Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Kesimpulan

1. Wewenang pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal dengan sistem desentralisasi adalah suatu upaya pemerintah untuk mendekatkan pelayanan penanaman modal kepada masyarakat, dimana kewenangan untuk memberikan persetujuan dan perizinan untuk pelaksanaan penanaman modal, baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing berada ditangan pemerintah daerah. Dalam kaitannya dengan pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal dengan sistem sentralisasi bahwa penyelenggaraan penanaman modal yang ditangani oleh pemerintah pusat tanpa melibatkan pemerintah daerah. Sentralisasi penanaman modal menunjukkan bahwa semua hal, baik promosi penanaman modal, penentuan kebijakan penanaman modal, persetujuan dan perizinan penanaman modal, hingga perubahan penanaman modal harus dilakukan oleh pemerintah pusat. 2. Pelimpahan wewenang pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal semua urusan penanaman modal penanganannya dilayani melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP, dimana kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan non perizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan atau non perizinan yang proses Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 pengelohannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap diterbitkannya dokumen yang dilakukan disatu tempat. 3. Pelaksanaan kewenangan pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD selama ini masih bersifat sentralistik, dimana masih berpedoman pada ketentuan yaitu Keputusan Presiden No. 29 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal Dalam Rangka Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri Melalui Sistem Pelayanan Satu Atap. Hal ini mengakibatkan pelaksanaan penanaman modal di Provinsi NAD mengalami penurunan, yang disebabkan karena tidak ada jaminan kepastian hukum, regulasi yang berbelit-belit, tidak adanya ketegasan dari pemerintah pusat untuk melimpahkan semua wewenang pelaksanaan penanaman modal kepada daerah.

C. Saran