45 3 Menjangkau akses sumber daya sosial ekonomi;
4 Menentukan nasibnya sendiri serta senantiasa mendapat perlakuan diskriminatif, mempunyai perasaan ketakutan dan kecurigaan, serta sikap apatis dan fatalistik;
5 Membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta senantiasa merasa mempunyai martabat dan harga diri yang rendah.
Menurut Ellis 1984 dalam Suharto 2009: 78 menyatakan bahwa dimensi kemiskinan menyangkut aspek ekonomi, politik dan sosial-psikologis. Secara
ekonomi kemiskinan dapat didefenisikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan
sekelompok orang. Secara politik dapat dilihat dari timgkat akses masyarakt terhadap partisipasi dalam pembuatan dan pelaksananannya. Secara sosial-psikologis
menunjuk kepada kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan produktivitas Suharto, 2009.
2.3. Strategi Urbanis dalam Mempertahankan Hidup
Pada awalnya istilah strategi digunakan oleh kalangan militer. Penggunaan istilah tersbut dikaitkan dengan kondisi perang. Suatu usaha atau kegiatan
membutuhkan strategi jika usaha dan kegiatan itu sulit dilakukan untuk mencapai tujuan atau mewujudkan target. Oleh karena itu dibutuhkanlah strategi yang di
dalamnya terdapat perhitungan kekuatan dan kelemahan sendiri, serta kekuatan dan kelemahan musuh, perkiraan peluang, maupun tantangan Lund, 2001: 56.
Pengertian strategi secara harfiah menurut kamus besar bahasa Indonesia 1988: 859 adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus. Selain itu pengertian dari strategi adalah pola rencana jangka panjang, yang dipersiapkan berdasarkan perhitungan secara matang Yusuf, 2001: 56.
46 Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk
mencapai suatu tujuan. Selain itu strategi dapat diartikan sebagai suatu “cara atau siasat perang” Kamisa, 2003: 44. Dengan demikian dapat dipahami bahwa strategi
merupakan siasat, teknik, cara maupun metode dalam melaksanakan sesuatu demi tercapainya suatu tujuan yang telah disusun sebelumnya.
Kemauan dan kemampuan manusia untuk dalam lingkungan dan sekitarnya sebenarnya merupakan hal yang manusiawi sebagai penjelmaan dari daya pikir
mahluk yang sempurna. Hal seperti ini tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Pengertian mempertahankan hidup di sini adalah kemampuan seseorang untuk dapat
bertahan hidup dari keadaan yang kurang menguntungkan di sekelilingnya. Menurut Effendy 2000 : 47 strategi pada hakekatnya adalah perencanaan dan
manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Menurutnya, strategi juga dapat diartikan sebagai suatu “ cara atau siasat perang ”.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa strategi merupakan siasat, teknik cara maupun metode yang dilakukan seseorang dalam melaksanakan segala sesuatu hal
demi tercapainya suatu tujuan untuk mempertahankan eksistensi diri yang telah disusun dan dirancang sebelumnya.
Konsep yang identik dengan strategi adalah adaptasi. Adapun adaptasi dapat diartikan sebagai proses perubahan yang dilakukan oleh manusia, baik secara pribadi
maupun kelompok karena mereka dihadapkan pada suatu perubahan yang mana perubahan itu adalah suatu tantangan, seperti para buruh korban PHK dengan situasi
krisis global dunia. Strategi adaptasi yaitu cara–cara atau tindakan yang dilakukan oleh korban PHK untuk mempertahankan sosial ekonomi keluarganya.
Suhartono menyatakan bahwa defenisi dari strategi bertahan hidup coping strategi adalah kemampuan seorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk
47 mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Dalam konteks
keluarga miskin, strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola segenap aset yang
dimilikinya. Bisa juga disamakan dengan kapabilitas keluarga miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan shock and stress Suhartono. 2007.
httpwww.policy.hu diakses tanggal 20 Januari 2011 pukul 19:00 Wib Menurut J. Piaget dalam Vembriarto, 2001 : 15 menyebutkan ada beberapa
tipe proses adaptasi, yakni : 1.
Dalam rangka adaptasi individu mengubah atau menahan implus – implus dalam dirinya. Misalnya dalam keadaan lapar seseorang harus bisa menahan
lapar tersebut apabila tidak dapat memenuhinya. 2.
Dalam rangka adaptasi invidu mengubah tuntunan atau kondisi – kondisi lingkungan. Misalnya mencari makanan di tong sampah atau mengharapkan
penderma yang memberikan makanan. Ditambahkan, bahwa adaptasi yang dilakukan oleh manusia lewat tingkah
lakunya dapat menerangkan reaksi – reaksi terhadap tuntutan atau tingkah lakunya tentu saja merupakan adaptasi terhadap tuntutan masyarakat sosial sekitarnya.
Adapun ia menggolongkan tuntutan tersebut ke dalam dua bagian, yaitu : tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Dalam hal ini tuntutan internal merupakan tuntutan
yang timbul dari dalam diri sendiri, baik yang bersifat fisik maupun sosial. Sementara itu tuntutan eksternal adalah tuntutan yang berasal dari luar individu, baik
yang bersifat fisik maupun sosial. Misalnya keadaan sosial. Berdasarkan konsep ini Moser dalam Rahman, 2005: 34 membuat kerangka
analisis yang disebut “The Aset Vurnerability”. Kerangka ini meliputi berbagai
48 pengelolaan asset yang digunakan untuk melakukan penyesuaian dan pengembangan
strategi tertentu dalam mempertahankan kelangsungan hidup seperti : a.
Aset Tenaga Kerja Labour Asets Misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam keluarga untuk
bekerja membantu ekonomi rumah tangga. b.
Aset Modal Manusia Human Capital Asets Misalnya memanaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas orang
atau bekerja atau keterampilan dan pendidikan yang menentukan umpan balik atau hasil kerja return terhadap tenaga yang dikeluarkannya.
c. Aset Produktif Productive Asets
Misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan hidupnya.
d. Aset Relasi Rumah Tangga atau Keluarga Household Relation Asets
Misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari system keluarga besar, kelompok etnis, migrasi tenaga kerja dan mekanisme “uang kiriman”
remittance e.
Aset Modal Sosial Social Capital Asets Misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga lokal, arisan dan pemberi kredit
informasi dalam proses dan sistem perekonomian keluarga.
Selanjutnya Edi Suhartono menyatakan strategi bertahan hidup cooping strategies
dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan
dengan berbagai cara yang dapat dikelompokkan menjadi 3 cara yaitu: a.
Strategi aktif yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk misalnya melakukan akivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja,
49 memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitarnya dan
sebagainya. b.
Strategi pasif yaitu mengurangi pengeluaran keluarga misanya pengeluaran sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya.
c. Strategi jaringan misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupun formal
dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan misalnya meminjam uang tetangga, mengutang ke warung, memanfaatkan program kemiskinan,
meminjam uang ke renenir atau bank dan sebagainya. Suhartono. 2007. http:www.policy.hu
diakses 20 Januari 2015 pukul 19:00 Wib Sebagian besar peneliti mengenai coping strategies menggunakan keluarga
atau rumah tangga sebagai unit analisis. Meskipun istilah keluarga dan rumah tangga sering dipertukarkan, keduanya memiliki sedikit perbedaan. Keluarga menunjuk
pada hubungan normatif antara orang-orang yag memiliki ikatan biologis, sedangkan rumah tangga menunjukkan pada sekumpulan orang yang hidup satu atap namun
tidak selalu memiliki hubungan darah. Baik anggota keluarga maupun rumah tangga umumnya memiliki kesempatan untuk menggunakan sumber-sumber yang
dimilikinya secara bersama-sama. Konsep mata pencaharian livelihood sangat penting dalam memahami
coping strategies karena merupakan bagian dari atau kadang-kadang dianggap sama dengan strategi mata pencaharian livelihood strategies. Suatu mata pencaharian
meliputi pendapatan baik yang bersifat tunai maupun barang, lembaga-lembaga sosial, relasi gender, hak-hak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan
menjamin kehidupan. Suatu kehidupan ditunjang oleh interaksi antara orang, asset nyata dan asset tidak nyata. Orang menunjuk pada kemampuan mencari nafkah
livelihood capabilities asset nyata menunjuk pada simpanan makanan, emas,
50 tabungan dan sumber-sumber tanah, air, sawah, tanaman, binatanng ternak
sedangkan asset tidak nyata menunjuk pada klaim dan akses yang merupakan kesempatan-kesempata untuk menggunaka sumber, simpanan, pelayanan, informasi,
barang-barang, teknologi, pekerjaan, dan pendapatan. Strategi yang dilakukan keluarga miskin dalam mengadaptasi naiknya harga
kebutuhan pokok yaitu: 1.
Pengontrolan konsumsi dan pengeluaran yaitu mengurangi jenis dan pola makan, membeli barang-barang murah, mengurangi pegeluaran untuk
pendidikan dan kesehatan, mengurangi kunjungan kedesa memperbaiki rumah atau alat-alat rumah tangga sendiri.
2. Pengubahan komposisi keluarga.
3. Migrasi ke desa atau kota lain.
4. Meningkatkan jumlah anggota rumah tangga untuk memaksimalkan pendapatan.
5. Menitipkan anak ke kerabat atau keluarga lain untuk diurus baik secara temporer
maupun secara permanen. 6.
Menanam tanaman yang bisa dikonsumsi di pekarangan rumah. 7.
Sistem gotong royong diantara anggota keluarga dan anggota masyarakat dalam mengelola makanan dan sumber daya manusia pada masa krisis.
8. Penggantian makanan yang dikonsumsi dengan yang lebih murah atau
terjangkau, misalnya: mengganti ikan dengan telur. 9.
Penjualan simpanan benda-benda berharga seperti emas, perabotan rumah tangga untuk memperoleh tambahan uang.
10. Penjualan asset produktif seperti tanah, binatang ternak untuk memperoleh
tambahan uang.
51 11.
Peminjaman kredit dari bank, kerabat atau anggota keluarga lain, pedagang atau lintah darat.
12. Produksi dan perdagangan skala kecil seperti membuka warung atau kedai
sampah dengan target masyarakat yang tinggal disekitar tempat tinggal. 13.
Pemanfaatan bantuan pemerintah dimasa krisis misalnya melalui program Jaringan Pengamanan Sosial JPS Miles.2002.
http:www.damandiri.or.id diakses tanggal 20 Januari 2011 pukul 20:25 Wib
Adiyuwono 2001 : 9 mengemukakan, bahwa timbulnya keinginan mempertahankan hidup adalah karena adanya usaha manusia untuk keluar dari
kesulitan yang dihadapinya. Faktor kesulitan tersebut antara lain a.
Keadaan alam cuaca, keadaan lingkungan b.
Keadaan mahluk lain di sekitar kita c.
Keadaan diri sendiri
“Semangat untuk tetap hidup”, dengan semangat inilah akan tumbuh kekuatan pantang menyerah dalam keadaan sesulit apa pun. Motivasi inilah yang akan selalu
menumbuhkan harapan dengan disertai sifat-sifat positif dan juga keberanian. Kepercayaan diri merupakan tenaga potensial yang harus tetap dijaga. Dengan kepercayaan diri akan
timbul kekuatan untuk melaksanakan segala sesuatu dengan penuh keyakinan. Dalam mempertahankan hidup, belajar dari pengalaman sangatlah berharga. Hampir
seluruh materi pengajaran adalah kumpulan pengalaman. Pengalaman ini benar-benar sangat berharga baik pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Tidak ada yang
membantah bahwa pengalaman adalah guru yang paling baik. Selain itu dalam memperluas pengetahuan tentang mempertahankan hidup, tentu saja ada baiknya banyak belajar dari
penduduk setempat tentang pengalaman, pengetahuan dan kebiasaannya
Pola relasi sosial dan produksi yang terbangun dalam hubungan informal ini memberikan jaminan secara sosial-ekonomi bagi para buruh dan subkontraktor untuk
52 tetap memperoleh pekerjaan, dengan berbagai aturan atau kedisiplinan yang relatif
lebih longgar dibandingkan dengan hubungan formal pada usaha-usaha besar. Oleh karena itu, kondisi yang dipandang timpang dari sudut pandang ekonomi, dalam hal
pertukaran sumber daya dan distribusi keuntungan, justru dipandang sebagai hal yang wajar dan tidak bisa diubah oleh buruh. Kondisi timpang tersebut dianggap
setara dengan jaminan ekonomi yang mereka terima dari subkontraktor. Hal ini yang menyebabkan ketidak puasan buruh tidak pernah pecah menjadi perselisihan terbuka.
Meskipun demikian, kedekatan hubungan antarwarga seperti ini merupakan modal sosial untuk kelangsungan hidup masyarakat tersebut. Komunitas sebagai
social safety net selalu menjadi andalan individu maupun kelompok miskin. Ada berbagai istilah untuk menunjukkan jaminan sosial-ekonomi jenis ini, yaitu coping
strategies, coping mechanism, dan jaminan sosial informaltradisional. Semua konsep ini mengacu pada strategi dan mekanisme bertahan dalam menghadapi
kesulitan ekonomi, yaitu melalui penurunan kualitas hidup dan pemanfaatan jaringan sosial yang dekat. Strategi ini meliputi pengurangan pengeluaran untuk konsumsi
secara kualitas dan kuantitas, mengembangakan jaringan sosial yang dekat atau sumber daya eksternal, yaitu komunitas yang terdiri atas kerabat, teman, dan
tetangga misalnya dalam arisan, utang- piutang, koperasi, serta membuat jaringan yang kuat dengan institusi keagamaan. Tetapi, kita tetap harus waspada jika krisis
melanda banyak orang secara bersama-sama sehingga tidak ada satu pun tempat atau jaringan sosial untuk bergantung Cook, dalam Strahm, 2005: 72.
2.4. Kerangka Pemikiran