Output Sistem MRP Langkah-langkah Dasar Proses MRP

3. Struktur Produk, berisi tentang informasi yang mengidentifikasikan semua kebutuhan komponen dan sub komponen yang akan digunakan untuk menghasilkan produk akhir dengan program MRP, informasi ini dibutuhkan dalam menentukan kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih suatu komponen. Selain itu, struktur produk juga berisi informasi tentang jumlah kebutuhan komponen dan jumlah produk akhir yang harus dibuat.

3.3.3. Output Sistem MRP

Output dari sistem MRP antara lain: 1. Menentukan jumlah kebutuhan material serta waktu pemesanannya dalam rangka memenuhi permintaan produk akhir yang sudah direncanakan dalam JIP. 2. Menentukan jadwal pembuatan komponen yang menyusun produk akhir. Dengan diketahuinya jumlah kebutuhan produk akhir maka MRP dapat menentukan secara tepat penjadwalan setiap komponen atau material sehingga ongkos yang dikeluarkan minimum. 3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan yang memberikan indikasi kapan pembatalan atas pemesanan harus dilakukan. 4. Menentukan penjadwalan ulang produksi atau pembatalan atas suatu jadwal produksi yang sudah direncanakan. Apabila kapasitas produksi yang sudah ada tidak mampu memenuhi pesanan yang sudah dijadwalkan pada waktu yang telah ditentukan, maka MRP dapat memberi indikasi untuk melakukan rencana ulang penjadwalan produksi. Rencana ulang ini akan dapat dilakukan Universitas Sumatera Utara setelah adanya kesepakatan penyerahannya. Jika kesepakatan tidak tercapai, maka berarti bahwa pembatalan atas suatu pemesanan terpaksa dilakukan. Dengan demikian MRP dapat memberi indikasi tindakan yang perlu dilakukan apabila terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan kemampuan yang dimiliki.

3.3.4. Langkah-langkah Dasar Proses MRP

Terdapat empat langkah dasar penyusunan MRP, yaitu: 1. Netting Perhitungan Kebutuhan Bersih Proses netting adalah proses perhitungan kebutuhan bersih untuk setiap periode selama horizon perencanaan. Jumlah kebutuhan bersih merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan. 2. Lotting Penentuan Ukuran Lot Proses lotting adalah suatu proses untuk menentukan besarnya kuantitas pesanan yang optimal untuk masing-masing item produk berdasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih. Besarnya ukuran kuantitas pesanan tersebut dapat ditentukan berdasarkan pada jumlah pemesanan yang tetap, periode pemesanan yang tetap atau keseimbangan antara ongkos pengadaan atau set-up dengan ongkos simpan carrying cost. 3. Offsetting Penentuan Waktu Pemesanan Proses Offsetting adalah suatu proses penentuan saat atau periode dilakukannya pemesanan sehingga kebutuhan bersih dapat dipenuhi. Dengan kata Universitas Sumatera Utara lain, offsetting bertujuan untuk menentukan kapan kuantitas pesanan yang dihasilkan proses lotting harus dilakukan. Penentuan rencana saat pemesanan ini diperoleh dengan cara mengurangkan saat kebutuhan bersih harus tersedia dengan waktu ancang-ancangnya lead time. Pengertian lead time adalah besarnya waktu saat barang mulai dipesan, sampai barang tersebut diterima dan siap untuk dipakai. 4. Eksploding Proses exploding adalah proses perhitungan kebutuhan kotor item yang berada di tingkat bawah, didasarkan atas rencana pemesanan yang telah disusun pada proses offsetting. Dalam melakukan proses exploding, diperlukan adanya perkalian dan penjumlahan yang berulang-ulang antara jumlah material induk dengan faktor penggunaan dari material pada level di bawahnya. Proses tersebut diulang kembali sampai pada material pada level terakhir. Pada proses exploding ini data struktur produk memegang peranan penting, karena atas dasar struktur produk inilah proses exploding akan berjalan dan dapat menentukan ke arah komponen mana harus dilakukan exploding. 7 7 Ginting, Rosnani, Sistem Produksi, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, 2007. Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di pabrik biodiesel KSO Kerja Sama Operasi PT. Pamina Adolina – PT. Ganesha Energy 77 yang bergerak di bidang usaha produksi biodiesel dengan menggunakan bahan baku berupa CPO Crude Palm Oil dan atau stearin. Penelitian dilakukan pada bulan April 2010 sampai dengan bulan Mei 2010.

4.2. Rancangan Penelitian

Tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian yaitu dimulai dari tahap awal yakni perumusan masalah dan penetapan tujuan sampai pada tahap akhir yakni kesimpulan dan saran. Rancangan penelitian ini antara lain: 1. Pendahuluan Pendahuluan penelitian dilakukan dengan pengenalan perusahaan, membuat permohonan tugas akhir pada jurusan dan perusahaan, konsultasi dengan koordinator tugas akhir dan dosen pembimbing, serta membuat proposal. 2. Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Menetapkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang akan dilakukan. 3. Peninjauan Lapangan Peninjauan lapangan dilakukan untuk melihat secara nyata proses produksi biodiesel dan mengumpulkan data yang terdapat pada perusahaan. Universitas Sumatera Utara