Upaya Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD Dalam Meningkatkan Penanaman Modal

dan prasarana, serta ketidaksiapan daerah dapat menjadi kendala atau hambatan maju tidaknya investasi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Semua permasalahan dalam bidang investasi harus diselesaikan agar iklim investasi yang kondusif dapat segera tercipta antara lain, pertama dapat mensejajarkan posisi investor dalam berinvestasi, sehingga iklim kondusif bagi investasi dapat tercipta. Kedua, menciptakan kepastian peraturan di bidang investasi sehingga tercipata iklim kondusif bagi investasi di tanah air. Ketiga, menciptakan harmonisasi hukum di bidang investasi pada era pasar dan era otonomi daerah untuk mencegah relokasi perusahaan ke berbagai negara lain.

C. Upaya Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD Dalam Meningkatkan Penanaman Modal

Setiap negara selalu berusaha mengembangkan dan meningkatkan pembangunan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya, usaha ini dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda antara satu negara dengan negara lain. Salah satu usaha yang selalu dilakukan oleh negara adalah menarik sebanyak mungkin investasi asing masuk kenegaranya. Menarik investasi masuk sebanyak mungkin ke dalam suatu negara di dasarkan pada suatu mitos yang menyatakan bahwa untuk menjadi suatu negara yang makmur, pembangunan nasional harus di arahkan ke bidang industri. Untuk mengarah kesana, negar-negara tersebut sudah sejak awal dihadapkan pada permasalahan minimnya modal dan teknologi yang merupakan elemen dasar dalam menuju industrialisasi. Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 Bila negara berkembang ingin menarik negara maju untuk berinvestasi di negara tersebut, maka ada beberapa hal yang harus dipenuhi antara lain: 1. Peraturan-peraturan kebijakan yang tetap dan konsisten yang tidak terlalu cepat berubah dapat menjamin dan memberikan kepastian hukum karena ketiadaan kepastian hukum akan menyulitkan peranan jangka panjang usaha mereka. 2. Prosedur perizinan yang tidak berbelit-belit yang menyebabkan high cost economy. 3. Jaminan terhadap investasi mereka dan proteksi hukum mengenai hak atas kekayaan milik investor. 4. Sarana dan prasarana yang dapat menunjang terlaksananya investasi mereka dengan baik, baik antara lain meliputi komunikasi, transportasi atau pengangkutan, perbankan dan ansuransi. 168 Secara umum diketahui bahwa penanaman modal baik penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri yang berlokasi di negara berkembang atau negara sedang berkembang sering merasa khawatir akan begitu banyak risiko. Hal ini disebabkan oleh keadaan politik, sosial dan ekonomi yang belum stabil dari negara tersebut. Padahal investasi membutuhkan iklim yang kondusif sifatnya seperti rasa aman, tertib, serta adanya suatu kepastian hukum dari negara penerima modal. Maka menjadi kewajiban pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dengan adanya aturan hukum yang pasti, sistem administrasi yang mudah, regulasi yang 168 Camelia Malik “Jaminan Kepastian Hukum Dalam Kegiatan Penanaman Modal Di Indonesia” Jurnal Hukum Bisnis Vol. 26 – No.4 Tahun 2007, hal. 16. Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 responsif, adanya sistem kebijakan yang terarah, dan dapat memberikan jaminan kepastian hukum serta rasa keadilan bagi para investor. Di samping upaya-upaya di atas sebagai langkah dari pemerintah untuk meningkatkan iklim investasi yang lebih kondusif yang berlokasi di negara berkembang atau negara sedang berkembang, ada traktat atau perjanjian-perjanjian yang dibuat antara dua negara atau lebih dalam kaitannya dengan investasi, yaitu traktat yang telah disepakati oleh negara-negara investor dan negara-negara penerima modal dalam bidang ivestasi salah satunya yaitu The Convention Establishing ther Multilateral Investment Guarantee Agency MIGA. MIGA merupakan lembaga Internasional yang dibentuk oleh Bank Dunia, MIGA ini berlaku pada tanggal 12 April 1988 yang mempunyai tujuan yaitu: a. memberikan jaminan kepada investor terhadap resiko nonekonomis, khususnya di negara-negara berkembang. b. Berperan dalam menggalakkan aliran penanaman modal untuk tujuan-tujuan produktif ke negara-negara sedang berkembang . 169 Di samping itu lingkungan bisnis yang sehat untuk berinvestasi tidak hanya diperlukan untuk menarik investor, tetapi juga agar perusahaan yang sudah ada tetap memilih lokasi di daerah tersebut, karena faktor utama yang mempengaruhi lingkungan bisnis adalah tenaga kerja dan produktifitas, perekonomian daerah, infrastruktur fisik, kondisi sosial politik dan institusi. 169 Huala Adolf, Perjanjian Penanaman Modal Dalam Hukum Perdagangan Internasional WTO, Jakarta : Rajawali, 2004 hal. 36. Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 Dalam rangka menciptakan iklim investasi yang kondusif ada tiga hal mendasar yang harus di perbaiki pejabat dan pengusaha Indonesia yaitu: Pertama, masalah Legal, dalam hal ini Indonesia harus membenahi sistem hukum dan menerapkan penegakan hukum yang ramah bagi investasi dan perdagangan. Kedua, Indonesia harus membenahi masalah-masalah perburuhan, termasuk berbagai pearturan yang menyangkut hubungan kerja yang akrab bagi investor. Ketiga, Indonesia harus membenahi masalah hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 170 Pemerintah Daerah Provinsi NAD telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong dan meningkatkan investasi di Provinsi NAD, pemerintah daerah tidak hanya menyediakan saranan dan prasarana yang terpenting adalah adanya jaminan kepastian hukum penanaman modal dengan adanya pendelegasian kewenangan pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal di Provinsi NAD. Dengan tidak adanya jaminan kepastian hukum mengakibatkan kurangnya minat investor untuk menanamkan modalnya ke daerah, hal ini dapat dilihat dengan adanya peraturan daerah yang tidak berjalan dan masih memakai peraturan pemerintah pusat. Biasanya sebelum calon investor akan menanamkan modalnya disuatu negara, ada beberapa hal yang menjadi perhatian negara calon investor agar mereka dapat memanimalisir risiko dalam berinvestasi, antara lain: 1. Keamanan investasi yang sering berkaitan dengan stabilitas politik suatu negara. 2. Bahaya tindakan nasionalisasi dan berkaitan dengan ganti kerugian. 170 Camelia Malik, Op.cit, hal 17-18. Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 3. Repatriasi keuntungan dan modal dan konvertibilitas mata uang. 4. Penghindaran pajak berganda. 5. Masuk dan tinggalnya staff atau ahli yang diperlukan. 6. Penyelesaian sengketa. 7. Perlakuan yang sama terhadap investor asing dan tidak adanya pembedaan dari investor domestik. 8. Insentif untuk penanaman modal 9. Tranparencey yaitu kejelasan mengenai peraturan perundang-undangan, prosedur adaministrasi yang berlaku, serta kebijakan investasi dan 10. Kepastian hukum, termasuk enforcement putusan-putusan pengadilan. 171 Menurut H. Nurdin M.yusuf Dewantara, Kepala Bidang perizinan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi NAD, penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri harus di sambut baik karena penanaman modal dapat memberikan keuntungan yang besar bagi daerah yaitu; menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat daerah tersebut, sehingga dapat meningkatkan pendapat hidup. mencegah pengangguran, meningkatkan pendapatan daerah, adanya alih teknologi, serta pembangunan infrasturktur daerah menjadi lebih baik. Maka untuk mencapai semua maksud tersebut Pemerintah Provinsi NAD telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan penanaman modal di Aceh antara lain; pertama, memperbaiki kondisi iklim investasi lebih kondusif. Hal ini dapat dilihat dengan adanya program pemerintah Provinsi NAD yang mencanangkan Tahun 2008 sebagai 171 Ibid. hal 17. Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 tahun wisata dan investasi. Diharapkan dengan perdamaian yang terjadi tahun 2005, Aceh menjadi salah satu tujuan wisata dan investasi yang bertujuan untuk memulihkan ekonomi dan pembangunan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kedua, adanya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, meskipun dalam era otonomi daerah mempunyai hak untuk mengatur penanaman modal di lapangan sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 No. 11 UUPM bahwa “Otonomi daerah adalah, hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”, upaya ini bertujuan memberikan jaminan kepastian hukum bagi investor dan dengan adanya otonomi daerah koordinasi antar departemen menjadi lebih baik. Ketiga, pemerintah pusat besungguh- sungguh membantu daerah dengan melimpahkan segera pemberian persetujuan dan perizinan penanaman modal kepada daerah, sehingga tidak adanya regulasi dan biokrasi yang berbelit. Keempat, adanya harmonisasi dan sinkronisasi peraturan investasi yang berlaku. 172 Hal senada juga diungkapkan oleh Fuadi, Kepala Bidang Promosi BKPMD menyatakan bahwa upaya-upaya atau langkah-langkah Pemerintah Provinsi NAD atau BKPMD Provinsi NAD dalam meningkatkan investasi di Aceh antara lain: 1. Identifikasi potensi sumber daya daerah kabupatenkota. 172 Wawancara dengan H. Nurdin M.yusuf Dewantara, Kepala Bidang perizinan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi NAD, pada Tanggal 25 Februari 2008. Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008 2. Promosi dan kerjasama penanaman modal daerah baik di dalam maupun di luar negeri seperti seminar, pameran, temu usaha dan lokakarya . 3. Pembuatan bahan promosi penanaman modal daerah dalam bentuk media cetak antara lain, brosur, buku-buku, maupun media elektronik seperti, film, video, slide, CD Room situs web. 4. Disamping menyediakan sarana dan prasarana yang terpenting sekali adalah adanya pelimpahan kewenangan pemberian persetujuan dan perizinan kepada daerah. 173 Berbagai upaya dan pembenahan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD untuk meningkatkan penanaman modal dan berusaha menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi di Provinsi NAD. Bahkan Pemerintah NAD mencanangkan Tahun 2008 sebagai tahun wisata dan investasi yang bertujuan untuk memulikan ekonomi dan pembangunan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 174 Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi NAD akan mampu menjamin kepastian hukum, kenyamanan dan keamanan bagi para penanaman modal, tanpa adanya jaminan kepastian hukum niscaya para investor tidak mau berinvestasi di Provinsi NAD. 173 Wawancara dengan Fuadi, Kepala Bidang Promosi Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi NAD, pada Tanggal 25 Februari 2008. 174 “ Aceh Canangkan Tahun Wisata dan Investasi” Kompas,Tanggal 14 April 2008, hal 27. Nasrianti: Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Perizinan Penanaman Modal Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Studi Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU e-Repository © 2008

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN