individual dan bersifat konkret, dengan kata lain dari wewenang mengatur melahirkan produk hukum yang bersifat mengatur dan wewenang mengurus melahirkan produk
hukum yang bersifat keputusanketetapan.
17
Senada dengan hal itu Bangir Manan menyatakan persoalan hubungan wewenang antara pemerintah dengan pemerintah daerah pada negara dengan susunan
organisasi desentralistik timbul karena perlaksanaan wewenang pemerintahan tidak hanya dilakukan oleh satu pusat pemerintahan, selain pemerintah terdapat satuan
pemerintahan daerah yang melaksanakan urusan otonominya.
18
Penetapan peraturan daerah oleh pemerintahan daerah dalam rangka mengatur daerah, terutama peraturan daerah yang berkaitan dengan penanaman modal
melahirkan masalah hukum apabila dilihat dari aspek wewenang, asas hukum dan kepentingan mansyarakat dan negara. Berdasarkan fenomena ini dalam kenyataannya
melahirkan keengganan investor untuk berinvestasi.
B. Permasalahan
Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, ada beberapa permasalahan yang akan diteliti yaitu:
1. Bagaimana wewenang pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal
dengan sistem desentralisasi dan sistem sentralisasi?
17
Murtir Jeddawi, Memacu Investas Di Era Otonomi Daerah, Yogyakarta : UII Press, 2006 hal 16-17
18
Bangir Manan, Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1994 hal. 16
Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008.
USU e-Repository © 2008
2. Bagaimana pelimpahan wewenang pemberian persetujuan dan perizinan
penanaman modal menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal?
3. Bagaimana pelaksanaan kewenangan pemberian persetujuan dan perizinan
penanaman modal di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penilitian ini adalah:
1. Untuk menjelaskan wewenang pemberian persetujuan dan perizinan penanaman
modal dengan sistem desentralisasi dan sentralisasi. 2.
Untuk menjelaskan pelimpahan wewenang pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal. 3.
Untuk menjelaskan pelaksanaan kewenangan pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD.
D. Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1.
Kegunaan Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi
peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum, khususnya
Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008.
USU e-Repository © 2008
hukum penanaman modal, terutama berkaitan dengan kewenangan pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal di Indonesia.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya pihak yang sering terlibat dalam kegiatan penanaman modal baik
biokrasi pemerintah, investor, maupun pihak-pihak lain yang berhubungan dengan kegiatan penanaman modal.
E. Keaslian Penelitian