Keputusan Presiden No. 117 Tahun 1999

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. Kedua, berperannya kembali Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah BKPMD untuk melaksanakan kewenangan pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal dalam negeri. Ketiga, diberikan kewenangan kepada daerah di bawah koordinasi Bupatiwalikotamadya Kepala Daerah Tingkat II, dan khusus untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan pelayanan satu atap one roof service. Ketiga hal tersebut di atas, menunjukkan bahwa Keputusan Presiden No. 115 Tahun 1998 telah meletakkan fondasi awal desentralisasi pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal di era reformasi. Sedangkan untuk penanaman modal asing belum menunjukkan desentralisasi secara jelas, namun nuansanya sudah menunjukkan ke arah desentralisasi. Inilah gambaran singkat perjalanan untuk menerobosi sentralisasi pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal ke arah desentralisasi.

3. Keputusan Presiden No. 117 Tahun 1999

Bachruddin Jusuf Habibie pada Tanggal 30 September 1999 mengeluarkan Keputusan Presiden No. 117 Tahun 1999 Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden No. 97 Tahun 1993 Tentang Tata Cara Penanaman Modal. Keputusan Presiden tersebut membuka peluang untuk dilakukannya desentralisasi persetujuan dan perizinan penanaman modal. Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 Konsep desentralisasi pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal asing yang terdapat dalam Keputusan Presiden No 117 Tahun 1999 adalah sebagai berikut: 1 Kewenangan pemberian persetujuan penanaman modal dalam rangka penanaman modal asing sebagai mana diatur dalam Undang-undang No.1 Tahun 1967 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 1970, dilimpahkan Menteri Negara InvestasiKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal kepada Menteri Luar Negeri dan Gubernur Kepala Daerah Propinsi. 2 Khusus kepada Gubernur Kepala Daerah Propinsi diberikan pelimpahan wewenang pemberian perizinan pelaksanaan penanaman modal, sebelum dibentuk instansi yang menangani penanaman modal di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. 3 Untuk melaksanakan pelimpahan wewenang lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Menteri Luar Negeri Menugaskan Kepala Perwakilan Republik Indonesia, sedangkan untuk pelaksanaan ayat 1 dan 2, Gubernur Kepala Daerah Propinsi menugaskan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah. 4 Calon penanaman modal yang akan mengadakan usaha dalam rangka Penanaman Modal Asing mempelajari lebih dahulu Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Bagi Penanaman Modal Asing dan apabila diperlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi Badan Koordinasi Penanaman Modal, Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah atau Perwakilan Republik Indonesia. 5 Setelah mengadakan penelitian yang cukup mengenai bidang usaha yang terbuka dan ketentuan-ketentuan lain yang bersangkutan, calon penanam modal mengajukan permohonan Kepada Menteri Negara InvestasiKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau Gubernur Kepala Daerah Propinsi, dalam hal ini Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, atau Kepala Perwakilan Republik Indonesia dengan menggunakan tata cara permohonan yang ditetapkan oleh Menteri Negara Investasi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. 6 Apabila permohonan mendapat persetujuan, Menteri Negara InvestasiKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, atau Gubernur Kepala Daerah dalam hal ini Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, atau Ketua perwakilan Republik Indonesia menerbitkan Surat Persetujuan Penanaman Modal tersebut kepada calon penanam modal, yang berlaku juga sebagai persetujuan prinsip. 7 Menteri Negara Investasi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau Gubernur Kepala Daerah, dalam hal ini Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, atau Ketua perwakilan Republik Indonesia menyampaikan rekaman Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing kepada Instansi Pemerintah terkait. 8 Apabila penanaman modal telah memperoleh Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing dan setelah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan, maka; Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 a. Menteri Negara Investasi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau Gubernur Kepala Daerah, dalam hal ini Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, mengeluarkan: 1. Angka Pengenal Importir Terbatas 2. Keputusan Pemberian FasilitasKeringanan Bea Masuk dan pungutan impor lainnya. 3. Persetujuan atas Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing Pendatang RPTKA yang diperlukan sebagai dasar bagi Ketua badan Koordinasi Penanaman modal Daerah untuk menerbitkan izin kerja bagi Tenaga Kerja Asing pendatang yang diperlukan. 4. Izin Usaha Tetap atas nama Menteri yang membidangi usaha tersebut sesuai pelimpahan wewenang. b. Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya mengeluarkan izin Lokasi sesuai dengan Rencana Tata Ruang c. Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya mengeluarkan Hak Guna Bangunan dan Hak Guna Usaha sesuai dengan ketentuan yang berlaku. d. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Dati II atau Satuan Kerja Teknis atas nama BupatiWalikotamadya yang bersangkutan, atau Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota P2K bagi DKI Jakarta atas nama Gubernur DKI Jakarta mengeluarkan izin Mendirikan Bangunan IMB. e. Sekretaris WilayahDaerah Tingkat II atas nama BupatiWalikota yang bersangkutan atau Kepala Biro Ketertiban untuk DKI Jakarta atas nama Gubernur DKI Jakarta mengeluarkan izin UUGHO. 9 Kewajiban untuk memiliki izin UUGHO tidak berlaku bagi perusahaan Industri yang jenis industrinya wajib memiliki ANDAL atau yang berlokasi di dalam kawasan IndustriKawasan Berikat. 10 Setelah memperoleh Surat Persetujuan Penanaman Modal dari Menteri Negara InvestasiKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau Gubernur Kepala Daerah, dalam hal ini Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, atau Ketua perwakilan Republik Indonesia, penanaman modal dalam waktu yang ditetapkan menyampaikan daftar Induk barang-barang modal serta bahan baku dan bahan penolong yang akan di impor kepada Menteri Negara Investasi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau Gubernur Kepala Daerah, dalam hal ini Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah. 11 Berdasarkan penilaian terhadap daftar Induk sebagaimana dimaksud dalam ayat 10, Menteri Negara Investasi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau Gubernur Kepala Daerah, dalam hal ini Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, mengeluarkan FasilitasKeringanan Bea Masuk dan Pungutan Impor lainnya. 12 Permohonan untuk perubahan atas rencana penanaman modal yang telah memperoleh persetujuan, termasuk perubahan untuk perluasan proyek, disampaikan oleh penanam modal kepada Menteri Negara Investasi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau Gubernur Kepala Daerah, dalam hal ini Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, untuk mendapatkan persetujuan dengan mempergunakan tata cara yang telah ditetapkan oleh Menteri Negara Investasi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. 13 Penanaman Modal yang telah memperoleh persetujuan penanaman modal Asing wajib mengajukan permohonan perizinan pelaksanaan kepada Menteri Negara Investasi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau Gubernur Kepala Daerah, dalam hal ini Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah. 59 Dalam ketentuan tersebut di atas ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa persetujuan dan peizinan penanaman modal asing telah didesentralisasikan kepada daerah. Hal-hal yang menunjukkan perubahan dari sentralisasi menuju desentralisasi, di antaranya adalah sebagai berikut: Pertama, Kewenangan pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal asing telah dilimpahkan oleh Menteri Negara Investasi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal kepada Gubernur Kepala Daerah Provinsi. Kedua, Gubernur Kepala Daerah Provinsi diberikan kewenangan pemberian perizinan pelaksanaan penanaman modal dengan menugaskan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah sebelum dibentuk instansi yang menangani penanaman modal di daerah kabupaten dan daerah kota. Ketiga, calon penanam modal dapat mengajukan permohonan penanaman modal kepada Gubernur Kepala Daerah Provinsi, yang dalam hal ini ditujukan kepada Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah. Keempat, apabila permohonan mendapat persetujuan Gubernur Kepala Daerah, dalam hal ini Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, dapat menerbitkan Surat Persetujuan Penanaman Modal tersebut calon penanam modal, yang berlaku juga sebagai Persetujuan Prinsip. Kelima, Gubernur Kepala 59 Pasal 2 Keputusan Presiden No. 117 Tahun 1999 Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden No. 97 Tahun 1993 Tentang Tata Cara Penanaman Modal. Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 Daerah Provinsi, dalam hal ini Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah menyampaikan rekaman Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing kepada instansi pemerintah terkait. Keenam, perubahan atas rencana penanaman modal yang telah memperolah persetujuan, termasuk perubahan untuk perluasan proyek, disampaikan oleh penanaman modal kepada Gubernur Kepala Daerah Provinsi, dalam hal ini Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, untuk mendapatkan persetujuan. Ketujuh, Penanaman modal yang telah memperoleh persetujuan penanaman modal asing wajib mengajukan permohonan perizinan pelaksanaan kepada Gubernur Kepala Daerah, dalam hal ini Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah. Keputusan Presiden No. 117 Tahun 1999 telah menunjukkan desentralisasi pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal asing, dimana Gubernur yang dalam hal ini diwakili oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah BKPMD telah memperoleh kewenangan untuk menetapkan persetujuan dan perizinan penanaman modal asing. Di samping itu Keputusan Presiden No. 117 Tahun 1999 juga menunjukkan desentralisasi persetujuan dan perizinan penanaman modal dalam negeri. Adapun konsep desentralisasi persetujuan dan perizinan penanaman modal dalam negeri yang terdapat dalam Keputusan Presiden tersebut adalah sebagai berikut: 1 Kewenangan pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 2, ayat 3, ayat 5 huruf a, ayat 8 dan ayat 9 untuk permohonan penanaman modal dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri, dapat dilimpahkan kepada Gubernur Kepala Daerah Provinsi. Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 2 Untuk melaksanakan lebih lanjut pelimpahan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, Gubernur Kepala Daerah Provinsi menugaskan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah. 3 Tata cara penanaman modal dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negari sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 diatur lebih lanjut oleh Menteri Negara InvestasiKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. 60 Dari ketentuan tersebut di atas, ada beberapa hal yang menunjukkan desentralisasi pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal dalam negeri adalah Pertama, kewenangan pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal dalam negeri dapat dilimpahkan kepada Gubernur Kepala daerah Provinsi. Kedua, penugasan kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah BKPMD untuk melaksanakan kewenangan yang telah dilimpahkan kepada Gubernur. Kedua hal di tersebut merupakan bagian penting yang menunjukkan bahwa regulasi tersebut telah mengarahkan kepada desentralisasi persetujuan dan perizinan penanaman modal dalam negeri. Sebagai tindak lanjut Keputusan Presiden No. 117 Tahun 1999, maka dikeluarkan Keputusan Menteri Negara InvestasiKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 37SK1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian persetujuan dan Fasilitas Serta Perizinan Pelaksanaan Penanaman Modal Kepada Gubernur kepala Daerah Propinsi. Konsepsi desentralisasi pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal Keputusan Menteri Negara InvestasiKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 371999 adalah: 60 Pasal 1A Keputusan Presiden No. 117 Tahun 1999 Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden No. 97 Tahun 1993 Tentang Tata Cara Penanaman Modal. Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 1 Menteri Negara Investasi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal MeninvesKepala BKPM melimpahkan kewenangan pemberian persetujuan dan fasilitas serta perizinan pelaksanaan penanaman modal kepada Gubernur Kepala Daerah Provinsi. 2 Penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 adalah penanaman modal yang dilaksanakan dalam rangka Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagimana telah diubah dengan Undang- Undang No. 11 Tahun 1970 dan Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang No. 12 Tahun 1970. 3 Untuk melaksanakan pelimpahan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, Gubernur Kepala Daerah Provinsi menugaskan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah BKPMD. 4 Persetujuan penanaman modal meliputi persetujuan atas penanaman modal baru, perluasan, dan perubahan penanaman modal. 5 Apabila penanaman modal telah memperoleh Surat Persetujuan Penanaman Modal dan setelah dipenuhi persyaratan yang ditetapkan maka MeninvesKepala BKPM atau Gubernur Kepala Daerah Provinsi, dalam hal ini Ketua BKPMD mengeluarkan: a. Angka Pengenal Importir Terbatas b. Surat Persetujuan Fasilitas berupa: 1. Surat Persetujuan Pabea tentang pemberian fasilitas pembebasan Bea Masuk atas pengimporan mesin-mesinperalatan serta bahan baku danatau penolong. 2. Surat persetujuan pemberian fasilitas perpajakan atas perolehan barang modal. c. Surat Keputusan tentang Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang RPTK dan perpanjangannya. d. Rekomendasi TA.01 bagi Tenaga kerja AsingTKA e. Izin Usaha tetap bagi penanaman modal baru dan perluasan. 61 Keputusan Menteri Negara InvestasiKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 37SK1999 secara jelas telah menunjukkan desentralisasi persetujuan dan perizinan penanaman modal. Dari ketentuan di atas ada beberapa hal yang menunjukkan desentralisasi persetujuan dan perizinan penanaman modal. Pertama, 61 Pasal 1 Keputusan Menteri InvestasiKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 37SK1999 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian persetujuan dan Fasilitas Serta Perizinan Pelaksanaan Penanaman Modal Kepada Gubernur kepala Daerah Propinsi. Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 MeninvesKepala BKPM melimpahkan kewenangan pemberian persetujuan dan perizinan pelaksanaan penanaman modal kepada Gubernur Kepala Daerah Propinsi. Kedua, dalam hal menjalankan kewenangan pemberian persetujuan dan perizinan pelaksanaan penanaman modal Gubernur Kepala Daerah Provinsi menugaskan ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah BKPMD. Ketiga, kewenangan Gubernur Kepala Daerah ProvinsiKetua BKPMD untuk mengeluarkan Angka Pengenal Importir Terbatas, Surat Persetujuan Fasilitas berupa baik Surat persetujuan pabean tentang pemberian fasilitas pembebasan Bea Masuk atas pengimporan mesin- mesinperalatan serta bahan baku danatau penolong maupun Surat Persetujuan pemberian fasilitas perpajakan atas perolehan barang modal, Surat Keputusan tentang Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing RPTKA dan perpanjangan, rekomendasi bagi Tenaga Kerja Asing TKA, dan Izin Usaha Tetap bagi penanaman modal baru dan perluasan. Desentralisasi pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal semakin jelas dalam pasal berikutnya dari Keputusan Menteri Negara InvestasiKepala BKPM tersebut, Di mana dinyatakan sebagai berikut: Dengan pelimpahan kewenangan sebagimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 dan ayat 3, maka penerbitan Surat persetujuan, Surat persetujuan Fasilitas dan perizinan pelaksanaan penanaman modal dapat dilakukan oleh MeninvesKepala BKPM atau Gubernur Kepala Daerah Propinsi, dalam hal ini Ketua BKPMD sesuai dengan permohonan yang diajukan calon penanaman modal kepada MeninvesKepala BKPM atau Ketua BKPMD. 62 62 Pasal 2 angka 1 dan 3 Keputusan Menteri InvestasiKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 37SK1999 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian persetujuan dan Fasilitas Serta Perizinan Pelaksanaan Penanaman Modal Kepada Gubernur kepala Daerah Propinsi. Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 Dengan ketentuan tersebut semakin mengukuhkan peran Gubernur Kepala Daerah Provinsi, dalam hal pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal, baik penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri. Sebagai pelaksana kebijakan penanaman modal maka dikeluarkan Keputusan Menteri Negara InvestasiKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.38SK1999 tentang Pedoman Tata Cara Permohonan Penanaman Modal Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing. Konsepsi desentralisasi yang terdapat dalam Keputusan Menteri Negara InvestasiKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.38SK1999 adalah sebagai berikut: 1. Calon penanam modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal dalam rangka PMDN wajib mengajukan permohonan penanaman modal kepada: a. MeninvesKepala BKPM; atau b. Ketua BKPMD setempat 2. Calon penanam modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal dalam rangka PMA, wajib mengajukan permohonan penanaman modal kepada: a. MeninvesKepala BKPM; atau b. Kepala Perwakilan RI setempat c. Ketua BKPMD setempat 3 a. Surat Persetujuan SP PMDN dikeluarkan oleh MeninvesKepala BKPM atau Gubernur Kepala Daerah Provinsi, dalam hal ini Ketua BKPMD setempat b. Surat Persetujuan PMA dikeluarkan oleh MeninvesKepala BKPM, atau menteri Luar Negeri dalam hal ini Kepala Perwakilan RI setempat atau Gubernur Kepala Daerah Propinsi dalam hal ini ketua BKPMD setempat. 4 Penanaman modal yang telah memperoleh Surat Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh perizinan pelaksanaan penanaman modal yang diperlukan untuk melaksanakan penanaman modalnya. 5 Permohonan izin pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 diajukan kepada: a. MeninvesKepala BKPM, bagi yang memperoleh persetujuan penanaman modal dari MeninvesKepala BKPM atau menteri Luar Negeri dalam hal ini Kepala Perwakilan RI setempat; atau Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 b. Ketua BKPMD setempat, bagi yang memperoleh persetujuan penanaman modal dari Ketua BKPMD setempat atau dari kepala Perwakilan RI setempat. 6 Bagi proyek-proyek yang berlokasi KAPET permohonan izin persetujuan dan izin pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 ayat 4 dan ayat5 diajukan kepada Badan pengelola KAPET setempat. 63 Keputusan Presiden No.117 Tahun 1999 dan peraturan pelaksananya yaitu Keputusan Menteri Negara InvestasiKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.37SK1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan dan Fasilitas serta Perizinan Pelaksanaan Penanaman Modal kepada Gubernur Kepala Daerah Provinsi dan Keputusan Menteri Negara InvestasiKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.38SK1999 tentang Pedoman Tata Cara Permohonan Penanaman Modal Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing telah menunjukkan dan memperlihatkan secara jelas desentralisasi persetujuan dan perizinan penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri. Di samping itu dikenal juga sentralisasi persetujuan dan perizinan penanaman modal baik penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri. Sebelumnya timbul anggapan dalam penanaman modal asing, dimana iklim penanaman modal yang baik dan kondusif merupakan pra syarat awal bagi suatu penanaman modal yang dilakukan oleh para penanam modal atau investor. Untuk itu pemerintah harus menciptakan iklim yang aman dan kondusif bagi penanaman modal 63 Pasal 2 Keputusan Menteri InvestasiKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 38SK1999 Tentang Pedoman Tata Cara Permohonan Penanaman Modal Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing . Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 melalui regulasi-regulasi yang mendorong untuk tumbuh dan berkembangnya penanaman modal. 64 Sentralisasi persetujuan dan perizinan penanaman modal di Indonesia berkembang sesuai dengan keberadaan lembaga penyelenggara penanaman modal. Tentunya sentralisasi persetujuan dan perizinan penanaman modal telah dimulai sejak Tahun 1967, yaitu dengan ditetapkan Keputusan Presidium Kabinet No. 17EKKEP1 1967 Tentang Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing. Sentralisasi persetujuan dan perizinan penanaman modal, baik penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri dapat dideskripsikan berdasarkan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Berdasarkan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah maka diketahui ada sentralisasi dari peraturan yang dikeluarkan tersebut. Adapun regulasi yang termasuk dalam bagian sentralisasi pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal sebagai berikut:

1. Keputusan Presidium Kabinet No. 104EKKEP41967