menggambarkan dalam beberapa hari lagi akan diadakan pertunjukan gambar idoep. Di surat kabar terbitan yang sama pada Selasa 4 Desember
1900 itu, ada iklan berbunyi “... besok Rebo 5 Desember pertunjukan Besar yang Pertama di dalam satu Rumah di Tanah Abang Kebondjae
moelain pukul 7 malam ...” Tahun 1926 merupakan tonggak bersejarah bagi perfilman
Indonesia. Dengan dibuatnya film cerita pertama dongeng Sunda Loetoeng Kasaroeng, kemudian 1927 Java film menggarap film kedua Eulis Atjih.
Sebuah drama rumah tangga modern, bukan lagi cerita dongeng, kemudian Gadis Desa 1949, film berjudul Harta Karoen 1949 dan film yang
berjudul Tjintra 1949. Namun semua film tersebut tidak diakui, alasannya film-film tersebut bukan oleh orang dan perusahaan pribumi
melainkan oleh perusahaan asing meskipun sutradaranya orang Indinesia.
14
Sejarah mencatat bahwasanya film indonesia yang dibuat oleh orang pribumi dan perusahaan Indonesia adalah film yang berjudul The
Long March atau Darah dan Doa, diproduksi oleh perusahaan bernama PERFINI Perusahaan Film Nasional Indonesia yang merupakan
perusahaan film nasional pertama, dengan produser Djamaludin Malik dan sutradara Usmar Ismail. Sedangkan tanggal 30 Maret 1950 merupakan hari
pertama pengambilan gambar atau syuting film Darah dan Doa. Usmar Ismail adalah tokoh yang paling bersemangat untuk mewujudkan adanya
14
Artikel, Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film di Jawa,
http:indonesiabuku.com?p=2537
.
film nasional.
15
Untuk itu ia dinobatkan sebagai bapak perfilman Indonesia.
c. Jenis Film
Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: dokumenter, fiksi dan eksperimental. Pembagian ini di dasarkan atas cara
bertuturnya yakni, naratif cerita dan non-naratif non cerita. Film fiksi memiliki struktur naratif yang jelas sementara film dokumenter dan
eksperimental tidak memiliki struktur naratif. Film dokumenter yang memiliki konsep realisme nyata berada di kutubyang berlawanan dengan
film eksperimental yang memiliki konsep formalisme abstrak. Sementara film fiksi berasa persisi di tengah-tengah dua kutub tersebut. Film fiksi
bisa dipengaruhi film dokumenter atau film eksperimental baik secara naratif maupun sinematik.
a. Film Dokumenter
Kunci utama dari film dokumenter adalah penyajian fakta. Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi
yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau
orentik. Tidak seperti film fiksi, film dokumenter tidak memiliki plot namun memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau
argumen dari sineasnya. Film dokumenter juga tidak memiliki tokoh protagonis dan antagonis, konflik, serta penyelesaian seperti halnya film
fiksi. Struktur film dokumenter umumnya sederhana dengan tujuan agar
15
Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional Tinjauan dan Restropeksi, Jakarta: Panitia Hari Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010 h.7-9.
memudahkan penonton untuk memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan. Film dokumenter dapat digunakan untuk berbagai macam
maksud dan tujuan seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, ekonomi, politik propaganda, dan lain sebagainya.
16
Dalam menyajikan faktanya, film dokumenter dapat menggunakan beberapa metode. Film dokumenter dapat merekam langsung pada saat
peristiwa tersebut benar-benar terjadi. Produksi film dokumenter jenis ini dapat dibuat dalam waktu yang singkat, hingga berbulan-bulan, serta
bertahun-tahun lamanya. Film dokumenter memiliki beberapa karakter teknis yang khas
yang tujuan utamanya untuk mendapatkan kemudahan, kecepatan, fleksibilitas, efektifitas, serta otentitas peristiwa yang direkam. Umumnya
film dokumenter memiliki bentuk sederhana dan jarang sekali menggunakan efek visual. Jenis kamera umumnya ringan kamera tangan
sertamenggunakan lensa zoom, stok film cepat sensitif cahaya, serta perekam suara portable mudah dibawa sehingga memungkinkan untuk
pengambilan gambar dengan kru yang minim 2 orang. Efek suara serta ilustrasi musik juga jarang digunakan. Dalam memberikan informasi pada
penontonnya sering menggunakan metode interview wawancara. b.
Film Fiksi Berebeda dengan jenis film dokumenter, film fiksi terikat oleh plot.
Dari sisi cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki konsep pengadeganan yang telah dirancang
16
Himawan Pratista, Memahami Film Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008, h.4-5.
sejak awal. Struktur cerita film juga terikat hukum kausalitas. Cerita biasanya juga memiliki karakter protagonis dan antagonis, masalah dan
konflik, penutupan, serta pola pengenbangan cerita yang jelas. Dari sisi produksi, film fiksi relatif lebih kompleks ketimbang dua jenis film
lainnya, baik masa pra-produksi, produksi, maupun pasca-produksi. Manajemen produksinya juga lebih kompleks karena biasanya
menggunakan pemain serta kru dalam jumlah yang besar. Produksi film fiksi juga memakan waktu relatif lebih lama. Persiapan teknis seperti
lokasi syuting serta setting dipersiapkan secara matang baik di studio maupun non studio. Film fiksi juga bisanya juga menggunakan
perlengkapan serta peralatan yang jumlahnya relatif lebih banyak, bervariasi, serta mahal.
Film fiksi berada di tengah-tengah dua kutub, nyata dan abstrak, sering kali memiliki tendensi ke salah satu kutubnya, baik secara naratif
maupun sinematik. Film fiksi sering menggunakan teknik gaya dokumenter.
17
c. Film Eksperimental
Film eksperimental merupakan jenis film yang sangat berbeda dengan dua jenis film lainnya. Para sineas eksperimental umumnya bekerja
di luar industri film utama mainstream dan bekerja pada studio independen atau perorangan. Mereka umumnya terlibat penuh dalam
seluruh produksi filmnya sejak awal hingga akhir. Film eksperimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat
17
Himawan Pratista, Memahami Film Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008, h. 6.