37
2.2.2 Jenis-jenis Kemiskinan
Siagian 2012: 45-65 mengemukakan, dalam membicarakan masalah kemiskinan atau pemiskinan, kita akan menemui beberapa istilah kategoritatif
kemiskinan seperti kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, kemiskinan struktural, kemiskinan situsional natural dan kemiskinan kultural.
1. Kemiskinan Absolut
Seseorang dapat dikatakan miskin jika tidak mampu memenuhi kebutuhan minimum hidupnya untuk memelihara fisiknya agar dapat bekerja penuh dan
efisien. Orang yang dalam kondisi ini dikategorikan dalam jenis kemiskinan absolut. Kemiskinan ini sangat ditentukan oleh nutrisi yang ditentukan oleh
nutrisi yang dibutuhkan setiap orang. Nutrisi tersebut akan mempengaruhi jumlah kalori yang dibutuhkan terutama untuk dapat bekerja. Di Indonesia
garis batas minimum kebutuhan hidup yang ditentukan BPS sebesar 2.100 kalori per tahun.
2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan Relatif muncul jika kondisi seseorang atau sekelompok orang dibandingkan dengan kondisi orang lain. Misalnya, seseorang adalah orang
yang sangat kaya di desanya, tetapi setelah dibandingkan dengan orang-orang di kota ternyata seseorang tersebut tergolong miskin atau sebaliknya.
3. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural lebih menunjuk kepada orang atau sekelompok orang yang telah miskin karena struktur masyarakatnya yang timpang, tidak
menguntungkan bagi golongan yang lemah. Mereka tetap miskin atau menjadi miskin bukan karena tidak mau berusaha memperbaiki nasibnya
38 tetapi karena usaha yang mereka lakukan selalu kandas dan terbentur pada
sistem atau struktur masyarakat yang berlaku. 4.
Kemiskinan Situsional atau Kemiskinan Natural Kemiskinan situsionalnatural terjadi bila seseorang atau sekelompok orang
tinggal di daerah-daerah yang kurang menguntungkan dan oleh karenanya mereka menjadi miskin. Dengan kata lain, kemiskinan itu terjadi sebagai
akibat dari situasi yang tidak menguntungkan seperti kemarau panjang, tanah tandus, gagal panen atau bencana alam.
5. Kemiskinan Kultural
Kemiskinan penduduk terjadi karena kultural masyarakatnya. Masyarakat rela dengan keadaan miskinnya karena diyakini sebagai upaya untuk
membebaskan diri dari sikap serakah yang pada gilirannya akan membawa kepada ketamakan. Misalnya, masyarakat yang menganut pietisme-dualistis
mempunyai anggapan bahwa manusia tediri dari dua bagian yang saling bertentangan, yaitu jiwa dianggap suci dan raga dianggap hina. Sementara
itu, mereka juga beranggapan bahwa keselamatan manusia sangat ditentukan oleh pietas, yaitu kesalehan yang menolak kehinaan.
Departemen Sosial 2006: 23 kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan
non makanan yang disebut garis kemiskinan atau batas kemiskinan. Garis kemiskinan yaitu sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat
membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan,
pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.
39
2.2.3 Faktor Penyebab Kemiskinan