Makna Perkawinan Pada Masyarakat Jepang Tahapan Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Jepang

berkesinambungan antara orang-orang yang masih hidup dengan para leluhur mereka. Dalam sebuah Ie, adanya perkawinan tidak dengan sendirinya akan membentuk Ie baru tetapi lebih merupakan masuknya anggota baru yaitu pengantin perempuan ke dalam sebuah keluarga lain yaitu keluarga suami Dilla,2004:16. Selanjutnya Dilla 2004:16 juga menjelaskan keluarga tradisional Jepang biasanya terdiri dari tiga generasi, yaitu anak yang akan mewarisi Ie, orang tua, serta kakek dan nenek yang semuanya hidup di bawah naungan atap yang sama dan menjalankan kehidupan sosial dan ekonomi bersama-sama. Apabila keluarga Ie tidak mempunyai anak yang dapat meneruskan kesinambungan Ie, maka Ie dapat dilanjutkan oleh orang-orang yang bekerja hokonin di dalam Ie yang telah dipercaya walaupun tidak mempunyai hubungan darah dengan kepala keluarga. Dilla 2004:18 juga menerangkan bahwa dalam struktur sosial Ie, yang memegang kekuasaan terbesar adalah ayah sebagai kepala keluarga kacho. Kepala keluarga memegang peranan penting dalam penyelenggaraan kehidupan. Oleh karena itu, ayah haruslah dihormati dan ditaati oleh anggota keluarganya. Anggota-anggota keluarga yang lain harus menjalankan tugas masing-masing di bawah pengawasan kepala keluarga.

2.1.2 Makna Perkawinan Pada Masyarakat Jepang

Dasar dari sebuah keluarga adalah pernikahan, dengan adanya pernikahan melahirkan hubungan dalam anggota keluarga. Hubungan tersebut dalam Universitas Sumatera Utara masyarakat Jepang adalah hubungan darah dan hubungan bukan darah. Hubungan darah dapat dibagi atas hubungan vertikal dan horizontal. Hubungan vertikal misalnya hubungan antara kakek, ayah, diri sendiri, anak dan cucu, sedangkan hubungan horizontal maksudnya hubungan antara diri sendiri dengan saudara laki- laki atau saudara perempuan atau juga dengan sepupu. Dengan adanya pernikahan ini pula melahirkan hubungan keluarga Inzoku, yaitu pihak keluarga isteri. Memang tidak ada hubungan darah dengan diri sendiri tetapi ada hubungan keluarga melalui pernikahan. Hubungan keluarga yang dibentuk atas hubungan darah secara langsung seperti hubungan vertikal dan horizontal tersebut di atas disebut Shinru. Sedangkan hubungan dengan sepupu atau kemenakan disebut Enru dan hubungan keluarga melalui pernikahan disebut Enja. Dalam sebuah Ie, pernikahan tidak dengan sendirinya membentuk Ie baru tetapi lebih merupakan masuknya anggota baru yaitu pengantin perempuan ke dalam sebuah keluarga lain, yaitu keluarga suami. Bentuk ini jelas dalam Fokogu kazoku atau keluarga besar yang kompleks. Pada keluarga ini baik Ji-sannan atau anak laki-laki kedua, ketiga dan seterusnya maupun Kokonin pembantu akan tetap berada di bawah naungan atap yang sama. Mereka tetap merupakan bagian dari Ie, hidup dan bekerja bersama-sama dengan Kacho termasuk di dalam perhitungan anggaran belanja Ie yang bersangkutan Martha,1995:25. Dari ulasan di atas dapat dikemukakan bahwa perkawinan bagi masyarakat Jepang disamping sebagai pengukuhan hak dan kewajiban sebagai suami isteri, perkawinan juga bermakna sebagai sarana dalam pelestarian keluarga tradisional Jepang. Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Tahapan Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Jepang

Setelah pasangan calon pengantin memutuskan untuk meneruskan hubungan mereka ke jenjang perkawinan, maka rangkaian acara mulai dari pertukaran barang pertunangan, upacara perkawinan dan resepsi perkawinan diselenggarakan. Puncaknya adalah upacara perkawinan. Tahapan pertama adalah peresmian atau pemberitahuan pertunangan yang disebut dengan Yuinoo. Yuinoo dibagi dua yaitu Yuinoohin dan Yuinookin. Pertukaran barang-barang pemberian sebagai tanda pertunangan disebut dengan Yuinoohin. Sedangkan pemberian uang sebanyak dua atau tiga bulan gaji calon pengantin pria disebut dengan Yuinookin. Sebagai balasan Yuinookin, pihak wanita akan memberikan setengah dari uang yang diterimanya. Setelah tercapai kesepakatan di antara kedua calon pengantin, maka pihak pria akan mengirimkan pemberian-pemberian sebagai hadiah tanda persetujuan dari pihak wanita. Untuk mendengar kabar ini, maka diundanglah sanak saudaranya. Istilah ini disebut dengan Kimecha 決め茶 yaitu pemberian berupa teh kepada sanak saudaranya. Dalam merayakan pertunangan ini juga diberikan Kugicha 釘茶, yaitu sejenis arak Jepang dan ikan tai sejenis ikan kakap kepada undangan yang datang. Setelah Kimecha, maka akan dilakukan penentuan hari perkawinan. Seorang Nakoodo akan merundingkan dengan pihak wanita tentang penentuan waktu yang baik untuk pelaksanaan resepsi upacara perkawinan. Waktu yang baik artinya hari yang mempunyai keberuntungan yaitu keuntungan terbesar dalam siklus enam hari untuk satu perkawinan. Untuk tujuan ini penduduk di daerah tertentu selalu Universitas Sumatera Utara berkonsultasi dengan seorang Ogamiyasan yang dapat memberikan nasihat tentang hal tersebut. Buku petunjuk tentang perkawinan juga digunakan untuk memberikan keterangan praktis seperti menghindari dari hari-hari menstruasi pengantin wanita dan pada musim panas, karena akan menyusahkan untuk berdandan. Biasanya hari Minggu banyak dipilih sebagai hari yang baik bagi upacara dan resepsi perkawinan karena banyak para tamu yang bekerja pada hari- hari biasa. Sekitar bulan September-November pada musim gugur aki banyak yang melangsungkan resepsi perkawinan. Jika hari perkawinan sudah ditetapkan, maka akan dilakukan Honcha 本茶 yaitu pemberian hadiah pertunangan utama dari rumah calon pengantin pria ke rumah calon pengantin wanita. Pemberian tersebut bisa berupa Kimono 着物 dan aksesorisnya atau sejumlah uang. Pemberian lain adalah satu cincin pertunangan.

2.2 Perkawinan Pada Masyarakat Tapanuli Selatan