melalui regulasi-regulasi yang mendorong untuk tumbuh dan berkembangnya penanaman modal.
64
Sentralisasi persetujuan dan perizinan penanaman modal di Indonesia berkembang sesuai dengan keberadaan lembaga penyelenggara penanaman modal.
Tentunya sentralisasi persetujuan dan perizinan penanaman modal telah dimulai sejak Tahun 1967, yaitu dengan ditetapkan Keputusan Presidium Kabinet No.
17EKKEP1 1967 Tentang Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing. Sentralisasi persetujuan dan perizinan penanaman modal, baik penanaman
modal asing maupun penanaman modal dalam negeri dapat dideskripsikan berdasarkan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Berdasarkan regulasi yang
dikeluarkan oleh pemerintah maka diketahui ada sentralisasi dari peraturan yang dikeluarkan tersebut. Adapun regulasi yang termasuk dalam bagian sentralisasi
pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal sebagai berikut:
1. Keputusan Presidium Kabinet No. 104EKKEP41967
Konsepsi sentralisasi
persetujuan dan perizinan penanaman modal asing berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet No. 104EKKEP41967 Tentang
Prosedur Penyelesaian Permohonan Penanaman Modal Asing adalah: 1.
Semua permohonan tentang penanaman modal asing pada tingkat pertama ditampung dan diolah oleh Departemen yang bersangkutan dengan bantuan Tim
Teknis Penanaman Modal Asing.
2. Setelah selesai diolah dan disetujui ditingkat Depatemen tersebut maka Menteri
yang bersangkutan meneruskan permohonan tersebut kepada Ketua Presidium
64
Dumairy, Op.cit, hal 132.
Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008.
USU e-Repository © 2008
Kabinet dan Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing untuk mendapat keputusan terakhir setelah mendengar Tim Teknis Penanaman Modal Asing
3. Apabila permohonan tersebut mendapat persetujuan dari Badan Pertimbangan
Penanaman Modal Asing, maka Ketua Presidium Kabinet memberikan persetujuan resmi bersangkutan diberi wewenang untuk menandatangani surat
keputusan atas nama pemerintah.
4. Adapun surat persetujuan dapat ditandatangani oleh Sekretaris Jendral atas nama
Menteri yang bersangkutan.
65
Berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet No. 104EKKEP41967 bahwa
pengajuan permohonan untuk penanaman modal asing ditujukan kepada departemen yang membidangi penanaman modal yang akan dilakukan. Dari Keputusan Presidium
Kabinet tersebut, diketahui bahwa pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal harus dikeluarkan oleh Ketua Presidium Kabinet setelah mendapat persetujuan
dari Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing.
2. Keputusan Presiden No. 63 Tahun 1969
Sentralisasi pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal kembali dikuatkan dengan Keputusan Presiden No. 63 Tahun 1969 tentang Peraturan dan
Prosedur Mengenai Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal. Dimana dalam Keputusan Presiden tersebut mengatur pengawasan terhadap penanaman modal asing
dan penanaman modal dalam negeri, sesuai dengan namanya, tidak hanya diperuntukkan bagi penanaman modal asing tetapi juga penanaman modal dalam
negeri.
65
Penetapan Pertama Keputusan Presidium Kabinet No. 104EKKEP41967.
Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008.
USU e-Repository © 2008
Beberapa hal yang menunjukkan sentralisasi pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal dalam Keputusan Presiden tersebut adalah:
Pertama, berkaitan dengan kewajiban untuk melaksanakan rencana penanaman modal sesuai dengan persetujuan yang diberikan, dalam Keputusan Presiden ini
menyebutkan: Para penanam modal yang telah mendapatkan persetujuan dari pemerintah
untuk memperoleh fasilitas-fasilitas tertentu baik dalam rangka Undang- Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing maupun dalam
rangka Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, wajib melaksanakan rencana penanaman modal sesuai dengan
persetujuan yang telah diberikan.
66
Kedua, berkaitan dengan perubahan terhadap rencana juga harus mendapat persetujuan dari pemerintah pusat, bahwa “segala perubahan dan atau penambahan
terhadap rencana yang telah disetujui terlebih dahulu harus dimintakan persetujuan pemerintah”.
67
Ketiga, berkaitan dengan pengawasan terhadap pelaksanaan proyek- proyekperusahaan-perusahaan yang telah memperoleh persetujuan, sebagaimana
disebutkan dalam Keputusan Presiden tersebut yaitu: Pengawasan terhadap pelaksanaan proyek-proyekperusahaan-perusahaan
yang telah memperoleh persetujuan, baik berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing maupun berdasarkan Undang-
Undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, pada tingkat pertama dilakukan oleh departemeninstansi yang berwenang atau
membawahi bidang usaha yang bersangkutan.
68
66
Pasal 1 angka 1 Keputusan Presiden No. 63 Tahun 1969 Tentang Peraturan dan Prosedur Mengenai Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal
67
Pasal 1 angka 2 Keputusan Presiden No. 63 Tahun 1969 Tentang Peraturan dan Prosedur Mengenai Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal
68
Pasal 2 angka 1 Keputusan Presiden No. 63 Tahun 1969 Tentang Peraturan dan Prosedur Mengenai Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal
Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008.
USU e-Repository © 2008
Keempat, berkaitan dengan kewajiban departemen yang bersangkutan dan Panitia Teknis Penanaman Modal untuk melaporkan kepada Presiden. Sebagaimana dalam
Keputusan Presiden No. 63 Tahun 1969 menyatakan “Baik Departemeninstansi yang bersangkutan, maupun Panitia Teknis Penanaman Modal setiap triwulan wajib
melaporkan kepada Presiden tentang pelaksanaan rencana penanaman modal oleh para penanam modal”.
69
Beberapa hal yang dikutip dari Keputusan Presiden tersebut di atas memperlihatkan adanya sentralisasi persetujuan dan perizinan penanaman modal,
baik penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri. Keputusan Presiden No. 63 Tahun 1969 kemudian dicabut dengan Keputusan Presiden No. 21
Tahun 1973 tentang Ketentuan Pokok Tata Cara Penanaman Modal.
3. Keputusan Presiden No. 21 Tahun 1973