Bentuk Keluarga Pada Masyarakat Jepang

4. Kalau wanita yang telah bercerai melangsungkan perkawinan lagi, sekurang-kurangya 6 bulan sejak keputusan perceraiannya dari perkawinan yang terdahulu. 5. Perkawinan tidak boleh dengan dua orang isteri bigami. 6. Perkawinan tidak boleh dilangsungkan dengan orang yang memiliki hubungan darah dengan pasangannya. 7. Seseorang yang belum dewasa atau dibawah umur yang telah ditentukan, harus memperoleh izin dari kedua orang tua mereka Martha, 1995:19-20. Setelah perkawinan terbentuk, kedua pasangan dipanggil dengan satu nama keluarga. Berdasarkan pasal 75 Undang-undang perdata, Myooji nama keluarga dapat dipakai dari nama suami atau nama isteri. Namun demikian, 98,9 isteri di Jepang mengubah nama keluarganya dengan nama keluarga suaminya atau dengan kata lain pihak wanita ikut pihak keluarga pria.

2.1.1 Bentuk Keluarga Pada Masyarakat Jepang

A. Bentuk Keluarga Menurut Situmorang 2006:22 Kazoku adalah general konsep tentang keluarga dalam masyarakat Jepang. Dalam konsep umum yang dimaksud dengan Kazoku adalah hubungan suami isteri, hubungan orang tua dan anak, dan akhirnya diperluas pada hubungan persaudaraan yang didasarkan pada struktur masyarakat tersebut dan struktur keluarga berbeda pada masing-masing masyarakat budaya. Dasar dari Kazoku adalah pernikahan. Dengan adanya pernikahan melahirkan hubungan darah dan hubungan bukan darah. Hubungan darah dapat dibagi atas hubungan vertikal dan horizontal. Hubungan vertikal misalnya Universitas Sumatera Utara hubungan antara kakek, ayah, diri sendiri, anak dan cucu. Sedangkan hubungan horizontal maksudnya hubungan antara diri sendiri dengan saudara laki-laki atau saudara perempuan atau juga dengan sepupu. Dengan adanya pernikahan ini pula melahirkan hubungan keluarga Inzoku, yaitu pihak keluarga isteri. Memang tidak ada hubungan darah dengan diri sendiri tetapi ada hubungan keluarga melalui pernikahan. Hubungan keluarga yang dibentuk atas hubungan darah secara langsung seperti hubungan vertikal dan hubungan horizontal tersebut di atas disebut Shinru, sedangkan hubungan dengan sepupu atau kemenakan disebut Enru dan hubungan keluarga melalui pernikahan disebut Enja. Lebih lanjut Situmorang 2006:22 mengatakan jenis-jenis Kazoku adalah keluarga inti nuclear family, keluarga poligami polygami family, dan keluarga luas extende family. Jadi yang dimaksud dengan Kazoku adalah kelompok yang terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah. Adapun dasar pembentukannya adalah hubungan suami isteri. Kazoku merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang merupakan komponen terpenting dalam pembentukan sistem kekerabatan, dari Kazoku inilah akan lahir sistem keluarga tradisional Jepang yang disebut dengan Ie. B. Ie Menurut kamus besar Bahasa Jepang, Ie adalah bangunan tempat tinggal keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak. Kata Ie ini dimana huruf I berfungsi sebagai imbuhan dan huruf e berarti ro, yaitu tungku perapian Universitas Sumatera Utara sebagai alat memasak yang biasanya diletakkan ditengah-tengah rumah dan tungku ini merupakan simbol tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk makan bersama-sama. Menurut Kizaemon dalam Situmorang 2000:46-47, Ie adalah suatu jenis keluarga khas Jepang yang anggota-anggotanya terdiri dari beberapa generasi, meliputi anggota yang masih hidup dan mati. Di dalam keluarga tersebut diusahakan melanjutkan simbol-simbol keluarga dan menjalankan usaha keluarga. Di samping itu ada pendapat yang dikemukakan oleh Nakane dalam Oktarina 2002:7, bahwa Ie dapat dikatakan sebagai kelompok yang tinggal bersama di bawah satu atap dan makan dari makanan yang di masak dari dandang yang sama. Keluarga Ie adalah bentuk keluarga luas yang mengikuti satu garis keturunan ayah. Perbedaan yang paling utama antara Kazoku dengan keluarga Ie adalah bahwa Kazoku dapat berakhir karena kematian suami atau isteri atau karena perceraian, jadi keberadaan Kazoku adalah satu generasi. Sedangkan Ie terbentuk minimal dua generasi, karenanya Ie tidak hancur karena perceraian atau meninggalnya salah satu pihak suami atau isteri dalam keluarga tersebut Situmorang, 2006:22. Dari pendapat di atas jelaslah bahwa Ie bukan hanya adanya ikatan tali darah saja tetapi lebih ditekankan kepada kelompok yang menyelenggarakan kehidupan bersama, baik dalam sosial maupun ekonomi. Ie juga tidak mengacu kepada anggota keluarga yang masih hidup, tetapi leluhur atau nenek moyang mereka juga merupakan suatu kesatuan yang mengikat antara masa lalu mereka dan sampai masa sekarang. Oleh karena itu, terdapat suatu ikatan yang Universitas Sumatera Utara berkesinambungan antara orang-orang yang masih hidup dengan para leluhur mereka. Dalam sebuah Ie, adanya perkawinan tidak dengan sendirinya akan membentuk Ie baru tetapi lebih merupakan masuknya anggota baru yaitu pengantin perempuan ke dalam sebuah keluarga lain yaitu keluarga suami Dilla,2004:16. Selanjutnya Dilla 2004:16 juga menjelaskan keluarga tradisional Jepang biasanya terdiri dari tiga generasi, yaitu anak yang akan mewarisi Ie, orang tua, serta kakek dan nenek yang semuanya hidup di bawah naungan atap yang sama dan menjalankan kehidupan sosial dan ekonomi bersama-sama. Apabila keluarga Ie tidak mempunyai anak yang dapat meneruskan kesinambungan Ie, maka Ie dapat dilanjutkan oleh orang-orang yang bekerja hokonin di dalam Ie yang telah dipercaya walaupun tidak mempunyai hubungan darah dengan kepala keluarga. Dilla 2004:18 juga menerangkan bahwa dalam struktur sosial Ie, yang memegang kekuasaan terbesar adalah ayah sebagai kepala keluarga kacho. Kepala keluarga memegang peranan penting dalam penyelenggaraan kehidupan. Oleh karena itu, ayah haruslah dihormati dan ditaati oleh anggota keluarganya. Anggota-anggota keluarga yang lain harus menjalankan tugas masing-masing di bawah pengawasan kepala keluarga.

2.1.2 Makna Perkawinan Pada Masyarakat Jepang