2.7.2.2.Bahan Penolong
Bahan penolong
adalah bahan-bahan
yang diperlukan
dalam memperlancar penyelesaian suatu produk dimana keberadaan bahan penolong
tidak mengurangi nilai tambah produk yang dihasilkan dan bahan penolong ini tidak terdapat pada produk akhir atau tidak dapat dibedakan secara jelas pada
produk jadi. Bahan penolong yang digunakan pada proses pengolahan biodiesel antara lain:
1. Metanol, berfungsi sebagai pelarut dalam campuran. 2. Sodium Methylate, berfungsi sebagai katalis basa.
3. Asam sitrat atau asam posfat, berfungsi untuk mempercepat pH air menjadi normal pada unit pencucian biodiesel.
4. Air, berfungsi sebagai pencuci biodiesel.
2.7.3. Uraian Proses
Proses pengolahan biodiesel melalui beberapa tahapan pokok, yang terdiri atas unit metoksida, unit transesterifikasi, unit pemurnian dan unit penyimpanan.
2.7.3.1. Unit Metoksida
Unit ini diperuntukkan sebagai sarana untuk mempersiapkan pencampuran antara metanol dan katalis basa, yaitu sodium methylate. Metanol yang berasal
dari tangki metanol T-423 dialirkan ke tangki mixer sebanyak 500 liter dengan menggunakan pompa sentrifugal, kemudian dimasukkan sodium methylate
sebanyak 30 kg secara manual ke dalam tangki mixer. Dilakukan pengadukan
Universitas Sumatera Utara
antara metanol dengan sodium methylate selama 15-30 menit sehingga terbentuklah metoksida yang kemudian dialirkan ke tangki penyimpanan
metoksida T-115.
2.7.3.2. Unit Transesterifikasi
Terdapat dua tahapan proses pada unit transesterifikasi, yaitu transesterifikasi tahap pertama dan transesterifikasi tahap kedua. Adapun tahapan
prosesnya antara lain: 1. Transesterifikasi I
Stearin dari tangki stearin T-000 dengan temperatur 60-70 C dipompa
menuju reaktor esterifikasi R-111 untuk proses transesterifikasi I dengan pompa jenis sentrifugal sebanyak 2250 liter, kemudian dimasukkan metoksida ke reaktor
R-111 sebanyak 400 liter. Temperatur reaktor harus tetap terjaga pada 65-70 C.
Kemudian dihidupkan agitator untuk melakukan pengadukan selama 1,5 jam dengan putaran 250-300 rpm. Setelah itu agitator dihentikan dan campuran
dialirkan ke reaktor transesterifikasi I R-113 untuk dilakukan settling selama 1 jam hingga terjadi pemisahan antara fase biodiesel pada bagian atas dan fase
gliserol pada bagian bawah. Fase gliserol dialirkan ke drum penampungan yang selanjutnya dialirkan ke tangki gliserol T-121. Kemudian dari T-121, gliserol
dialirkan ke tangki penyimpanan gliserol T-287. Sedangkan fase biodiesel dialirkan ke reaktor transesterifikasi II R-114 untuk dilakukan proses
transesterifikasi tahap kedua.
Universitas Sumatera Utara
2. Transesterifikasi II Biodesel yang telah dialirkan ke reaktor R-114 mengalami penyempurnaan
kembali, yaitu dengan mengalirkan sisa metoksida dari tangki metoksida sebanyak 100 liter ke dalam reaktor R-114. Temperatur reaktor tetap terjaga pada
50-60 C dan tidak lebih dari 60
C. Kemudian dihidupkan agitator untuk melakukan pengadukan selama 1 jam. Setelah itu agitator dihentikan dan
dilakukan settling kembali selama 1 jam hingga terjadi pemisahan antara fase biodiesel dengan fase gliserol. Pemisahan ini dapat juga dilakukan dengan melihat
perbedaan warna, dimana gliserol berwarna merah kecoklatan sedangkan biodiesel berwarna putih kebeningan. Selanjutnya fase gliserol yang sudah
terpisah dialirkan ke tangki T-121 dan kemudian dialirkan ke tangki gliserol storage T-287, sedangkan fase biodiesel dialirkan ke tangki T-280 untuk
dilakukan tahap pencucian.
2.7.3.3. Unit Pemurnian