Keputusan Presiden No. 115 Tahun 1998

2. Keputusan Presiden No. 115 Tahun 1998

Setelah konsep sentralisasi mendominasi semua bidang pemerintahan, sebagaimana tuntutan reformasi maka hampir semua bidang yang selama ini sentralisasi berubah menjadi desentralisasi, termasuk juga bidang penanaman modal. Desentralisasi penanaman modal pada tahap ini hanyalah ditujukan kepada penanaman modal dalam negeri. Pada tahun tersebut dikeluarkan Keputusan Presiden No. 115 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden No. 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara Penanaman Modal. Dalam Keputusan Presiden No. 115 Tahun 1998 tersebut, hanyalah penanaman modal dalam negeri saja mengalami perubahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Sedangkan untuk persetujuan dan perizinan penanam modal asing masih sentralisitik, dimana permohonan ditujukan kepada Presiden dan Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM. 56 Di sini peran daerah, dalam hal ini Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah BKPMD hanya untuk memperolehmendapatkan informasi mengenai peluang untuk melakukan penanaman modal. Prinsip desentralisasi persetujuan dan perizinan penanam modal untuk penanaman modal dalam negeri berdasarkan Keputusan Presiden No. 115 Tahun 1998 adalah sebagai berikut: 1. Kewenangan pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2, angka 3, angka 5 huruf a, 56 Pasal 2 angka 3 huruf b. Keputusan Presiden No. 115 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden No. 97 Tahun 1993 Tentang Tata Cara Penanaman Modal. Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 ayat 8, dan ayat 9 untuk permohonan penanaman modal dalam rangka dilimpahkan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. 2. Untuk melaksanakan lebih lanjut pelimpahan kewenangan sebagaimana yang dimaksud ayat 1, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menugaskan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah . 3. Tata cara penanaman modal dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 diatur lebih lanjut oleh Menteri Negara InvestasiKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. 57 Kemudian berdasarkan Keputusan Presiden No. 115 Tahun1998 bahwa desentralisasi pemberian persetujuan dan perizinan pelaksanaan penanaman modal dalam negeri dilakukan sebagai berikut: 1. Pemberian perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 5 huruf b, huruf c, dan huruf e serta Pasal 2 ayat 7 huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, dilaksanakan melalui pelayanan satu atap sesuai dengan kewenangan masing- masing di bawah koordinasi Bupati Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II, dan khusus untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta di bawah koordinasi Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2. Petunjuk pelaksanaan koordinasi pelayanan satu atap sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, diatur lebih lanjut oleh Menteri Dalam Negeri setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional dan Menteri Negara InvestasiBadan Koordinasi Penanaman Modal. 58 Dari ketentuan yang terdapat dalam keputusan di atas telah menunjukkan desentralisasi pemberian persetujuan dan perizinan untuk penanaman modal dalam negeri. Ada beberapa hal yang menunjukkan desentralisasi pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal dengan regulasi tersebut. Diantaranya adalah Pertama, kewenangan pemberian persetujuan dan perizinan pelaksanan penanaman modal dalam negeri yang memenuhi kriteria tertentu, dapat dilimpahkan kepada 57 Pasal 1A Keputusan Presiden No. 115 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden No. 97 Tahun 1993 Tentang Tata Cara Penanaman Modal. 58 Pasal 2A Keputusan Presiden No. 115 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden No. 97 Tahun 1993 Tentang Tata Cara Penanaman Modal. Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. Kedua, berperannya kembali Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah BKPMD untuk melaksanakan kewenangan pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal dalam negeri. Ketiga, diberikan kewenangan kepada daerah di bawah koordinasi Bupatiwalikotamadya Kepala Daerah Tingkat II, dan khusus untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan pelayanan satu atap one roof service. Ketiga hal tersebut di atas, menunjukkan bahwa Keputusan Presiden No. 115 Tahun 1998 telah meletakkan fondasi awal desentralisasi pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal di era reformasi. Sedangkan untuk penanaman modal asing belum menunjukkan desentralisasi secara jelas, namun nuansanya sudah menunjukkan ke arah desentralisasi. Inilah gambaran singkat perjalanan untuk menerobosi sentralisasi pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal ke arah desentralisasi.

3. Keputusan Presiden No. 117 Tahun 1999