurangnya konsumsi protein harian. Untuk tingkat kecukupan protein siswa di sekolah
fullday
yang menyelenggarakan makan siang memiliki tingkat kecukupan yang tidak lebih baik pada siswa sekolah
fullday
tanpa penyelenggaraan makan siang. Hal ini disebabkan pada siswa sekolah
fullday
dengan Penyelenggaran Makan terdapat 12 anak yang kecukupan proteinnya di atas angka kebutuhan 20,7.
Asupan protein pun harus terpenuhi karena protein memiliki peranan yang penting dalam menjalankan fungsi-fungsi tubuh. Kebutuhan protein akan meningkat
pada usia remaja, karena proses pertumbuhan yang sedang terjadi dengan cepat. Pada
awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, karena memasuki masa pertumbuhan cepat lebih dahulu. Sehingga jika
asupan protein kurang maka akan menghambat pembentukan sel-sel tubuh, dan menghambat pertumbuhan. Hal ini akan menyebabkan status gizi menjadi menurun
Almatsier, 2004. 5.3 Status Gizi Siswa PM dan TPM
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada sekolah PM dan Tanpa PM mayoritas siswanya memiliki status gizi normal masing-masing 79,3
dan 84,5. Namun pada sekolah
fullday
tanpa penyelenggaraan makan siang terdapat 5,2 yang mengalami obesitas sehingga berdasarkan status gizi, siswa sekolah
fullday
dengan penyelenggaraan makan siang lebih baik dari pada siswa sekolah
fullday
tanpa penyelenggaraan makan. Penilaian status gizi adalah cara yang dilakukan untuk melihat status gizi suatu
populasi atau individu sehingga dapat diketahui yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih. Baik status gizi kurang atau pun status gizi lebih terjadi
gangguan gizi, gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder, faktor primer adalah bila asupan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau
kualitasnya Almatsier, 2004. Status gizi siswa dapat dipengaruhi oleh penyakit infeksi yang pernah di derita.
Penyakit infeksi dapat mempengaruhi status gizi seseorang karena ada hubungan yang sinergis antara infeksi bakteri, virus, dan parasit dengan malnutrisi Supariasa,
2002. Pada sekolah PM terdapat 3 siswa yang mengalami penyakit infeksi, 2 tipus