2. Mahasiswa adalah status sosial yang dianggap mengandung prospek ke
depan yang sangat erat sekali dengan pandangan teleologis mereka. Status sebagai mahasiswa merupakan investasi, dalam upaya mempersiapkan diri
terhadap kemungkinan-kemungkinan yang bakal ada dan terjadi di dalam kehidupan mendatang.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas, ketika peneliti melakukan wawancara diperoleh 42 orang informan yang bersedia diwawancarai. Mereka terdiri dari
pedagang sebanyak 28 orang informan, dan mahasiswa sebanyak 14 orang.
3. 4. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian di lapangan diperkirakan membutuhkan waktu tiga bulan lamanya. Namun ketika penelitian ini dilakukan dalam wawancara dilapangan
dugaan semula bahwa mereka biasanya tertutup untuk memberikan informasi ternyata benar adanya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan penelitian di lapangan, di
saat melakukan wawancara terhadap sejumlah informan hampir menyita waktu lima bulan lamanya. Hal ini berkaitan, sebab kebanyakan para informan sulit untuk diajak
berwawancara.
3. 5. Teknik Pengumpulan Data.
Melakukan kajian kepustakaan, terutama untuk memperoleh informasi mengenai kehidupan masyarakat Tionghoa di Indonesia pada umumnya yang pernah
Agustrisno : Respons Kultural dan Struktural Masyarakat Tionghoa Terhadap Pembangunan di Kota Medan. USU e-Repository © 2008.
ditulis oleh para ahli atau peneliti sebelumnya. Setelah memperoleh gambaran umum yang berhubungan dengan kehidupan orang-orang Tionghoa di Indonesia. Baru
langkah berikutnya peneliti berupaya melakukan pendekatan di lapangan, yaitu dengan melakukan wawancara terhadap informan pedagang dan mahasiswa warga
masyarakat Tionghoa di Medan. Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pandangan teleologis sehubungan dengan keberadaan mereka di kota
Medan. Bagaimana cara mereka memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal ada dan terjadi di kota Medan. Peluang seperti apa yang dianggap menguntungkan
untuk prospek kehidupan di masa depan. Bagaimana pula cara mereka mempersiapkan dirinya untuk menghadapi hal-hal tersebut. Selanjutnya dengan
melalui wawancara, diharapkan peneliti memperoleh sistem peristilahan bahasa yang mereka gunakan dalam pandangan teleologis dimaksud. Ini menjadi alat sangat
penting untuk mengungkapkan sistem pemikiran pengetahuan beserta sistem kategorisasinya. Oleh karena itu metode yang paling tepat untuk mengetahui hal-hal
tersebut adalah melakukan observasi-partisipasi dan wawancara mendalam indept interview, serta melakukan proses trianggulasi, yaitu membandingkan informasi
yang diperoleh dari satu informan dengan informan lainnya, dengan harapan dapat saling melengkapi.
Sesuai dengan pendapat Spradley yang mengatakan bahwa, metode wawancara mendalam indept interview jenis ini berpijak pada prinsip bahwa
peneliti melakukan learning from people belajar pada masyarakat, dan bukannya study of people mengkaji masyarakat Spradley, 1979:46; 1980:3. Peneliti di dalam
Agustrisno : Respons Kultural dan Struktural Masyarakat Tionghoa Terhadap Pembangunan di Kota Medan. USU e-Repository © 2008.
hal ini, melalui teknik observasi partisipasi, kebanyakan mengamati, mendengar, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terstimuli oleh pengamatan serta jawaban
atau penjelasan yang diberikan informan. Informan dalam hal ini, bertindak sebagai ‘guru’ bagi peneliti. Konsekwensinya, peneliti tidak mungkin menyiapkan satu
kuesioner, kecuali hanya semacam guide yang fungsinya adalah untuk memberi arah agar peneliti tidak kehilangan konteks pada waktu berwawancara.
Kemampuan individual untuk melakukan wawancara disaat mengumpulkan informasi, sangat menentukan dalam penelitian jenis ini. Kecuali untuk membangun
pertanyaan-pertanyaan, peneliti dalam jenis riset ini sekaligus dapat mengembangkanmembangun inferensi atau hipotesa kerja di lapangan. Artinya,
pertanyaan diperkembangkan justeru untuk memverifikasikan inferensi dimaksud, sehingga pada saat pengumpulan data lapangan berakhir, selesai pulalah penelitian
tersebut. Dengan kata lain peneliti sudah memiliki kesimpulan-kesimpulan tentang sistem kategorisasi yang dibuat oleh infroman sendiri dalam membuat pandangan
teleologis-nya. Proses trianggulasi sengaja ditambahkan dalam penelitian ini untuk
memverifikasikan simpul-simpul kecil inferensi yang sudah peneliti buat atas penjelasan informan yang satu dengan lainnya. Hal mana dengan cara ini peneliti
menjadi lebih yakin tentang tema-tema apa yang sudah ditemukan itu benar-benar mendapat dukungan dan pembenaran dari para informan.
Agustrisno : Respons Kultural dan Struktural Masyarakat Tionghoa Terhadap Pembangunan di Kota Medan. USU e-Repository © 2008.
3. 6. Metode Analisis Analisis Data.