Ukuran Rumah Tangga Miskin

41

2.2.4 Ukuran Rumah Tangga Miskin

Kemiskinan merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan standar yang berlaku. Saat ini sudah cukup banyak ukuran dan standar yang dikeluarkan oleh para pakar dan lembaga mengenai batas garis kemiskinan. Standar kemiskinan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Agraria dalam Nawawi, 2001: 45, adalah berdasarkan konsumsi sembilan bahan pokok yang dihitung berdasarkan harga setempat. Standar kebutuhan minimum perorang per bulan : 100 kg beras, 60 liter minyak tanah, 15 kg ikan asin, 6 kg gula pasir, 4 meter tekstil kasar, 6 kg minyak goreng, 2 meter batik kasar dan 4 kg garam. Selanjuttan Bappenas 2009: 67 menetapkan kriteria rumah tangga miskin sebagaimana disajikan pada tabel 2.1. Seperti diketahui berbagai pelayanan sosial dan pemberdayaan masyarakat masih dijalankan secara residual, sehingga sasaran program adalah kelompok masyarakat yang dianggap menghadapi masalah dan kendala dalam memenuhi kebutuhan hidup. Oleh Kementerian Sosial kelompok tersebut dinamakan dengan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial. Biasanya mereka yang bermasalah tersebut dipandang sebagai satu kesatuan rumah tangga, sehingga dikenal istilah Rumah Tangga Miskin RTM. Selanjutnya RTM inilah yang menjadi Rumah Tangga Sasaran RTS dari berbagai program pelayanan sosial dan pemberdayaan masyarakat tersebut. 42 Tabel 2.1 Kriteria rumah tangga miskin menurut biro pusat statistik No. Variabel Kriteria Rumah Tangga Miskin 1 Luas lantai bangunan tempat tinggal Kurang dari 8 m² per orang 2 Jenis lantai bangunan tempat tinggal Tanahbambukayu murahan 3 Jenis dinding tempat tinggal Bamburumbiakayu berkualitas rendahtembok tanpa diplester. 4 Fasilitas tempat buang air besar Tidak punyabersama-sama dengan rumah tangga lain. 5 Sumber penerangan rumah Bukan listrik 6 Sumber air minum Sumurmata air tidak terlindungsungaiair hujan 7 Bahan bakar untuk memasak sehari-hari Kayu bakararangminyak tanah 8 Konsumsi daging susu ayam per minggu Tidak pernah mengkonsumsihanya satu kali perminggu 9 Pembelian pakaian baru untuk setiap ART dalam setahun Tidak pernah membelihanya membeli satu stel dalam setahun 10 Makanan dalam sehari untuk setiap ART Hanya satu kali makandua kali makan dalam sehari 43 11 Kemampuan membayar untuk berobat ke PuskesmasPoliklinik Tidak mampu membayar untuk berobat 12 Lapangan Pekerjaan utama kepala rumah tangga Petani dengan luas lahan 0,5 haburuh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan Rp 600,000 per bulan 13 Pendidikan tertinggi kepala keluarga Tidak sekolahtidak tamat SDhanya tamat SD 14 Pemilikan assettabungan Tidak punya tabunganbarang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500,000 seperti sepeda motor kreditnon kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. Sumber : Badan Pusat Statistik 2008 BKKBN 2006: 24 mengambil keluarga batih sebagai unit pengertian, namun tidak menggunakan konsep kemiskinan, melainkan konsep kesejahteraan. Konsep kesejahteraan di sini jelas terkait dengan taraf hidup dan garis kemiskinan. Dengan sejumlah indikator yang dibuat oleh BKKBN, klasifikasi keluarga terdiri dari : 1 Keluarga Sejahtera tahap I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum mereka tetapi belum memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis seperti interaksi keluarga, interaksi bertetangga dan pekerjaan- pekerjaan yang menentukan standar kehidupan yang baik. 44 2 Keluarga Sejahtera tahap II. Ditujukan dengan anggota keluarga melaksanakan ibadah agama secara teratur, sekali seminggu keluarga makan daging, ikantelur. Setiap akhir tahun paling sedikit memperoleh satu stel pakaian baru, luas rumah paling kurang 8 m untuk setiap penghuni. Kesehatan keluarga baik, memiliki penghasilan tetap, anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa baca tulisan latin. Anak umur 7-15 tahun bersekolah dan Pasangan Usia Subur PUS yang telah memiliki 2 anak atau lebih memakai alat kontrasepsi 3 Keluarga Sejahtera tahap III. Ditujukan dengan anggota keluarga berusaha meningkatkan pengetahuan agama, sebagian penghasilan keluargaditabung, makanan empat sehat lima sempurna dan keluarga makan bersama sehari dalam sekali serta dimanfaatkan untuk berkomunikasi. Ikut dalam kegiatan di masyarakat tempat tinggal, rekreasi minimal enam bulan sekali, mendapat informasi dari surat kabar, TV, radio, majalah dan anggota keluarga mampu menggunakan transportasi setempat. 4 Keluarga Sejahtera IV plus. Di samping ditujukan dengan keadaan keluarga seperti keluarga sejahtera tahap III juga ditambah dengan keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan materi untuk kegiatan sosial dan ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulanyayasaninstitusi masyarakat. Jaya, 2001: 45 mengemukakan, karakteristik masyarakat miskin secara umum ditandai oleh ketidakberdayaanketidakmampuan powerlessness dalam hal : 1 Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan; 2 Melakukan kegiatan usaha produktif; 45 3 Menjangkau akses sumber daya sosial ekonomi; 4 Menentukan nasibnya sendiri serta senantiasa mendapat perlakuan diskriminatif, mempunyai perasaan ketakutan dan kecurigaan, serta sikap apatis dan fatalistik; 5 Membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta senantiasa merasa mempunyai martabat dan harga diri yang rendah. Menurut Ellis 1984 dalam Suharto 2009: 78 menyatakan bahwa dimensi kemiskinan menyangkut aspek ekonomi, politik dan sosial-psikologis. Secara ekonomi kemiskinan dapat didefenisikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Secara politik dapat dilihat dari timgkat akses masyarakt terhadap partisipasi dalam pembuatan dan pelaksananannya. Secara sosial-psikologis menunjuk kepada kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan produktivitas Suharto, 2009.

2.3. Strategi Urbanis dalam Mempertahankan Hidup