3. 6. Metode Analisis Analisis Data.
Data dianalisis secara kualitatif dengan melakukan interpretatif terhadap informasi-informasi yang diperoleh. Berdasarkan kajian literatur, peneliti
memperoleh motivasi-motivasi para penulis literatur mengenai kehidupan orang- orang Tionghoa di Indonesia yang secara tematis dapat dikategorikan menjadi tiga
tipologi, yakni: 1
Warga Tionghoa Hubungannya Dengan Kebijaksanaan Pemerintah, 2
Keberadaan Warga Tionghoa Hubungannya dengan Warga Masyarakat Setempat atau dibandingkan dengan keberadaan Warga
Masyarakat Setempat, dan 3
Etnografi Mengenai Keberadaan Warga Tionghoa di Indonesia.
Literatur yang termasuk ke dalam tipologi yang pertama, sering kali menjelaskan keadaan struktural yang pernah dialami oleh warga masyarakat
Tionghoa di Indonesia. Sedangkan berbagai literatur pada tipologi yang kedua, kecuali memaparkan pengalaman struktural masyarakat Tionghoa di Indonesia yang
dikomparasikan dengan kenyataan struktural yang dialami oleh penduduk setempat. Dalam komparasi tersebut sering kali adanya penilaian berupa superioritas dan
inferioritas diantara kedua warga masyarakat. Penilaian-penilaian semacam itu terkadang berkorelasi pula dengan kenyataan kultural warga masyarakat Tionghoa di
satu sisi, dengan kenyataan kultural kehidupan warga masyarakat setempat yang ada di Indonesia.
Agustrisno : Respons Kultural dan Struktural Masyarakat Tionghoa Terhadap Pembangunan di Kota Medan. USU e-Repository © 2008.
Literatur yang tergolong dalam kategori ketiga, kebanyakan lebih menonjolkan berupa paparan-paparan mengenai keunikan atau kenyataan superioritas
kultural yang dimiliki warga masyarakat Tionghoa di Indonesia. Kenyataan-kenyataan tematis yang terdapat dalam kajian literatur tersebut
kemudian dihubungkan dengan kenyataan yang ada di lapangan melalui wawancara terhadap informan. Hasil dari wawancara, yang sesuai dengan pemaknaan yang
diberikan oleh para informan, dengan pendekatan ‘emik’ Sturtevant, 1969. Ternyata ketika peneliti melakukan analisis terhadap pemaknaan tersebut, diperoleh hal-hal
yang juga bersifat tematis. Para informan menjelaskan pandangannya secara teleologis. Pandangan teleologis tersebut ternyata dibentuk, dan didorong oleh suatu
kekuatan yang tersembunyi dalam nilai-nilai budaya masyarakat Tionghoa sendiri, yang dikenal sebagai ‘Yin-Yang’. Nilai ‘Yin’ merupakan pengalaman struktural, Nilai
‘Yang’ merupakan pengalaman kultural. ‘Yin-Yang’ adalah suatu daya dorong terhadap perspektif hidupnya dimasa
akan datang. Berdasarkan hasil wawancara ternyata terdapat hal-hal yang dikategorikan sebagai ‘Yin’, seperti kenyataan: aspek struktural yang selama ini
mereka alami. Kemudian aspek struktural yang mengandung nilai ‘Yin’ itu sendiri, dapat dibedakan lagi menjadi pengalaman-pengalaman hidup yang dirasakan bersifat
tekanan ataupun pengalaman-pengalaman hidup yang mereka rasakan sebagai peluang. Dengan kata lain orientasi hidup atau pandangan teleologis warga
masyarakat Tionghoa, karena terdorong oleh tekanan maupun peluang yang didasarkan pada pengalaman struktural selama mereka berada di Indonesia.
Agustrisno : Respons Kultural dan Struktural Masyarakat Tionghoa Terhadap Pembangunan di Kota Medan. USU e-Repository © 2008.
Sedangkan aspek kultural-nya dikategorikan sebagai Yang’. Aspek kultural yang mengandung nilai sifat ‘Yang’, mereka bedakan juga menjadi kultural yang
bernilai ‘Yin’ dan kultural yang bernilai ‘Yang’. Kultural-Yin adalah hal-hal yang pada hekaketnya benilai irrasional atau supra-natural. Sedangkan nilai kultural-
Yang, adalah hal-hal yang pada hakekatnya adalah aspek kehidupan yang bernilai rasional atau logis-natural. Dengan kata lain orientasi hidup atau pandangan
teleologis warga masyarakat Tionghoa, juga dapat terdorong oleh hal-hal yang bersifat rasional maupun hal-hal yang bersifat irrasional.
Agustrisno : Respons Kultural dan Struktural Masyarakat Tionghoa Terhadap Pembangunan di Kota Medan. USU e-Repository © 2008.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Pengalaman KulturBudaya Warga Tionghoa