Strategi Produksi Strategi Aktif

93 Selaras dengan uraian teoritis tentang strategi mempertahankan hidup, maka uraian tentang strategi mempertahankan hidup yang dilakoni keluarga sampel akan dimulai dari strategi produksi atau strategi aktif, strategi konsumsi atau strategi pasif dan strategi jaringan.

5.2.1. Strategi Produksi Strategi Aktif

Sebelum kita sampai pada uraian berkenaan dengan strategi aktif atau strategi produksi yang dilakoni atau diterapkan keluarga sampel, terlebih dahulu kita kaji tentang sumber pendapatan keluarga responden mempertahankan hidup di kota dengan berbagai unsur di dalamnya, terlebih dahulu kita berbicara tentang persepsi responden tentang perbedaan mendasar antara kondisi di desa dengan kota berkaitan dengan pekerjaan. Dalam hal ini, penulis memberikan kesempatan kepada responden untuk mengemukakan persepsinya dalam bentuk satu kalimat. Selanjutnya penulis berupaya mengelompokkan kalimat yang memiliki makna yang sama dan memodifikasi kalimat tersebut menjadi satu kalimat. Persepsi responden tentang perbedaan mendasar antara kondisi di desa dengan kota berkaitan dengan pekerjaan atau sumber pendapatan keluarga disajikan pada tabel 5.13. Persepsi responden berkaitan dengan perbedaan kondisi di desa dan kota berkaitan dengan pekerjaan sebagaimana disajikan datanya pada tabel 5.13 antara lain menunjukkan betapa relatif dinamisnya kehidupan di kota dan relatif statisnya kehidupan di desa. Sebanyak 38 orang atau 69,09 responden menyoroti perbedaan itu dari sifat pasti dan tidak pasti. Dalam hal ini, saat hidup di desa mereka tidak dipaksa untuk berpikir apa yang harus dikerjakan besok, karena pada umumnya sudah pasti. Sedangkan bekerja di kota sering berhadapan dengan ketidakpastian. 94 Tabel 5.13 Persepsi Responden tentang Perbedaan Mendasar Antara Kondisi di Desa dengan Kota Berkaitan Dengan Pekerjaan No Sumber Pendapatan Utama Frekuensi Persentase 1 2 Bekerja di desa adalah pasti dan rutinitas, sedangkan di kota serba tidak pasti dan harus rajin bertanya atau mencari peluang Pekerjaan di desa serba terbatas, sedangkan pekerjaan di kota sangat banyak, tetapi sulit dimasuki karena kita tidak memiliki pendidikan dan keterampilan 38 17 69,09 30,91 Jumlah 55 100,00 Sumber: Data Primer 2015 Oleh karena itu harus rajin berinteraksi dengan orang lain, mencari peluang pekerjaan lain. Sedangkan 17 orang atau 30,91 responden cenderung melihat perbedaan tersebut dari sifat peluang. Di desa, memang terbatas lapangan pekerjaan, tetapi secara umum terdapat peluang besar untuk dimasuki, karena tidak menuntut pendidikan dan keterampilan khusus. Sebaliknya, di kota memang banyak lapangan pekerjaan, tetapi menuntut pendidikan yang tinggi dan keterampilan khusus. Kedua unsur ini justru tidak dimiliki oleh responden. Oleh karena itu, akses mereka terhadap pekerjaan, terutama pada sektor formal serba tertutup. Mereka terpaksa terjun ke sektor informal. Hal lain yang berkaitan dengan strategi produksi atau strategi aktif adalah berkenaan dengan sumber pendapatan keluarga. Dalam penelitian ini penulis membedakan sumber pendapatan keluarga atas dua jenis, yaitu sumber pendapatan 95 utama dan sumber pendapatan tambahan. Pada tabel 5.14 berikut disajikan data tentang sumber pendapatan utama keluarga. Tabel 5.14 Sumber Pendapatan Utama Keluarga No Sumber Pendapatan Utama Frekuensi Persentase 1 2 3 Mengumpulkan barang bekas Serabutan Berdagang 39 12 4 70,91 21,82 7,27 Jumlah 55 100,00 Sumber: Data Primer 2015 Data yang disajikan pada tabel 5.14 antara lain menunjukkan kepada kita bahwa mayoritas, yakni 39 orang atau 70,91 responden menyatakan mengumpulkan barang bekas sebagai sumber pendapatan utama keluarga. Selanjutnya sebanyak 12 orang atau 21,82 responden menyatakan bahwa sumber pendapatan utama keluarga mereka adalah melalui pekerjaan yang tidak menentu atau serabutan. Artinya, keluarga tersebut tidak memiliki aktivitas yang bersifat permanen sebagai sumber pendapatan keluarga. Pekerjaan utama keluarga tergantung pada peluang yang ada. Hasil wawancara yang dilakukan memperoleh informasi antara lain bahwa pekerjaan serabutan itu antara lain menjadi tukang jika ada di sekitar tempat tinggal mereka atau jika ada orang yang mereka kenal membangun rumah. Aktivitas ini pada umumnya dilakukan oleh suami, dan hanya sebagian kecil oleh istri. Ada kalanya melakukan pekerjaan sebagai parkir, jika petugas tetap parkir yang kebetulan tetangga atau kenalan berhalangan bertugas. Pekerjaan lainnya adalah membantu orang lain dalam berdagang musiman bukan sebagai pedagang, 96 melainkan hanya sekadar membantu pedagang. Selain itu, terdapat 4 orang atau 7,27 responden yang menyatakan berdagang sebagai sumber pendapatan utama keluarga. Melalui wawancara yang dilakukan diperoleh informasi antara lain bahwa keempat keluarga ini berdagang di Pasar Kampung Lalang yang cukup dekat dari pemukiman mereka. Data tersebut menunjukkan bahwa meskipun kota oleh banyak orang disebut membuka peluang yang besar dan variatif dalam pekerjaan, namun kaum urbanis tersebut ternyata memiliki pekerjaan yang tidak variatif. Hal seperti ini terjadi kemungkinan besar disebabkan oleh rendahnya pendidikan dan tidak adanya keterampilan khusus dari kaum urbanis tersebut. Selanjutnya kita kaji perihal sumber pendapatan tambahan keluarga, dimana datanya akan disajikan pada tabel 5.15. Tabel 5.15 Sumber Pendapatan Tambahan Keluarga No Sumber Pendapatan Utama Frekuensi Persentase 1 2 3 4 5 6 Serabutan Tukang cuci Mengamen Mengumpulkan barang bekas Berdagang Beternak 20 11 9 8 4 3 36,36 20,00 16,36 14,55 7,27 5,45 Jumlah 55 100,00 Sumber: Data Primer 2015 97 Data yang disajikan pada tabel 5.15 menunjukkan kepada kita bahwa pekerjaan yang menjadi sumber pendapatan tambahan keluarga lebih variatif dibandingkan dengan pekerjaan yang menjadi sumber pendapatan utama keluarga. Selain itu, juga diperoleh informasi bahwa tidak ada pekerjaan yang mayoritas yang menjadi sumber pendapatan tambahan keluarga. Sumber pendapatan tambahan keluarga yang paling dominan justru adalah pekerjaan yang tidak menetap atau serabutan. Harus diakui setiap orang lebih suka melakoni pekerjaan menetap, namun akibat rendahnya pendidikan dan ketiadaan keterampilan menjadikan pintu pekerjaan menetap bagi mereka bagaikan tertutup. Dalam situasi seperti ini, maka 20 atau 36,36 keluarga urbanis menjadikan pekerjaan yang tidak menetap sebagai sumber pendapatan tambahan keluarga. Angka ini diikuti oleh pekerjaan sebagai tukang cuci dijadikan sebagai sumber pendapatan tambahan oleh 11 atau 20 keluarga. Melalui wawancara diperoleh informasi bahwa 18 dari 20 responden menyatakan bahwa tukang cuci tersebut dilakukan oleh istri atau ibu, sedangkan 2 keluarga menyatakan pekerjaan tersebut dikerjakan oleh anak gadis mereka. Hal yang cukup menarik adalah bahwa terdapat 9 atau 16,36 responden yang menyatakan mengamen sebagai sumber pendapatan tambahan keluarga. Adapun aktivitas ini dilakukan oleh anak mereka. Di antara anak tersebut ada yang masih duduk di bangku sekolah, dan ada yang sudah tidak sekolah. Informasi ini sekaligus mengindikasikan bahwa keluarga urbanis ikut menjadi kontributor atas fenomena anak jalanan yang dianggap sebagai masalah sosial perkotaan. Pekerjaan yang menjadi sumber pendapatan tambahan lainnya adalah mengumpulkan barang bekas yang masing-masing dilakoni 8 orang atau 14,55. Mereka biasanya menggunakan becak dayung becak barang untuk berkeliling, dari sekitar tempat tinggal mereka sampai di lokasi yang jauh dari tempat tinggal mereka. Selanjutnya 98 terdapat 4 orang atau 7,27 responden yang menyatakan berdagang sebagai sumber pendapatan tambahan keluarga. Hasil wawancara yang dilakukan memperoleh informasi bahwa keempat keluarga tersebut berdagang di rumah mereka sendiri. Selanjutnya terdapat 3 orang atau 5,45 responden yang menyatakan beternak sebagai aktivitas ekonomi yang menjadi sumber pendapatan tambahan keluarga. Melalui wawancara diperoleh informasi, bahwa mereka melakukan aktivitas beternak di Desa Tanjung Gusta yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang yang jaraknya dekat dari tempat mereka bermukim. Perlu ditambahkan bahwa mereka beternak babi. Hal ini terjadi karena Pemerintah Kota Medan melarang secara tegas aktivitas beternak di wilayah Kota Medan. Sedangkan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang belum melarang secara tegas aktivitas beternak babi di wilayah Desa Tanjung Gusta. Perihal Desa Tanjung Gusta dan Kelurahan Tanjung Gusta nama sama. Bahwa Kelurahan Tanjung Gusta termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan. Sedangkan Desa Tanjung Gusta termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Perihal strategi aktif atau produksi dalam penelitian ini kita akhiri dengan kajian tentang keterlibatan anggota-anggota keluarga dalam aktivitas ekonomi di kota, yang disajikan pada tabel 5.16. Data yang disajikan pada tabel 5.16 menunjukkan bahwa keterlibatan anggota rumah tangga dalam aktivitas ekonomi yang menjadi sumber pendapatan keluarga sangat variatif. Selain itu juga diketahui bahwa tidak ada corak keterlibatan anggota keluarga yang dominan. Angka yang ada pada frekuensi dapat disebutkan cukup berimbang. Hal yang pasti bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada corak keterlibatan anggota keluarga dalam aktivitas ekonomi keluarga saat mereka di desa dengan setelah bermukim di kota. Saat di desa jumlah keluarga yang istri dominan 99 Tabel 5.16 Keterlibatan Anggota Keluarga dalam Aktivitas Ekonomi No Keterlibatan Anggota Keluarga Frekuensi Persentase 1 2 3 4 5 6 Dominan suami, disusul istri Dominan istri, disusul suami Dominan suami, disusul istri dan anak Dominan istri, disusul suami dan anak Dominan istri, disusul anak Dominan suami, disusul anak 12 11 10 9 8 5 21,82 20,00 18,18 16,36 14,55 9,09 Jumlah 55 100,00 Sumber: Data Primer 2015 dalam aktivitas ekonomi sebanyak 37 atau 67, maka setelah tinggal di kota jumlah keluarga yang istri dominan dalam aktivitas ekonomi berkurang menjadi 28 atau 50,91. Sebaliknya, terjadi peningkatan kuantitas keluarga yang menyatakan suami dominan dalam aktivitas ekonomi keluarga, yaitu dari 18 atau 32,73 menjadi 27 atau 49,09. Perubahan lain yang sangat penting untuk diketahui adalah terjadinya peningkatan keterlibatan anak dalam ekonomi keluarga, yakni dari 26 keluarga atau 47,27 menjadi 32 atau 58,18. Hal ini berarti meningkatkan keterlibatan anak dalam kegiatan ekonomi keluarga merupakan salah satu strategi aktif yang diterapkan keluarga urbanis dalam mempertahankan hidup di kota. Fenomena anak terlibat dalam aktivitas ekonomi di kota-kota besar di Indonesia mendapat perhatian banyak kalangan. Hal ini terjadi, karena fenomena tersebut pada umumnya dikaitkan dengan fenomena anak jalanan sebagai salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial. Disebutkan sebagai masalah kesejahteraan sosial, karena seharusnya mereka bukan berada di jalanan dan terlibat dalam aktivitas 100 ekonomi keluarga. Seharusnya mereka di belajar sekolah, belajar di kursus, atau bermain di sekitar rumah yang sesungguhnya merupakan hak mereka. Namun demi pemenuhan kebutahan keluarga, sering sekali hak-hak tersebut terabaikan.

5.3.3. Strategi Pengeluaran Strategi Pasif