perjanjian pokok, perjanjian jaminan yang disebut sebagai jaminan tambahan tidak dapat berdiri sendiri, maksudnya apabila perjanjian pokoknya selesai maka perjanjian
jaminannya juga selesai.
103
1. Pengertian Jaminan
Pengertian jaminan terdapat dalam SK Direksi Bank Indonesia No. 2369KEPDIR tanggal 28 februari 1991, yaitu: “suatu keyakinan kreditur bank atas
kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan”. Sedangkan pengertian agunan diatur dalam Pasal 1 angka 23 UU No. 10 Tahun 1998,
yaitu: “jaminan pokok yang diserahkan debitur dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia”.
104
Kerangka hukum jaminan dalam KUH Perdata diatur dalam Buku II Hukum Benda, Bab ke-19, Bagian Kesatu, Pasal 1131 yang berbunyi “segala kebendaan si
berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala
perikatannya perseorangan”. Selanjutnya Pasal 1132 berbunyi “Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya”,
pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing - masing, kecuali apabila di antara para
103
Wawacara dengan Bapak Dedy Effendy Aiyub, Jabatan : Relationship Manager RM, PT. Bank Mandiri Persero, Tbk Kantor Cabang Lhokseumawe, Tanggal 4 Juli 2008
104
Di Australia, ada 3 tiga prinsip dasar dalam peminjaman uang di bank yaitu prinsip pengamanan safety, prinsip keserasian suitability, dan prinsip keuntungan profitability. Lihat
W.S.Weerasooria, Banking Law and Financial System in Australia, Australia: Butterworths, 1993, hal 556.
73
berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.
105
Dalam Pasal 1131 KUH Perdata terjemahan R. Subekti dan Tjitrosudibio tersebut di atas, kata “tanggungan” adalah terjemahan dari “aansprakelijk”.
Sebenarnya yang lebih tepat dipakai bukan tanggungan melainkan tanggung jawab atau tanggung gugat,
106
Demikian juga kata “waarborg” seharusnya diterjemahkan sebagai penjamin atau penanggung bukan jaminan.
107
Adakalanya kata “borg”
108
dapat diartikan sebagai agunan yang sama maknanya dengan jaminan.
109
Jadi “borg” tidak sama maknanya dengan “waarborg”.
Kata jaminan berasal dari kata jamin yang berarti tanggung sehingga jaminan dapat diartikan sebagai tanggungan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah tanggungan
atas segala perikatan dari seseorang. Tanggungan atas segala perikatan seseorang disebut sebagai jaminan secara umum sedangkan tanggungan atas perikatan tertentu
dari seseorang disebut jaminan secara khusus.
110
105
Dalam bahasa Belanda Pasal 1131 tersebut berbunyi “Alle de roerende en onroerende goederen van den schuldenaar, zoo wel tegenwoordige als toekomstige, zijn voor deszelfs persoonlijke
verbintenissen aansprakelijke”. Pasal 1132 berbunyi “Die goedern strekken tot gemeenschappelijken waarborg voor zijne schuldeischers; delzelver opbrengst wordt onder hen, pondspondsgelijk, naar
evenredigheid van eens eiders inschuld, verdeeld, ten ware er tusschen de schuldeischers wettige redenen van voorrang mogten bestaan”
106
Marjanne Termorshuizen, Kamus Hukum Belanda Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1999, hal 6.
107
Ibid., hal 524.
108
Ibid., hal 69.
109
Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hal 11 dan 348. Istilah “jaminan” dijumpai dalam Pasal 24 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1967 yang diartikan harus bersifat kebendaan zakelijk, yang mempunyai akibat kebendaan yang dinamakan hak preferensi droit de preference dan hak mengikuti bendanya
droit de suite
110
Oey Hoey Tiong, Op.Cit, hal 14
Menurut Sri Soedewi M Sofwan menyatakan bahwa: Jaminan yang timbul dari Undang-Undang adalah jaminan yang adanya
ditunjuk oleh Undang-Undang tanpa adanya perjanjian dari para pihak, oleh Undang-Undang ditentukan hak previllege adalah suatu hak yang diberikan
kepada seorang kreditur di dahulukan pemenuhannya daripada kreditur- kreditur yang lain semata-mata berdasarkan sifat piutangnya. Adapun
macam-macam previllege itu sudah ditentukan secara berurutan oleh Undang- Undang ada yang tergolong previllege umum dan previllege khusus Pasal
1134, 1139, 1149 KUH Perdata, juga hak retensi tergolong hak jaminan yang ditentukan oleh Undang-Undang dan diatur di dalam pasal-pasal yang cerai
berai yang dijumpai dalam perjanjian sewa-menyewa Buku III KUH Perdata, pada gadai, pada perjanjian perburuhan Buku II KUH Perdata,
dalam KUH Dagang dan lain-lain.
111
Sedangkan menurut UU Perbankan diberi arti sebagai “keyakinan akan itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya atau
mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan”.
112
2. Jenis – jenis Jaminan