e. Tidak Mengandung bahan organik, yaitu kandungan bahan organik dalam air
dapat terurai menjadi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan organik itu seperti NH
4
,H
2
S, dan NO
3
Kusnaedi, 2004. 3. Syarat kualitas mikrobiologis
Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli, salmonellatyphi, vibrio chotera, dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar
melalui air transmitted by water. a.
Tidak mengandung bakteri nonpatogen, seperti actinomycetes, phytoplankton coliform, ciadocera, dan lain-lain.
2.2 Perkebunan Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan yang terkenal di Indonesia, dan sebagai tanaman penghasil minyak paling tinggi persatuan luas.
Pemanenan sawit dapat dimulai pada umur 3,5 samai 4 tahun sejak pembibitan Aritonang, 1986.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia mayoritas dikelola oleh perusahaan Negara BUMN dan perkebunan besar swasta yang berlokasi diluar pulau Jawa,
seperti Kalimantan, Sumatera Utara, Aceh dan Riau. Khususnya di Riau dari tahun ketahun perkebunan kelapa sawit selalu mengalami peningkatan yang signifikan,
terbukti dalam 20 tahun terakhir 1985-2005 pertumbuhan perkebunan kelapa sawit baik milik milik negara, swasta maupun perkebunan rakyat mencapai lima juta
hektare atau meningkat sampai 83 persen. Seiring dengan pertumbuhan perkebunan
Universitas Sumatera Utara
kelapa sawit ditanah air, pada tahun 2004 perusahaan pengolahan minyak kelapa sawit di Indonesia mencapai 40 yang tersebar dibeberapa daerah diluar pulau Jawa.
2.3 Industri PKS Di Indonesia
Melihat perkembangan harga minyak sawit dipasaran dunia Internasional
yang cenderung membaik dari waktu ke waktu telah mendorong berbagai pihak baik pemerintah melalui perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit
maupun pihak-pihak swasta untuk melakukan investasi dibidang industri pabrik kelapa sawit dalam skala besar dengan daya produksi ratusan ton TBS setiap harinya.
Dalam rentang waktu 20 tahun terakhir 1985-2005 kontribusi minyak sawit terhadap ekspor nasional mencapai 6 persen. Sejak tahun 2005 minyak sawit telah
menjadi minyak makan yang dikomsumsi terbesar oleh masyarakat dunia. Konsumsi minyak sawit dunia mencapai 26 persen dari total konsumsi minyak makan dunia.
Seiring dengan peningkatan permintaan minyak makan dunia dari minyak kelapa sawit, untuk menjawab dan memenuhi permintaan minyak makan dunia dari
minyak kelapa sawit, industri pabrik kelapa sawit ditanah air semaksimal mungkin meningkatkan produksi, pada tahun 2005 Indonesia menjadi negara produsen dan
pengekspor minyak sawit terbesar didunia setelah negara jiran Malaysia.
2.3.1 Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit
Proses pengolahan minyak kelapa sawit menghasilkan dua produk, yaitu minyak mentah Crude Palm Oil dan Inti Sawit yang dihasilkan melalui proses dan
tahapan-tahapan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Perebusan
Perebusan buan tandan segar TBS kelapa sawit dengan metode diberikan tekanan uap panas 2,4 sampai 3,4 kgcm, dengan temperatur 1350
C – 1450 C selama
60 – 90 menit. Tujuan perebusan adalah untuk sterilisasi bakteri, menonaktifkan enzim yang dapat mengubah minyak menjadi asam lemak, dan melumatkan daging
buah segar mudah dalam proses selanjutnya. Pada proses perebusan ini dihasilkan air buangan yang banyak mengandung minyak dan kotoran yang bersifat asam.
2. Pengeperasan
Proses pengeperasan merupakan tahap pemurnian minyak dengan memisahkan minyak dari kotoran air. Alat yang digunakan adalah decanter, pada proses ini banyak
memerlukan air panas sebagai media pemisah antara CPO dengan Sludge. Limbah cair yang paling potensial sebagai sumber pencemar adalah air limbah sludge dari
proses pengeperasan. 3.
Kernel Inti sawit dan cangkang dipisahkan dengan menggunakan separator,
selanjutnya inti sawit masuk dalam alat pengering. Inti sawit yang sudah kering dipecah dan menghasilkan cangkang. Untuk memisahkan cangkah dari inti sawit
diperlukan alat hidrocyclone, alat ini banyak memerlukan air untuk memisahkan dua komponen yang berbeda berat jenisnya, sehingga banyak dihasilkan sisa air kotor.
2.4 Limbah Buangan PKS
Limbah buangan pabrik kelapa sawit adalah ekses atau hasil sampingan dari
Universitas Sumatera Utara
suatu proses kegiatan produksi pengolahan kelapa sawit yang dapat atau tidak dapat dimamfaatkan kembali, dalam pengolahan kelapa sawit dapat menghasilkan
tiga jenis limbah, yaitu limbah cair, limbah padat dan limbah gas. Limbah cair dihasilkan dari efek produksi yang dapat mencemari badan
sungai, air sungai, badan air, air dan lingkungan hidup, limbah gas berupa asap yang dihasilkan dari pembakaran proses produksi yang keluar melalui cerobong asap
boiler, limbah gas dapat menimbulkan polusi udara, limbah padat berupa solid, cangkang, sabut dan abu. Limbah padat yang berupa abu dan solid dapat
dimanfaatkan untuk pupuk, sedangkan sabut dan cangkang bisa digunakan untuk penimbun jalan dan sebagian bisa untuk bahan bakar boiler.
2.4.1 Limbah Cair Buangan PKS
Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit adalah ekses atau hasil sampingan dari suatu proses kegiatan industri yang menggunakan air per satuan waktu atau per
satuan bahan baku produksi, biasa di ukur dalam satuan liter per detik, meter kubik per jam, meter kubik per bahan baku, dan meter kubik per produksi
Hamonangan, 2009
. Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan
sterilisasi, proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit mengandung bahan organik yang sangat tinggi, sehinggga
mengakibatkan tingginya kadar bahan pencemar dalam limbah cair yang dihasilkan. Diantara sejumlah limbah yang dihasilkan pabrik kelapa sawit diatas, yang menjadi
permasalahan utama terhadap lingkungan hidup adalah limbah cair karena disamping
Universitas Sumatera Utara
volumenya yang cukup banyak serta pengelolaannya yang sering kali terabaikan oleh pihak menajemen. Apabila kandungan bahan organik dalam limbah cair buangan
pabrik kelapa sawit tinggi dengan angka perbandingan BOD dan COD cukup besar, menunjukan bahwa air limbah buang pabrik kelapa sawit tidak megandung
komponen-komponen organik yang sukar didegradasi Chin, et al 1985. Oleh sebab itu bila air limbah buangan PKS tidak langsung diolah akan mengakibat terjadinya
proses pembusukan di badan air penerima. Proses pembusukan mengakibatkan berkurangnya kadar oksigen terlaut dalam air, sehingga akan mengganggu kehidupan
biodata air Arjuna, 1990 Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit mengandung bahan organik yang
sangat tinggi yaitu BOD 25.500 mgl, dan COD 48.000 mgl, sehingga kadar bahan pencemaran akan semakin tinggi. Untuk menurunkan kandungan kadar bahan
pencemar diperlukan degradasi bahan organik. Secara umum dampak yang ditimbulkan oleh limbah cair pabrik kelapa sawit adalah tercemarnya badan air
penerima yang umumnya sungai karena hampir setiap pabrik kelapa sawit berlokasi disekitar perumahan penduduk dan berdekatan dengan sungai. Limbah cair buangan
pabrik kelapa sawit bila dibiarkan tanpa diolah lebih lanjut akan terbentuk amonia, hal ini disebabkan bahan organik yang terkandung dalam limbah cair tersebut terurai
dan membentuk amonia. Terbentuknya amonia ini akan menimbulkan bau busuk dan mempengaruhi kehidupan biota air.
2.4.2 Kandungan Limbah Cair PKS
Universitas Sumatera Utara
Proses produksi kelapa sawit menghasilkan limbah, salah satunya adalah limbah cair yang memiliki beberapa kandungan didalamnya, antara lain BOD
Biological Oxygen Demand, COD Chemical Oxygen Demand dan TSS Total Suspended Solid. Secara umum kandungan limbah cair buangan dari suatu proses
produksi pengolahan pabrik kelapa sawit dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. BOD Biological Oxygen Demand adalah sejumlah oxygen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi bahan organik dalam limbah cair buangan pabrik kelapa sawit.
2. COD Chemical Oxygen Demand adalah jumlah bakteri yang tergredasi oleh makhluk hidup dan materi yang bersifat racun atau toksit dalam limbah cair
buangan pabrik kelapa sawit. 3. TSS Total Suspende Solid adalah jumlah total bahan yang tidak terlarut dalam
limbah cair buangan pabrik kelapa sawit.
2.4.3 Karakteristik Limbah Cair Buangan PKS
Hampir seluruh limbah cair buangan pabrik kelapa sawit mengandung bahan organik yang dapat mengalami degradasi, oleh karenanya dalam pengelolaan limbah
perlu diketahui karakteristik limbah tersebut. Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit mengandung padatan terlarut dan emulsi minyak di dalam air serta senyawa
organik. Padatan terlarut melayang dan juga emulsi serta bahan organik lainnya yang terurai maupun tergradasi disebabkan oleh mikrorganisme. Menurut Dirjen PHP,
2006 limbah cair yang dihasilkan dari seluruh proses produksi minyak kelapa sawit diperkirakan maksimal lebih kurang 60 dari seluruh TBS yang diolah.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hamonangan 2006, limbah cair yang dihasilkan dari unit proses pengolahan kelapa sawit antara lain :
1 Air Kondensat rebusan sebesar 15-20,
2 Air statiun klarifikasi sebesar 70-75, dan
3 Air buangan dari hidrosiklon sebesar 5-10
Gambaran kualitas limbah cair buangan pabrik kelapa sawit di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.1. yaitu:
Tabel 2.1. Kualitas Limbah Buangan Cair PKS di Indonesia Limbah Cair
No Parameter Satuan Kisaran Rata-rata
1 2
3 4
5 6
BOD COD
TSS Nitrogen Total
Minyak dan Lemak pH
mgl mgl
mgl mgl
mgl
- 8.200-35.000
15.130-65.100 1.330-50.700
12 – 126 190-14.170
3,3-4,6 21,280
34.720 31.170
41 3.075
4,0 Sumber : Dirjen PHP, 2006
Sedangkan baku mutu limbah cair buangan pabrik kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 2.2. yaitu:
Tabel 2.2. Baku Mutu Limbah Cair Buangan PKS Parameter
Kadar maksimum mgl Beban Pencemaran
kgton
BOD COD
TSS Nitrogen Total
Minyak dan Lemak pH
100 350
250
50 25
6,0 – 9,0 0,25
0,88 0,63
0,125 0,063
Debit Limbah Maksimum 2,5 M
3
Ton Produk Minyak Sawit Sumber : Kepmen-LH No 51MENLH101995, Lampiran Bab.VI
Universitas Sumatera Utara
2.5 Teknik Pengendalian Limbah Cair Buangan PKS
Salah satu bentuk teknik pengendalian dan pengeporasian limbah cair buangan pabrik kelapa sawit adalah dengan melakukan bio degradasi terhadap komponen
organik menjadi senyawa organik sederhana dalam kondisi anaerob sehingga baku mutu limbah cair dapat disesuaikan dengan daya dukung lingkungan. Dengan
demikian aspek pengendalian pengolahan secara optimal akan dapat: 1. Mengurangi dampak negatif atau tingkat pencemaran yang ditimbulkan dapat
dikendalikan. 2. Tercapainya standarbaku mutu limbah cair buangan pabrik kelapa sawit yang
dapat disesuaikan dengan daya dukung lingkungan, terutama terhadap media air. Didalam industri pabrik kelapa sawit proses pengolahannya menggunakan air
sebagai media untuk memproduksi minyak dan inti sawit, oleh karena penggunaan air, pabrik kelapa sawit berpotensi dalam menghasilkan limbah cair yang dapat
mencemari badan air. Menurut Kittikun, dkk 2008, limbah cair buangan pabrik kelapa sawit dapat dikelompokkan:
1. Low polluted effluent
Low polluted effluent adalah limbah cair yang tidak berdampak pada lingkungan sehingga tidak memerlukan perlakuan khusus dalam pengelolaannya.
Dalam konteks pabrik kelapa sawit tersebut, hanya memiliki suhu di atas rata-rata 40-80
C, sedangkan parameter lain memenuhi persyaratan, sehingga limbah cair ini hanya membutuhkan proses pendingin secara alami saja, sebelum di buang ke
lingkungan. Low polluted effluent bersumber dari kegiatan boiler berupa air blow
Universitas Sumatera Utara
down dan regenerasi, turbin sisa air pendingin, serta kondensat sisa uap pemanas dan air dari proses pencucian.
2. High polluted effluent
High polluted effluent adalah limbah cair yang sangat berdampak terhadap lingkungan, sehingga memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang ke lingkungan.
Limbah ini mempunyai karakteristik BOD, COD, TSS, pH dan paramter lain yang tidak memenuhi persayaratan. High polluted effluent bersumber dari proses sterilisasi
berupa kondesat rebusan, klarifikasi berupa air bercampur lumpur dan minyak, hydrocylone air pemisah kernel dan cangkang
2.6 Pengolahan Limbah Cair Buangan PKS