Bentuk Keluarga Pada Masyarakat Tapanuli Selatan

2 Saudara dari ibu kandungnya kalau ibu kandungnya masih hidup, 3 Saudara kandung dari isterinya kalau isterinya masih hidup, 4 Anak dari saudaranya yang perempuan, 5 Anak perempuan dari saudara perempuan ayahnya. Kaidah adat masyarakat Tapanuli Selatan tidak melarang poligami, tetapi sama sekali tidak memperbolehkan poliandri.

2.2.1 Bentuk Keluarga Pada Masyarakat Tapanuli Selatan

Bentuk keluarga di Tapanuli Selatan erat kaitannya dengan sistem kemasyarakatan. Sistem kemasyarakatan suatu masyarakat akan mencakup hal-hal yang berkaitan dengan sistem kekerabatan, prinsip-prinsip keturunan, istilah- istilah kekerabatan, stratifikasi sosial, aktifitas-aktifitas sosial dan sebagainya. Dalam masyarakat Tapanuli Selatan Marga merupakan suatu bentuk kelompok kekerabatan kin group yang para anggotanya adalah keturunan dari seorang kakek bersama; oleh karena itu pada hakekatnya para anggota suatu marga satu sama lain terikat oleh pertalian atau hubungan darah blood-ties. Masing-masing marga dalam masyarakat Tapanuli Selatan mempunyai namanya sendiri. Nama-nama marga antara lain ialah Siregar, Pane, Harahap, dan Hutasuhut. Karena nama dari suatu marga merupakan bahagian yang inheren dari marga yang bersangkutan, maka sudah lazim nama marga diidentikkan orang dengan marga. Misalnya Siregar dipandang sebagai suatu marga, bukan sebagai nama dari suatu marga. Orang-orang Tapanuli Selatan mempunyai kebiasaan memakai nama marga masing-masing sebagai pelengkap nama dirinya. Misalnya nama diri seseorang Universitas Sumatera Utara ialah Baringin dan nama marganya ialah Siregar. Karena nama marganya itu dipakainya sebagai nama pelengkap dirinya, maka ia dikenal sebagai orang yang bernama Baringin Siregar. Dengan mengetahui kebiasaan yang demikian itu, dapat pula diketahui bahwa orang-orang Tapanuli Selatan yang memakai nama marga yang sama sebagai pelengkap nama diri masing-masing merupakan anggota dari satu marga. Dengan kata lain mereka semua adalah orang-orang yang semarga atau keturunan dari seorang kakek bersama Lubis, 1998:133. Marga merupakan klen besar dan Kahanggi merupakan klen kecil atau sub kelompok marga. Dalam hubungan ini Koentjaraningrat 1980:119 mengemukakan bahwa “klen kecil merupakan kelompok kekerabatan yang terdiri dari segabungan keluarga luas yang merasakan diri berasal dari seorang nenek moyang, dan satu dengan lain terikat melalui garis-garis keturunan laki-laki saja ialah patrilineal, atau melalui garis keturunan wanita saja disebut matrilineal”. Dalam masyarakat Tapanuli Selatan suatu keluarga luas yang merasakan diri berasal dari seorang nenek moyang kakek bersama dan merupakan bahagian dari suatu klen kecil atau Kahanggi disebut Saparompuan se-kakek. Selain membentuk kelompok kekerabatan berdasarkan pertalian darah dengan garis keturunan patrilineal, yakni kelompok kekerabatan berupa klen besar yang dinamakan marga, masyarakat Tapanuli Selatan juga membentuk berbagai kelompok kekerabatan affiniti kelompok kekerabatan berdasarkan hubungan perkawinan. Berdasarkan statusnya dalam hubungan perkawinan, dalam masyarakat Tapanuli Selatan terdapat empat macam kelompok kekerabatan Universitas Sumatera Utara affiniti. Masing-masing ialah yang disebut Mora, Anak Boru, Mora ni mora dan Pisang Raut. Kelompok kekerabatan affiniti yang disebut Mora merupakan kelompok kekerabatan yang berstatus sebagai pemberi anak gadis bride giver dalam hubungan perkawinan. Yang disebut Anak Boru merupakan kelompok kekerabatan yang berstatus sebagai penerima anak gadis bride receiver dari Mora. Yang disebut Mora ni mora ialah kelompok kekerabatan affiniti yang berstatus sebagai pemberi anak gadis bagi suatu kelompok kekerabatan yang berstatus sebagai Mora. Dan yang disebut Pisang Raut ialah kelompok kekerabatan affiniti yang berstatus sebagai penerima anak gadis dari kelompok kekerabatan yang berstatus sebagai Anak Boru. Pada hakekatnya Mora dan Mora ni mora mempunyai status yang serupa sebagai pemberi anak gadis. Demikian pula Anak Boru dan Pisang Raut sama-sama punya status sebagai penerima anak gadis Lubis, 1998:134. Bentuk keluarga inti masyarakat Tapanuli Selatan pada umumnya mempunyai kesamaan dari berbagai sub etnis. Adapun bentuk dari keluarga inti terdiri dari seorang suami, isteri dan anak-anak. Disamping keluarga lengkap, terdapat pula keluarga tidak lengkap. Seorang isteri berpisah dengan suaminya karena bercerai atau kematian. Pada keluarga seperti ini, isteri mempunyai kedudukan ganda yaitu sebagai kepala keluarga dan ibu rumah tangga. Dalam keluarga inti lengkap, suami berkedudukan sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab memberi nafkah seluruh anggota keluarganya. Disamping itu berperan sebagai pengambil keputusan untuk dijalankan oleh Universitas Sumatera Utara anggota keluarga. Isteri berkedudukan sebagai ibu rumah tangga. Tugas dan tanggung jawabnya adalah mengurus pekerjaan dapur dan menyiapkan makan sehari-hari. Disamping itu seorang ibu juga dituntut mampu mendidik anak-anak dan memberikan kasih sayang.

2.2.2 Makna Perkawinan Pada Masyarakat Tapanuli Selatan