24 perubahan pola hidup dari agraris ke industri. Oleh karena itu, pelaku urbanisasi
dituntut mampu melakukan pola hidup yang lebih modern. Tanpa perubahan pola hidup tersebut maka urbanisasi akan menimbulkan masalah bukan saja bagi
lingkungan dan pemerintah, melainkan juga bagi pelaku urbanisasi itu sendiri. Robert dan Hohmann dalam LIPI, 2014: 17 mengemukakan, laju urbanisasi
yang tinggi akan menjadikan pertumbuhan penduduk perkotaan yang tinggi pula. Sehubungan dengan hal ini, maka dikenal konsep tingkat urbanisasi suatu wilayah.
Adapun tingkat urbanisasi suatu wilayah ini dilihat berdasarkan proporsi penduduk perkotaan urban population terhadap penduduk keseluruhan. Sedangkan
perpindahan penduduk dari perdesaan ke perkotaan dapat dikategorikan sebagai migrasi penduduk maupun mobilitas penduduk. Migrasi penduduk adalah
perpindahan penduduk dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan dengan tujuan untuk tinggal menetap di daerah perkotaan. Sedangkan mobilitas penduduk berarti
perpindahan penduduk dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan yang hanya bersifat sementara atau bukan untuk menetap.
2.1.2 Faktor-faktor Penyebab Urbanisasi
Urbanisasi tentu merupakan suatu pilihan bagi masyarakat yang menjadi pelaku urbanisasi tersebut, atau yang secara umum dikenal dengan kaum urbanis.
Hidayat dalam Kompas, 2012 mengemukakan, untuk menimbulkan niat untuk melakukan migrasi dari desa ke kota, biasanya seseorang harus mendapatkan
pengaruh yang kuat, yang antara lain adalah dalam bentuk: a
Ajakan b
Informasi media massa c
Impian pribadi
25 d
Terdesak kebutuhan ekonomi Dalam kajiannya tentang masalah kesejahteraan masyarakat perkotaan The
World Bank 2004: 29 mengemukakan bahwa fenomena urbanisasi terjadi sebagai produk faktor pendorong dan faktor penarik. Adapun faktor pendorong bersumber
dan terdapat di daerah asal, yakni di desa-desa, yaitu: 1
Lahan pertanian yang semakin sempit 2
Merasa tidak cocok lagi dengan budaya tempat asalnya di desa-desa 3
Menganggur sebagai dampak sempitnya lapangan pekerjaan di desa-desa 4
Terbatasnya sarana dan prasarana di desa-desa 5
Diusir dari daerah asal atau dari desanya 6
Memiliki impian kuat menjadi orang kaya Sedangkan faktor penarik berasal dari kota-kota sebagai alternatif tujuan
migrasi, yaitu: 1
Kehidupan kota yang lebih modern 2
Sarana dan prasarana kota yang lebih baik dan lebih lengkap 3
Banyak lapangan pekerjaan di kota 4
Pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi yang ada di kota jauh lebih baik dibandingkan dengan yang ada di desa
Firman dalam LIPI, 2014: 32 mengemukakan bahwa urbanisasi di Indonesia terutama dipicu oleh pembangunan ekonomi, terutama pada sektor industri
dan jasa, yang cenderung berlokasi pada kota-kota besar. Akibatnya muncullah fenomena daerah perkotaan dengan segala kemegahannya, dimana kota-kota menjadi
pusat pemerintahan, pusat industri, dan pusat perdagangan dengan 7 tujuh karakteristik sebagai berikut:
1 Perkembangan aktivitas ekonomi pada skala global;
26 2
Adanya pembagian fungsi antara kota inti dan wilayah sekitarnya yang semakin proporsional
3 Perubahan dari satu pusat ke banyak pusat wilayah perkotaan; 4 Perubahan penggunaan lahan pada pusat kota dan konversi lahan
pertanian di luar kawasan perkotaan; 5 Pembangunan infrastruktur skala besar;
6 Peningkatan besar pada produksi serta terakhir pertumbuhan penglaju commuters dan
7 Peningkatan waktu bagi para penglaju.
Sofyan 2014: 32 mengemukakan, bahwa pokok persoalan kenapa urbanisasi
masih saja terjadi ialah tidak meratanya pembagian kue pembangunan. Mustahil disangka hingga sekarang pembangunan tetap sentralistis, terpusat di kota-kota besar.
Penduduk desa terdorong pindah ke kota, sebab desa sulit menjadi sandaran hidup. Sebaliknya, kota yang kian gemerlap karena pembangunan menumpuk di sana, amat
kuat menarik minat ubanisator. Kuat pemikiran bahwa sepahit-pahitnya hidup di kota, masih lebih manis ketimbang hidup di desa karena banyak peluang pekerjaan
yang tersedia. Sofyan menambahkan, bahwa urbanisasi jelas bukan tanggung jawab
pemerintahan kota semata. Urbanisasi adalah bentuk kegagalan negara dalam menyebarkan kue pembangunan dan mengikis kesenjangan. Selama kesenjangan
antar wilayah terus berlangsung, selama itu pula urbanisasi akan terus terjadi. Selama Jakarta masih menjadi pusat kembang gula, selama itu pula orang desa berbondong-
bondong dan berkerumun untuk mencicipinya. Hasil penelitian LIPI 2014: 203 antara lain menyimpulkan, dalam beberapa
tahun terakhir, urbanisasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya,
27 Makassar dan Medan makin berkurang. Orang pulang lebaran lebih banyak dari
kota-kota menengah yang sekarang menjadi Ibukota Kabupaten – Kota, seperti Kendari, Pekalongan, Lampung, Tangerang, Jember dan sebagainya. Dalam jangka
panjang sebenarnya tidak perlu dikawatirkan karena proses desentralisasi dengan sendirinya akan memberi kesempatan daerah terus berkembang.
Faktor lain yang membuat orang desa mencari pekerjaan di kota, karena mereka tidak memiliki lahan pertanian. Menurut data resmi dari Badan Pertanahan
Nasional BPN 80 tanah kita yang berupa sawah, dan terutama hutan, aset negara itu dikuasai oleh 10 oleh orang-orang kaya di kota. Akibatnya ekonomi sawah
tidak jalan, dan semakin hari semakin berkurang. Selain itu juga tidak ada perkembangan signifikan dalam pembangunan desa. Karena itu, disamping otonomi
daerah diperkuat, sekarang desa diberi hak dan kepercayaan untuk membangun desanya sendiri.
2.1.3 Masalah yang Ditimbulkan Urbanisasi