1. Jenis dan Desain Penelitian. 2. Lokasi Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. 1. Jenis dan Desain Penelitian.

Jenis penelitian ini bersifat eksploratif, dan pemaparannya dalam bentuk deskriptif kualitatif. Secara maksimal berupaya mendeskripsikan secara tepat mengenai pandangan teleologis atau orientasi kehidupan masyarakat Tionghoa di kota Medan. Pandangan teleologis tersebut secara tidak disadari telah memberikan kontribusi dan pengaruh terhadap perkembangan dan pembangunan masyarakat di kota Medan. Kajian semacam ini dilakukan dengan pendekatan etnosains, sebuah pendekatan yang mengasumsikan bahwa sistem berpikir masyarakat Tionghoa Medan: mengandung unsur-unsur sistematisasi yang tersusun menurut suatu sistem kategorisasi, diantaranya—yang paling dasar—adalah binary opposition atau penggolongan dalam dua bagian yang saling bertentangan tetapi dianggap saling berpasangan sebagaimana prinsip dasar filosofis yin-yang yang terkandung di dalam nilai-nilai budaya Tionghoa. Sebagai contoh: kanan-kiri, pria-wanita, panas-dingin, labil-stabil, keras-lunak, konseptual-operasional, tetap-berubah, baik-buruk, untung- rugi, naik-turun, dan lain-lain sebagainya saling berkaitan dan pengaruh- mempengaruhi serta prinsipil, tidak ada yang satu kalau tidak ada yang lainnya Cooper, 1981:33-56; Suparlan, 1981:8-9; 1981a:5-6; Shri Ahimsa Putra, 1985. Hubungan antara pengalaman masa lampau baik kultur maupun struktur bagaimanapun telah membentuk pandangan teleologis hidup orang-orang Tionghoa Agustrisno : Respons Kultural dan Struktural Masyarakat Tionghoa Terhadap Pembangunan di Kota Medan. USU e-Repository © 2008. di Medan. Dalam hal ini peneliti berupaya memperoleh informasi mengenai pandangan teleologis warga masyarakat Tionghoa di kota Medan, yang sangat menentukan sekali bagi mereka dalam mengambil prinsip maupun mengambil keputusan dan sikap dalam hidupnya.

3. 2. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian tidak difokuskan atau terkonsentrasi pada suatu daerah tertentu saja, baik secara administratif kecamatan ataupun kelurahan. Sebab, dalam melakukan wawancara terhadap warga Tionghoa, pada umumnya terdapat kesulitan, mereka biasanya tertutup untuk memberikan informasi. Peneliti belajar dari pengalaman orang lain, peneliti sebelumnya, yang juga pernah melakukan penelitian mengenai kehidupan orang-orang Tionghoa. 18 Pengalaman semacam itu sangatlah berharga untuk mengantisipasi dalam mengambil dan menentukan langkah-langkah penelitian, oleh karena itu tidaklah baik untuk diabaikan. Berdasarkan pertimbangan tersebutlah maka peneliti, dalam hal ini tidak membatasi lokasi penelitian secara khusus. Namun dalam melakukan wawancara, informan yang dipilih tetap ditujukan bagi para warga keturunan Tionghoa yang statusnya bertempat tinggal atau yang melakukan usahanya di kota Medan. Dengan kata lain peneliti menetapkan, asalkan dia informan adalah orang Tionghoa dan bertempat tinggal ataupun yang melakukan usahanya di kota Medan, informasinya bisa menjadi bahan kajian dalam 18 Lely Kristinawati Budhiyanto: “…etnis Tionghoa dalam menjalankan bisnisnya tertutup terhadap orang lain hal.280”. “Dalam proses penelitian …banyak kendala yang dihadapi di lapangan. Utamanya adalah sulitnya memperoleh informan yang bersedia diwawancarai hal.281.” Budhiyanto, 2004. Agustrisno : Respons Kultural dan Struktural Masyarakat Tionghoa Terhadap Pembangunan di Kota Medan. USU e-Repository © 2008. penelitian ini. Yang menjadi pertimbangan oleh peneliti dari pernyataan informan adalah pengalamannya, kejujurannya, kesediaannya bercerita dan mau diwawancarai. 3. 3. Populasi dan Informan.