Upacara Perkawinan Tahapan Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Tapanuli Selatan

di kantor urusan agama. Acara ini dihadiri oleh masing-masing utusan kedua mempelai dan wali yang menikahkan beserta para saksi. Wali pernikahan selain orang tua dari bapakayah pengantin perempuan, bisa juga diwakilkan kepada Qadhi sebutan orang yang bertugas sebagai wali pernikahan. Qadhi didampingi oleh dua orang saksi disamping majelis lainnya yang dianggap juga sebagai saksi. Kemudian mahar diperlihatkan kepada majelis dan hadirin untuk diketahui bahwa mahar tersebut sudah lunas. Selanjutnya dimulai dengan khutbah nikah oleh Qadhi lalu membaca do’a nikah serta lafadz akad nikah dengan fasih yang diikuti oleh pengantin laki-laki. Kemudian ditutup dengan do’a. Setelah selesai acara akad nikah, maka mereka sudah sah sebagai suami isteri berdasarkan agama dan hukumpemerintah. Kemudian dilanjutkan dengan acara tepung tawar. Tepung tawar merupakan tahapan upacara yang mengandung do’a selamat serta simbol-simbol kehidupan rumah tangga. Setelah itu barulah pengantin laki-laki pulang kerumahnya beserta rombongan.

3.2.2 Upacara Perkawinan

Upacara perkawinan dalam masyarakat Tapanuli Selatan dikenal dengan sebutan upacara bersanding, tetapi zaman sekarang lebih dikenal dengan istilah resepsi pernikahan atau pesta perkawinan. Waktu pelaksanaan upacara ini berbeda-beda atau tidak ada aturan yang mengaturnya. Bisa saja dilaksanakan sehari setelah akad nikah, ada juga yang langsung pada siang hari setelah akad nikah yang diadakan pagi hari, dan ada juga yang dilaksanakan dalam rentan waktu yang lama, tergantung kesepakatan dan kondisi dari masing-masing keluarga mempelai. Universitas Sumatera Utara Umumnya waktu yang banyak dilakukan oleh masyarakat Tapanuli Selatan untuk melangsungkan resepsi perkawinan adalah setelah hari raya Idul Fitri atau hari raya Idul Adha. Kemudian tempat resepsi ini adalah di masing-masing rumah mempelai, namun puncak acaranya dilangsungkan di rumah pengantin perempuan. Di hari perkawinan, pada pagi harinya mempelai wanita berhias dahulu sebelum duduk di pelaminan. Adapun busana yang dipakai adalah busana adat Mandailing Tapanuli Selatan. Secara umum pakaian untuk mempelai wanita adalah pakaian kebesaran dari adat Tapanuli Selatan, yaitu: baju kurung berwarna hitam dengan memakai ornamen-ornamen berbentuk bunga melati atau bintang yang berwarna kuning keemasan, kain sarung, anting-anting emas, kalung emas, ikat pinggang berwarna kuning keemasan, kuku emas, sisir emas yang diletakkan pada sanggul, puntu gelang tangan berwarna keemasan yang dipakai pada kanan dan kiri tangan di atas sikut, dua buah keris adat yang diselitkan pada kanan dan kiri pinggang sebelah depan, dua helai ulos yang diselempangkan di atas baju kurung atau terletak di bawah kalung emas, sanggul, dan bulang yang dipakai di kepala dipakaikan juga jarunjung dan tusuk sanggul yang menjulang ke atas. Sedangkan untuk pengantin laki-laki pakaian yang dipakai adalah pakaian adat Tapanuli Selatan, yaitu: baju godang berwarna hitam model jas dengan leher baju tegak karena disulam dengan benang emas, dan pinggir baju serta penutup kantongnya juga disulam dengan benang emas serta disekelilingnya ditaburi ornamen berbentuk bunga cempaka yang berwarna kuning keemasan, celana panjang yang juga berwarna hitam dan dibalut dengan kain sarung sampai di atas lutut, rompi yang dikenakan di dalam baju godang yang terbuat dari kain Universitas Sumatera Utara berwarna hitam dan disulam dengan benang emas bermotif bunga cempaka, puntu semacam gelang tangan yang besar dengan warna kuning keemasan dan dipakai pada kedua belah tangan di atas sikut, keris adat dua buah yang diselitkan dipinggang kiri dan kanan, dan hampu berbentuk kopiah yang dililit oleh lingkaran bulat disekelilingnya dengan dasar warna hitam. Lingkaran bulat berwarna hitam menunjukkan genggaman kekuasaan dan ujung kedua lingkaran itu bertemu pada sudut kanan dalam keadaan yang berbelit, satu ujung menunjuk ke atas dan satu ujung lagi menunjuk ke bawah. Hampu ini dihiasi dengan ornamen berbentuk bunga melati atau bintang berwarna kuning keemasan. Biasanya acara pesta perkawinan dimulai pada pukul 10.00 Wib. Dimulai dengan upacara mengantar pengantin laki-laki dari rumahnya ke rumah pengantin perempuan. Sebelum rombongan berangkat terlebih dahulu pimpinan adat setempatkepala kampung membaca do’a selamat bagi kesejahteraan pengantin laki-laki. Setelah segala sesuatunya selesai, rombongan bergerak dari rumah pengantin laki-laki menuju ke rumah pengantin perempuan, dipimpin oleh pimpinan adat setempatkepala kampung dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya. Susunan rombongan dalam perjalanan mempunyai aturan-aturan tertentu. Adapun kebiasaan susunan rombongan dalam perjalanan adalah: didepan sekali beberapa orang wanita tua dan beberapa wanita pembawa makanan, kelompok wanita muda dan wanita-wanita tua, kelompok pemuka musyawarah yang didalamnya termasuk pimpinan adat setempatkepala kampung. Pengantin laki- laki diapit oleh kedua orang tuanya. Seterusnya dibelakang pengantin ialah kelompok orang-orang muda laki-laki dan kelompok laki-laki tua serta beberapa Universitas Sumatera Utara orang pemuda terkemuka. Dalam hal ini regu kesenian boleh ditempatkan dimana saja. Sebelum rombongan pengantin laki-laki tiba di halaman rumah, dari kejauhan sayup-sayup terdengar regu kesenian membunyikan beberapa Gondang gong, suling bambu serta zikir dan salawat kepada Nabi, sehingga kedatangan rombongan dapat diketahui oleh pihak penunggu. Pihak pemuka-pemuka dalam masyarakat Tapanuli Selatan mempersiapkan diri untuk kedatangan pengantin laki-laki. Rombongan pengantin laki-laki berhenti dimuka gerbang halaman rumah pengantin wanita sambil mengucapkan salam dan tegur sapa tanda penghormatan. Setelah adanya isyarat-isyarat tertentu, terjadilah suatu pembicaraan dalam bentuk pantun dan syair antara kedua belah pihak. Selanjutnya pengantin laki-laki ditempatkan pada tempat duduk yang sudah dipersiapkan sebelumnya untuk acara selanjutnya, sedangkan rombongan pengantin laki-laki tetap berada disekelilingnya. Rombongan pengantin wanita ditempatkan pada ruang tengah rumah atau diserambi belakang. Tidak lama kemudian masuklah pengantin wanita yang dibawa oleh ibunya menuju ke tempat duduk pengantin laki-laki tadi. Setelah itu dimulailah upacara Mangupa. Mangupa adalah upacara adat di Tapanuli Selatan yang nilainya amat penting sebagai perwujudan dari kasih sayang dan persatuan, sehingga dapat dikatakan bahwa Mangupa adalah pernyataan kegembiraan. Pada tempat upacara, dinding ruang depan rumah pada posisi yang disebut Juluan dimana kedua pengantin disandingkan, ditutup dengan kain hiasan yang Universitas Sumatera Utara disebut Tabir. Sebagian lantai ruangan biasanya dilapisi dengan ambal dan tikar pandan. Untuk tempat duduk para pimpinan adat setempat. Seluruh peserta dan pimpinan upacara serta kedua pengantin yang akan dipersembahkan Upa-upa Pangupa duduk bersama-sama di atas lantai rumah yang dilapisi dengan tikar. Benda-benda untuk Upa-upa tersebut, yaitu: 1 Telur ayam, 2 Nasi putih, 3 Garam, 4 Air putih, 5 Ikan sungai, 6 Udang, 7 Ayam panggang, 8 Induri atau tampah, dan 9 Bulung ujung. Pada waktu mempersembahkan Upa-upa kepada kedua pengantin, masing- masing pelaksana upacara yang terdiri dari orang tua pengantin laki-laki dan kaum kerabatnya. Para pelaksana terdiri dari laki-laki dan perempuan yang sudah berumah tangga saja. Kemudian pemimpin upacara menyampaikan pidato adat yang isinya berupa do’a dan harapan agar kedua pengantin mendapat kemaslahatan dalam kehidupan mereka berumah tangga. Setelah upacara Mangupa selesai, dilanjutkan dengan makan bersama. Kemudian kedua pengantin ditempatkan di pelaminan dan menunggu undangan yang akan mengucapkan selamat. Universitas Sumatera Utara

3.2.3 Setelah Upacara Perkawinan