Sebelum Upacara Perkawinan Tahapan Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Tapanuli Selatan

terpisah dari orang tua mereka. Keluarga golongan ekonomi atas, meskipun mempunyai ruangan di rumah lama bagi pengantin baru, mungkin lebih suka membangun rumah baru bagi mereka. Secara keseluruhan di Jepang, kecenderungan untuk membangun rumah sendiri setelah mereka menikah belumlah sepenuhnya merupakan cara hidup yang mapan. Di daerah pedesaan orang menganggap wajar bila pasangan baru tetap tinggal di rumah yang sama dengan orang tuanya. Berdasarkan data dalam Martha 1995:80, disimpulkan bahwa mereka semakin cenderung membentuk keluarga inti. Vitrilokal patrilokal yaitu adat yang menghendaki agar pasangan baru menetap disekitar kaum kerabat suaminya, yaitu orang tua dari suami, sekarang ini semakin cenderung ke arah neolokal, yaitu adat yang menentukan pasangan baru untuk tinggal terpisah di kediaman yang baru, tidak disekitar kaum kerabat suami atau isteri.

3.2 Tahapan Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Tapanuli Selatan

3.2.1 Sebelum Upacara Perkawinan

Dalam adat-istiadat Tapanuli Selatan secara umum, kegiatan yang pertama dilakukan dalam tahapan perkawinan adalah menentukan pasanganmemilih jodoh. Penentuan pasangan dapat dilakukan dengan dijodohkan oleh kedua orang tua ataupun karena telah ada pilihan masing-masing sehingga orang tua hanya tinggal menyetujui saja. Pencarian jodoh atau calon isteri pada masa dahulu dapat dilakukan oleh seorang laki-laki melalui kegiatan Martandang atau Marbondong ataupun dengan cara lain. Dan apabila ia telah menemukan calon isteri yang diinginkannya atau Universitas Sumatera Utara telah sepakat dengan seorang gadis untuk melakukan perkawinan, maka laki-laki tersebut akan meminta tolong kepada Namboru atau neneknya untuk memberitahukan kepada orang tuanya bahwa ia bermaksud hendak berumah tangga. Jika maksud laki-laki tersebut disetujui oleh orang tuanya, maka selanjutnya pihak orang tua laki-laki dengan bantuan kerabat dekatnya akan menyelidiki berbagai hal mengenai keadaan gadis yang dicalonkan untuk jadi isterinya. Kegiatan menyelidiki itu disebut Mangaririt boru meneliti keadaan calon isteri. Selain itu orang tua laki-laki juga menyelidiki keadaan orang tua kaum kerabat gadis yang bersangkutan. Dan kalau hasil penyelidikan itu menunjukkan keadaan yang baik menurut penilaian orang tua laki-laki, maka sebelum melakukan peminangan, orang tua laki-laki baik secara langsung atau dengan perantaraan Anak boru mereka, lebih dahulu melakukan pembicaraan dengan pihak orang tua perempuan. Pada kesempatan itu, pihak orang tua laki-laki menyampaikan keinginan anak mereka untuk mempersunting anak gadis mereka. Setelah mengetahui hal itu, biasanya pihak orang tua perempuan meminta tenggang waktu buat berunding dengan anak perempuannya dan para kerabat dekat mereka sebelum upacara peminangan dilakukan. Selama berlangsungnya tenggang waktu yang telah disepakati pihak orang tua perempuan berunding dengan para kerabatnya mengenai maksud dari pihak orang tua laki-laki untuk meminang anak mereka, di samping itu juga pihak orang tua perempuan menyelidiki berbagai keadaan dari laki-laki dan keadaan orang tuanya serta kaum kerabatnya. Dalam hal ini asal usul atau keturunan dan status sosial dari orang tua dan keluarga kedua belah pihak merupakan faktor yang Universitas Sumatera Utara sangat diperhitungkan sebagai kriteria untuk menentukan dapat atau tidaknya perkawinan dilangsungkan. Setelah tenggang waktu berakhir yang berarti waktu untuk melakukan upacara peminangan telah tiba, maka utusan dari pihak orang tua laki-laki datang ke rumah orang tua perempuan untuk melaksanakan upacara peminangan. Kedatangan utusan itu diterima oleh orang tua perempuan bersama-sama dengan sejumlah kerabat dekat yang tergolong sebagai Kahanggi, Mora dan Anak boru mereka. Dan menurut tradisi, utusan orang tua laki-laki yang bertugas melakukan upacara peminangan terdiri dari: a. Abang atau adik laki-laki Kahanggi dari pihak ayah bersama isterinya. b. Kakak atau adik perempuan dari pihak ayah bersama suaminya Anak boru. c. Abang atau adik laki-laki dari pihak ibu bersama isterinya Mora. Dalam melakukan peminangan, mereka diwajibkan Manungkus membawa oleh-oleh berupa makanan yang dibungkus dengan daun pisang dan membawa sirih adat untuk dipersembahkan kepada pihak keluarga perempuan yang menerima kedatangan mereka untuk meminang. Apabila semua orang yang diperlukan untuk melaksanakan upacara peminangan telah hadir dan duduk berhadapan di tempat upacara rumah orang tua perempuan, maka upacara peminangan dimulai dengan mempersilahkan Anak boru dan rombongan dari utusan orang tua laki-laki untuk Manyuruduhon mempersembahkan sirih adat kepada masing-masing kerabat orang tua perempuan yang hadir dalam upacara itu. Setelah sirih adat tersebut diterima maka Anak boru tadi memulai pembicaraan untuk menyampaikan maksud Universitas Sumatera Utara kedatangan mereka. Selanjutnya pembicaraan peminangan disampaikan oleh utusan orang tua laki-laki secara bergiliran. Dan kata-kata mereka dibalas pula secara bergiliran oleh para kerabat orang tua perempuan yang ikut serta dalam upacara tersebut. Setelah pihak orang tua perempuan menerima pinangan yang disampaikan oleh utusan orang tua laki-laki, maka acara selanjutnya adalah Manyapai batang boban. Yang dimaksud dengan Batang boban ialah antaran yang harus dipenuhi oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Yang menentukan besar kecilnya Batang boban adalah Mora dari pihak perempuan. Jika pinangan tidak dapat diterima oleh pihak orang tua perempuan, maka dalam kesempatan itu mereka menyampaikan penolakan dengan cara halus sambil mengemukakan berbagai alasan yang dapat diterima oleh utusan orang tua laki- laki tanpa merasa sakit hati. Dalam adat Tapanuli Selatan Batang boban yang harus diserahkan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan sewaktu acara Manulak sere menyerahkan antaran terdiri dari 2 macam, yaitu: 1. Sere Na Godang okuandar Pengertian Sere Na Godang secara hakiki adalah Sere emas yang jumlahnya banyak atau merupakan barang-barang yang harus diserahkan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Yang termasuk Sere Na Godang ialah: - Kerbau - Lembu - Padi - Emas Universitas Sumatera Utara Berhubung besarnya jumlah Sere Na Godang yang harus diserahkan oleh pihak laki-laki, maka sudah dipastikan pihak laki-laki yang telah menjadi Anak boru dari pihak perempuan tidak akan mampu melunasinya sehingga dikatakanlah pihak laki-laki itu sebagai orang yang berhutang sepanjang masa kepada Moranya yaitu pihak perempuan. Adapun tujuan para leluhur terdahulu di Tapanuli Selatan menciptakan keadaan seperti ini adalah untuk mengikat tali kekeluargaan yang kekal antara pihak Anak boru dengan pihak Moranya. Kemudian Sere Na Godang itu diganti dengan seseorang yaitu perwakilan Kahanggi dan Anak boru dari pihak laki-laki yang menjamin hutang Sere Na Godang yang tidak mungkin dapat terbayar itu. Perwakilan Kahanggi dan Anak boru itu disebut Okuandar yaitu pihak yang menjamin dan bertanggung jawab apabila dikemudian hari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di antara kedua pengantin. 2. Sere Na Lamot Pengertian Sere Na Lamot adalah “tuhor ni boru” sejumlah uang ditambah dengan barang keperluan pengantin perempuan yang harus disediakan pihak laki- laki sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Selain Sere Na Lamot yang diserahkan pada acara Manulak sere menyerahkan antaran, ada lagi tambahan yang juga harus diserahkan, yaitu: - Parkayan Ialah sejumlah kain pelekat yang jumlahnya ganjil, yang diserahkan kepada pihak perempuan sebagai ubat ni tondi bagi yang menerimanya. Dan yang berhak menerimanya adalah: Universitas Sumatera Utara a Uduk api kain adatkain bugis, untuk ibu calon pengantin perempuan, b Apus ilu kain sarung, untuk bou saudara perempuan dari pihak ayah calon pengantin perempuan, c Tutup uban kain sarung, untuk nenek calon pengantin perempuan, d Upa tulang, untuk tulang atau saudara laki-laki dari calon pengantin perempuan, e Hariman markahanggi, untuk amangtua abang dari pihak ayah atau uda adik laki-laki dari pihak ayah calon pengantin perempuan, f Tompas handang, untuk Anak boru, g Parorot tondi, untuk orang yang telah menjaga calon pengantin perempuan ketika dia masih anak-anak. - Ingot-ingot Ialah sejumlah uang yang dibagikan kepada peserta yang hadir sewaktu acara Manulak sere dilakukan, yang jumlahnya tidak ditentukan tergantung kepada kesepakatan kedua belah pihak. Biasanya jumlahnya dibagi dua, separuh dari pihak laki-laki dan separuh dari pihak perempuan. Setelah perlengkapan Batang boban antaran seperti yang dijelaskan di atas sudah lengkap, maka dilaksanakan acara berikutnya yaitu Manulak sere menyerahkan antaranantar tanda. Dalam proses Manulak sere ini pihak laki-laki membawa Batang boban yang telah disepakati sebelumnya di rumah pihak perempuan dan membawa perlengkapan Manulak sere yang berupa: 1 Pahar sejenis wadahtampah, 2 Abit tonun patani kain ulos adat, 3 Bulung ujung ujung daun pisang, Universitas Sumatera Utara 4 Beras kuning, 5 Keris, sebagai tanda na marutang, 6 Puntu gelang tangan, 7 Jagar-jagar, 8 Uang tali dari logam, sebagai simbol pertalian keluarga, 9 Arihir atau tali pengikat kerbau. Perlengkapan Manulak sere mulai dari 2 sampai 9 semuanya diletakkan secara beraturan di atas Pahar nomor 1. Yang harus hadir dari pihak perempuan dalam acara ini ialah: a. Pimpinan adat setempat b. Mora c. Suhut orang tua, abang dan adik d. Kahanggi pariban e. Anak boru f. Kerabat terdekat Sedangkan dari pihak laki-laki yang harus hadir ialah: a. Suhut abang, adik dan orang tua b. Kahanggi pariban c. Anak boru Yang memimpin acara Manulak sere ini adalah pimpinan adat setempatkepala kampung. Dapat dilakukan pada siang atau malam hari. Parkayan dan Ingot-ingot langsung dibagikan pada saat acara, sedangkan ”tuhor ni boru” diberikan Anak boru kepada ibu calon pengantin perempuan. Dalam acara ini kedua belah pihak juga merundingkan tentang: Universitas Sumatera Utara a Mas kawin, b Waktu yang baik untuk menikah dan bersanding, c Dan lain-lain yang dirasa perlu sehubungan dengan upacara berlangsungnya perkawinan tersebut. Setelah semuanya selesai, maka acara ditutup dengan makan bersama. Dengan telah diserahkannya antaran dari pihak calon pengantin laki-laki kepada pihak calon pengantin perempuan, maka beberapa selang waktu sebelum menuju hari perkawinan, kedua belah pihak membicarakan apakah nanti dalam pelaksanaan perkawinan akan dilangsungkan kenduri sekedarnya atau secara besar-besaran. Dan pada saat itu juga diadakan pembentukan panitia resepsi yang tugasnya nanti adalah bertanggung jawab atas segala kelengkapan yang berhubungan dengan resepsi, seperti mengundang, mendirikan dapur, pelaminan, undangan, dan lain-lain. Perlu diperhatikan bahwa di antara acara pernikahan dengan acara Pabuat boru memberangkatkan pengantin perempuan jangan terlalu lama. Karena menurut agama Islam setelah pernikahan, pengantin perempuan sudah menjadi hak pengantin laki-laki. Apabila hari perkawinan semakin dekat, maka panitia akan sibuk membuat kelengkapan-kelengkapan yang berhubungan dengan pelaksanaan pesta. Sehari sebelum upacara perkawinan, diadakan pula kegiatan berinai di rumah calon pengantin perempuan. Kegiatan ini tidak harus dilakukan, karena ini hanya merupakan keinginan dari calon pengantin perempuan saja. Keesokan paginya di rumah keluarga perempuan diadakan pengucapan Ijab Qabul pernikahan, yang mana sebelumnya mereka sudah mendaftarkan diri dulu Universitas Sumatera Utara di kantor urusan agama. Acara ini dihadiri oleh masing-masing utusan kedua mempelai dan wali yang menikahkan beserta para saksi. Wali pernikahan selain orang tua dari bapakayah pengantin perempuan, bisa juga diwakilkan kepada Qadhi sebutan orang yang bertugas sebagai wali pernikahan. Qadhi didampingi oleh dua orang saksi disamping majelis lainnya yang dianggap juga sebagai saksi. Kemudian mahar diperlihatkan kepada majelis dan hadirin untuk diketahui bahwa mahar tersebut sudah lunas. Selanjutnya dimulai dengan khutbah nikah oleh Qadhi lalu membaca do’a nikah serta lafadz akad nikah dengan fasih yang diikuti oleh pengantin laki-laki. Kemudian ditutup dengan do’a. Setelah selesai acara akad nikah, maka mereka sudah sah sebagai suami isteri berdasarkan agama dan hukumpemerintah. Kemudian dilanjutkan dengan acara tepung tawar. Tepung tawar merupakan tahapan upacara yang mengandung do’a selamat serta simbol-simbol kehidupan rumah tangga. Setelah itu barulah pengantin laki-laki pulang kerumahnya beserta rombongan.

3.2.2 Upacara Perkawinan