Menurut Sri Soedewi M Sofwan menyatakan bahwa: Jaminan yang timbul dari Undang-Undang adalah jaminan yang adanya
ditunjuk oleh Undang-Undang tanpa adanya perjanjian dari para pihak, oleh Undang-Undang ditentukan hak previllege adalah suatu hak yang diberikan
kepada seorang kreditur di dahulukan pemenuhannya daripada kreditur- kreditur yang lain semata-mata berdasarkan sifat piutangnya. Adapun
macam-macam previllege itu sudah ditentukan secara berurutan oleh Undang- Undang ada yang tergolong previllege umum dan previllege khusus Pasal
1134, 1139, 1149 KUH Perdata, juga hak retensi tergolong hak jaminan yang ditentukan oleh Undang-Undang dan diatur di dalam pasal-pasal yang cerai
berai yang dijumpai dalam perjanjian sewa-menyewa Buku III KUH Perdata, pada gadai, pada perjanjian perburuhan Buku II KUH Perdata,
dalam KUH Dagang dan lain-lain.
111
Sedangkan menurut UU Perbankan diberi arti sebagai “keyakinan akan itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya atau
mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan”.
112
2. Jenis – jenis Jaminan
Menurut hukum perdata terdapat beberapa jenis jaminan kredit, yaitu:
a. Jaminan yang lahir karena Undang - Undang dan yang lahir karena
perjanjian
Jaminan yang lahir karena Undang-Undang adalah jaminan yang telah diatur dan ditunjuk oleh Undang-Undang, sedangkan jaminan yang lahir karena perjanjian
adalah jaminan yang lahir karena diperjanjikan sebelumnya dan belum mendapat pengaturan khusus oleh Undang-Undang.
111
Sri Soedewi Masjoon Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Badan Pembinaan Hukum Nasional Depatermen Kehakiman, Bina
Usaha, Yogyakarta, 1980, hal 44
112
Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal 282
b. Jaminan umum dan Jaminan Khusus
Jaminan Umum mengandung pengertian bagi kepentingan kreditur bahwa semua harta kekayaan debitur menjadi jaminan pelunasan kewajiban. Biasanya
jaminan umum telah ada tanpa diperjanjikan karena telah diatur Undang-undang sedangkan jaminan khusus adalah harta kekayaan debitur yang telah diperjanjikan
dan ditunjuk secara khusus dalam perjanjian untuk jaminan pelunasan kewajiban debitur terhadap kreditur.
113
c. Jaminan perorangan dan jaminan kebendaan.
1. Jaminan perorangan personal quaranty, yaitu jaminan yang hanya mempunyai hubungan langsung dengan pihak pemberi jaminan, bukan
terhadap benda tertentu, yang hanya dapat dipertahankan terhadap orang- orang tertentu.
114
Jaminan perorangan ini dalam arti luas dapat diklasifikasikan dalam 3 tiga golongan, yaitu:
a Jaminan Pribadi personal guarantee;
b Jaminan Perusahaan cooporatee guarantee;
c Jaminan Bank Company guarantee.
115
113
R. Setiawan, Op.Cit, hal 23
114
S. Mantayborbir, Iman Jauhari, Agus Hari Widodo,Pengurusan Piutang Negara Macet Pada PUPNBUPLN Suatu Kajian Teori dan praktik, Pustaka Bangsa, Medan, 2001, hal 41-42
115
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal 12-13
Dalam perkembangannya, sekarang ini jaminan perorangan diwajibkan untuk mengikut-sertakan kebendaan yang dimiliki oleh yang memberikan jaminan tersebut,
dengan membuat daftar harta benda yang dijaminkan, bahkan terhadap benda tersebut apabila dipandang perlu oleh kreditur diwajibkan kepadanya untuk
mengasuransikannya. 2.
Jaminan Kebendaan persoonlijke en zakelijke zekerheid, yaitu jaminan yang berupa hak mutlak atas sesuatu benda dengan ciri-ciri mempunyai hubungan
langsung dengan benda tertentu dari debitur atau pihak ketiga sebagai penjamin, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya
dan dapat diperalihkan. Jaminan kebendaan ini selain dapat diadakan antara kreditur dengan debiturnya juga dapat diadakan antara kreditur dengan pihak
ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban si berutang debitur sehingga hak kebendaan ini memberikan kekuasaan yang langsung terhadap bendanya.
Yang termasuk dalam jaminan kebendaan adalah : hak tanggungan , hipotik, gadai atas deposito dan jaminan fidusia.
116
Subekti mengemukakan bahwa pemberian jaminan kebendaan ini selalu berupa menyendirikan suatu bagian dari harta kekayaan seseorang, si pemberi
jaminan, dan menyediakannya guna pemenuhan pembaharuan kewajiban hutang seorang debitur”.
117
Dengan demikian maka pemberian jaminan kebendaan kepada kreditur tertentu, memberikan “privelege” atau kedudukan istimewa bagi kreditur
116
Ibid, hal 40
117
Subekti, Op.Cit, hal 17
penerima jaminan itu terhadap kreditur lainnya.
B. Tinjauan Tentang Deposito 1. Pengertian Deposito
Mengenai pengertian deposito terakhir diatur dalam UU Perbankan Pasal 1 butir 7 yaitu :
“Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah penyimpanan dengan
bank”. artinya jika nasabahdeposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu tiga bulan,
maka uang tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir dan sering disebut sebagai tanggal jatuh tempo.
Adapun tujuan dan maksud dari suatu Bank memerlukan dana dalam bentuk simpanan deposito dikarenakan bahwa dalam rangka usaha meningkatkan
penyimpanan dana-dana dari masyarakat pada lembaga perbankan serta memperluas lalu-lintas pembayaran giral, maka Bank perlu mengambil langkah-langkah yang
diarahkan kepada pemupukan kepercayaan masyarakat kepada lembaga perbankan maka salah satu usaha yang dapat dijalankan oleh bank untuk mencapai tujuan
tersebut ialah dengan cara mengadakan suatu Jaminan Simpanan Uang Pada Bank Deposito.
118
118
http:www.indonesia.skPPPp197334.htm, di akses pada tanggal 2 Februari 2009, jam 14.30 WIB
Setelah diketahui definisi dari deposito, maka ada beberapa unsur dari deposito tersebut yang perlu diketahui, yaitu :
1 Pihak Penyimpan
Pihak penyimpan deposito ini dapat orang atau badan hukum. Istilah yang dipakai untuk orang atau badan hukum yang memiliki deposito ini ialah “deposan”
yaitu orang atau badan hukum yang ada di dalam masyarakat yang mempunyai kelebihan uang untuk dikonsumsi tetapi tidak dipergunakan, yang kemudian
menyimpannya di bank.
119
Orang di sini menurut hukum merupakan pribadi kodrati dan subyek hukum yang mengemban hak dan kewajiban.
2 Pihak Penerima
Pihak penerima simpanan ini dapat dilakukan oleh Bank maupun lembaga keuangan lainnya. Pada umumnya deposito diterima atau dikeluarkan oleh Bank.
Bank sebagai penerima dana deposito dari orang atau badan hukum, akan memakai dana tersebut untuk kegiatan perbankan, seperti memberikan pinjaman kepada
mereka yang memerlukan dana usahanya. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa usaha kegiatan Bank adalah industri jasa dalam penyaluran dana.
120
3 Objek Simpanan
Di dalam simpanan ini ada beberapa bagian-bagian yang menjadi objek utama dalam deposito, yaitu:
119
Acmad Anwari, Op.cit, hal 13
120
Ibid, hal 20
a. Nilai Nominal; adalah sejumlah uang yang akan disimpan atau diberikan oleh
Bank untuk suatu jangka waktu tertentu. Di Bank nilai nominal deposito yang akan berlaku berbentuk :
1 Mata uang rupiah
Di dalam deposito dengan memakai mata uang rupiah, nilai nominal atau bilangan yang dipakai adalah rupiah. Nilai minimum untuk deposito dalam mata
uang rupiah yang berlaku di Bank adalah Rp. 1.000.000,- satu juta rupiah, dan selanjutnya dalam kelipatan Rp. 1.000.000,- satu juta rupiah dan jumlah
tertinggi atau batasan maximumnya adalah tidak terbatas, akan tetapi nilai minimum untuk kredit dengan jaminan deposito adalah Rp. Rp. 5.000.000,- lima
juta rupiah.
121
2 Mata uang asing valuta asing
Di dalam deposito dengan nilai nominalnya menggunakan mata uang asing, pada waktu ini Bank hanya menerima deposito dalam valuta US Dollar US,
dengan jumlah minimum US 1000 seribu dollar dan nilai minimum untuk kredit dengan jaminan deposito adalah US 5000 lima ribu dollar.
122
b. Bunga; bagi deposan yang menyimpan dananya dalam bentuk deposito akan
memperoleh imbalan bunga. Bunga yang diberikan adalah sebagai balas jasa pihak Bank terhadap deposan yang telah menaruh dananya yang tidak habis
dikonsumsinya untuk kegiatan perbankan. Besar bunga yang diberikan oleh Bank
121
Wawacara dengan Bapak Dedy Effendy Aiyub, Jabatan : Relationship Manager RM, PT. Bank Mandiri Persero, Tbk Kantor Cabang Lhokseumawe, Tanggal 4 Juli 2008
122
Ibid
adalah bervariasi tergantung perhitunganpertimbangan masing-masing Bank, karena pada prinsipnya semua Bank umum diberikan kebebasan untuk
menentukan besarnya suku bunga tersebut. c.
Jangka waktu; berlaku bagi bilyet deposito berjangka adalah 1 bulan, 3 bulan, 6
bulan, 12 bulan dan 24 bulan. Mengenai jangka waktu yang dihubungkan dengan jatuh tempo deposito, bila deposito sudah jatuh tempo maka dapat diperpanjang
lagi. Ada beberapa jenis perpanjangan waktu, yaitu: 1 Diperpanjang otomatis Automatically Roll OverARO, maksudnya pada
waktu jatuh tempo tanpa memperhatikan hari besar deposito tersebut sudah otomatis diperpanjang oleh pihak Bank, sehingga deposan tidak perlu datang
ke Bank lagi; 2 Tidak diperpanjang otomatis, sideposan datang ke Bank untuk memperpanjang
depositonya setiap jatuh tempo.
123
2. Pengaturan Hukum Terhadap Deposito