Semiotika Makna Arti Kasih Ibu Dalam Film Semesta Mendukung

(1)

Skripsi

DiajukanKepadaFakultasIlmuDakwahdanIlmuKomunikasiUntukMemenuhi PersyaratanMemperolehGelarSarjanaIlmu Komunikasi Islam

(S.Kom.I)

Oleh:

ANIA FEBRIANI FASYA NIM :108051000143

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.t)

Oleh

Ania Febriani Fasva

NIM: 108051000143

Di bawah bimbingan,

JURUS$I KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMT]NIKASI

UNTVERSITAS ISLAM NEGERT

rUin

SYARIF HIDAYATULLAH JAKAR'TA

1433 H./ 2013 M. 182C08011008


(3)

Mendukung", telah drqikan dalam sidang munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Selasa,29 Januari 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Straia

I (Sl)

pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 4 Februari 2013

SIDANG MTJNAQOSAII

Ketua Merangkap Anggota Merangkap Anggota

Drs. .Tumroni- M Si

NIP. 19630515 199203 1 006

Penguji

I

ffi

Dr. Armawati Arbi. M.Si NIP. 19650207 199103 2 002

Anggota

Pembimbing

Rr,lli Nasrullah. M. Si t9750318 200801 1 008

Sekretaris

Ade Masturi. MA NrP. 197s 06062007t01 001


(4)

Semiotika Arti Kasih Ibu dalam Film Semesta Mendukung

Film merupakan salah satu bentuk media komunikasi massa dari berbagai teknologi dan berbagai unsur-unsur kesenian. Sebagai seni ketujuh, film sangat berbeda dengan seni sastra, teater, seni rupa, seni suara, musik, dan arsitektur yang muncul sebelumnya. Seni film sangat mengandalkan teknologi baik bahan baku produksi maupun dalam hal ekshibisi kehadapan penontonnya. Film Islami saat ini sudah banyak diputar oleh berbagai sineas, seperti salah satunya film Semesta Mendukung sebagai yang memvisualisasikan arti kasih ibu.

Maka dalam hal ini, bagaimana repsentasi arti kasih ibu dalam film Semesta Mendukung?

Representasi arti kasih ibu dalam film ini yang khususnya surga di bawah telapak kaki ibu, divisualisasikan dengan adegan dimana saat pemeran utama Arif (Sayef M Billah) bertemu kembali dengan ibunya setelah berpisah selama tujuh tahun dan bertemu kembali setelah Arif melakukan pencarian. Pada saat pertemuan Arif sujud di bawah telapak kaki sang ibu.

Dalam hal ini, peneliti menggunakan teori semiotika Roland Barthes yang menjelaskan makna denotasi dan konotasi, namun dikaitkan dengan komponen dan elemen tekhnik semiotika Steve Campsall yang menjelaskan unsur-unsur sinematografi dalam adegan-adegan yang diteliti.

Semiotik secara umum didefinisikan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis disetiap kegiatan dan perilaku manusia.

Representasi arti kasih ibu terdapat beberapa adegan dalam film ini. Namun dalam adegan utama yang menjadi pokok penelitian divisualisasikan dengan adegan yang cukup haru ketika Arif berlutut di bawah telapak kaki ibunya

Jadi, film ini menampilkan arti kasih ibu khususnya dalam surga di telapak kaki ibu. Arif sangat merindukan ibunya yang pergi dan Arif pun berusaha mencarinya. Arif pun tidak lupa untuk menjalankan apa yang ibunya pesankan terhadapnya.


(5)

Dialah sumber tempat bersandar, dan sumber kenikmatan hidup yang tanpa batas, Rahmandan Rahim tetap menghiasi asma-Nya, sehingga penulis diberikan kekuatan fisik dan skripsi untuk dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul SEMIOTIKA MAKNA ARTI KASIH IBU PADA FILM SEMESTA MENDUKUNG Salawat beserta salam tetap tercurahkan atas penghuluumat Islam Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang telah membuka pintu keimanan yang bertauhidkan kebenaran, kearipan hidup manusia dan pencerahan atas kegelapan manusia serta uswatunhasanah yang dijadikan sebuah pembelajaran bagi muslim dan muslimah hingga akhir zaman.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih pada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Dr. Arief Subhan M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, Drs. WahidinSaputra M.A, selaku Pembantu Dekan , Drs. Mahmud Djalal, M.A, selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan, dan Drs. Study Rizal, L.K, M.A, selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Drs.Jumroni, M.Si. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran


(6)

berkenan meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan inspirasinya yang sangat berharga.

4. Kedua orang tua tercinta, Anwar Alamsyah dan Maria Ulfa atas segala

kasih sayang, perhatian, dorongan yang tak pernah lelah dan bosan dalam mendoakan untuk kesuksesan putrimu. Khusus untuk mamah, aku merasakan arti kasih ibu yang sesungguhnya.

5. Adikku tersayang, the best sibling in the world Fachri Fauzi yang

sesalu memberikan motivasi, dukungan moril mau pun materil, serta kasih sayang yang tak terhingga.

6. Keluarga besar H. Zaini dan Hj. Yumnah Noor serta keluarga besar

Sait dan Cumi yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat.

7. Sahabat sejati, Gang Ga Kompak dan Full Team: Azizatul Aghnia, Eva

Pratiwi Rusiana, Melani Khusna Shantika, Hanna Syadzwina yang mengisi hari-hari dengan semua hal yang menyenangkan dan khusus buat Om Herry Haryadi terimakasih yang akhirnya telah menemukan DVD film Semesta Mendukung ini. Serta Rizka Eka Rahayu, Marissa Suci Syahrani, Fikri Ferdian Fauzi, dan Adiya Gautama.

8. D’ Ribet: Azizatul Aghnia (lagi), Rochmah Afiani, Renita Azhari, Nur Azima, Rury Wulansari atas 4 tahun yang sangat berhaga, serta KKN Let’s Go alias Piranha: M. Irfan Faqih, Dang Krissandy, Rifki M. Irsyad, Leni Cahyani, Samsul Muarif, M. Ade Rifayu, Nurfitriani, Lily Muflihah, Husnul Hafizah, Mahda Ruqayah, Diniyati, Hendy


(7)

persahabatan, persaudaraan, dan arti berbagi.

9. Teman-teman semiotik seperjuangan Rani Novianty, Uray Noviandy

Taslim, M. Dhiya Ulhaq atas sharing materi skripsi, teman siding

munaqasah Siti Asiyah dan Jati Samudra untuk hari-hari yang sangat melelahkan dan jangan pernah menyerah karena kita sudah melangkah sejauh ini.

10.Teman-teman KPI E Multitalenta, untuk cerita dan semua hal berharga

yang kalian berikan dan teman-teman FIDKOM 2008.

11.Dea Rahadian, untuk kamu yang ada di awal dan di akhir perkuliahan,

hadir di detik-detik terakhir setelah sekian lama menghilang, yang tidak pernah lelah memberikan semangat setiap hari, motivasi, canda tawa disaat jenuh, serta cerita berwarna.

12.Si pelatih kesabaran, penyemangat hidup, pemberi motivasi,

pendukung terbaik dan my lucky number 7 #tujuh, atas semangat,

dukungan, doa, keyakinan dan semua hal yang telah dilakukan “kita ga

pernah tau sebelum kita nyoba!” Destrian Panducita.

Ciputat, 02 Januari 2013


(8)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatsan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 6

F. Tinjauan Pustaka ...10

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. FilmSebagai Media Dakwah... 12

B. Tinjauan Umum Tentang Semiotika ... 33

C. Makna Arti Kasih IbuDalamPandangan Islam ... 39

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG FILM SEMESTA MENDUKUNG A. Film Sebagai Media Dakwah………... 42

B. Sinopsis Film Semesta Mendukung ... 43

C. Profil Pemain Film Semesta Mendukung ... 46

BAB IV SEMIOTIKA ARTI KASIH IBU DALAM FILM SEMESTA MENDUKUNG A. PenandaanMaknaArtiKasihIbu ...57

B. Unsur-unsurGrafis Dan Makna Arti Kasih Ibu ...70

A. Semiotika dalam Adegan Arti Kasih Ibu ...71

B. Interpretasi ... 85

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 88


(9)

(10)

Tabel 2.2 Tabulasi Analisis Film ...36

Tabel 4.1 Cut of Shot Pengantar Shot “Kerinduan Anak Kepada Ibunya” ... 59

Tabel 4.2 Ikon, Indeks dan Simbol dalam Scene“Rindu Anak Kepada Ibunya” .... 64

Tabel 4.3 Cut of Shot Pengantar Scene “Pertemuan Seorang Anak dengan Ibunya” ... 66

Tabel 4.4 Ikon, Indeks, dan Simbol dalam Scene“Pertemuan Seorang Anak dengan Ibunya” ... 69

Tabel 4.5 Denotasi dan Konotasi Adegan ... 71

Tabel 4.6 Ikon, Indeks dan Simbol dalam Scene 1 ... 72

Tabel 4.7 Cut of Shotdari Adegan “Arti Kasih Ibu” ... 73

Tabel 4.8 Unsur Sinematografi Adegan ... 75

Tabel 4.9 Dialog dan Gambar Ilustrasi Adegan 1 ...83


(11)

Gambar 3.2 John De Rantau ... 45

Gambar 3.3 Lukman Sardi ... 48

Gambar 3.4 Helmalia Putri ... 49

Gamabar 3.5 Revalina S. Temat ... 50

Gambar 3.6 Ferry Salim ... 52


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semesta Mendukung merupakan film ketujuh yang diproduksi oleh Mizan Productions setelah Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Garuda di Dadaku, Emak Ingin Naik Haji, dan 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta. ini Mizan Productions bekerjasama dengan Falcon Picture. Film Mestakung merupakan film yang terinspirasi dari kisah nyata semangat tim olimpiade sains Indonesia sebagai juara umum olimpiade fisika di Singapura, namun karakter, detail cerita serta peristiwanya merupakan rekaan.

Film ini menceritakan tentang Arif, seorang anak yang sangat mencintai Fisika dan berasal dusun di Pamekasan, Madura. Jauh dari gemerlap kota dan fasilitas yang memadai sekaligus kesulitan ekonomi yang dialaminya, tidak memadamkan kecintaannya pada dunia sains khususnya Fisika.

Beruntung, dia mempunyai guru seperti Ibu Tari, seorang perempuan Minang yang karena dedikasinya terhadap dunia pendidikan rela terdampar di Madura untuk menemukan intan-intan pecinta ilmu sains. Di luar kecerdasannya, Arif tetaplah seorang anak yang merindukan sang ibu yang lama pergi. Sang ibu yang akhirnya harus dicarinya hingga ke Singapura.

Profesor Johannes Surya, ahli fisika, memiliki istilah menarik untuk menunjukkan bahwa keinginan kita dibantu oleh alam raya. Kata sang professor, jika keinginan kita didukung oleh alam raya, tak ada yang


(13)

bisamenghalangi tercapainya keinginan kita tersebut. Istilah menarik itu

adalah “mestakung” atau “semesta mendukung”.Prof. Yohanes Surya, Ph.D, tampil sebagai bintang tamu dalam salah satu adegan film besutan sutradara John de Rantau. Dengan menggunakan istilah tersebutlah Mizan Productions kemudian menjuduli film produksinya.

Film merupakan produk komunikasi massa yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Kerjanya ibarat jarum hipodemik atau peluru yang banyak dicetuskan oleh pakar ilmu komunikasi, dimana kegiatan mengirimkan pesan sama halnya dengan tindakan menyuntikan obat yang dapat langsung

merasuk ke dalam jiwa penerima pesan.1

Film dapat dikatakan sebagai media komunikasi yang unik dibandingkan dengan media lainnya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahannya langsung memalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata, juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai

subyek yang tidak terbatas ragamnya.2

Film saat ini sudah menjadi keseharian dalam kehidupan modern umat manusia di dunia. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, menonton film menjadi sangat mudah didapatkan. Setiap hari bahkan setiap jam, kita dapat menyaksikan berbagai film, baik itu melalui televisi, gedung-gedung bioskop, VCD, DVD, hingga internet yang tersebar dimana-mana. Bahkan kini telah hadir Indivision yang berupa stasiun televisi yang hanya menyuguhkan film sebagai program acara setiap harinya, oleh

1

Morisan, Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Tangerang: Ramdina Prakasa, 2005), h. 12

2

Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar, (Jakarta, BPSDM Citra Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, 2000), h. 6


(14)

karenanya saat ini sepertinya film mustahil dipisahkan dari kehidupan manusia, termasuk anak-anak.

Namun menjadikan film sebagai media dakwah tentunya harus bisa menyesuaikan bagaimana pesan dakwah yang disampaikan dapat diterima oleh audiensnya tanpa terasa menggurui. Hal ini yang dilakukan oleh seorang sutradara Indonesia yang bernama John De Rantau. Ia membuat sebuah film motivasi tentang pendidikan dan arti kasih ibu yang terinspirasi dari kisah-kisah gemilang putra-putri Indonesia mengangkat nama bangsa Indonesia di kancah dunia internasional lewat berbagai olimpiade sains dan tidak menyampingkan arti kasih ibu. Film yang diproduksi Mizan Production dan Falcon Pictures.

Begitu berat tugas orang tua terutama ibu dalam mendidik anak. Sehingga diperlukan seluruh potensi kebaikan pada diri ibu, diperlukan pengetahuan dan pengetahuan praktis tentangnya. Ibu, sebagaimana juga ayah, perlu mengetahui prinsip dasar pendidikan anak, baik yang bersifat fundamental dalam syariat Islam maupun ilmu pengetahuan umum yang terus berkembang. "Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu" (Q.S. At-Tahrim:6) "Surga di bawah telapak kaki ibu". Pada diri ibu terletak tanggungjawab besar mengantarkan anaknya ke surga dengan memberikan pendidikan terbaik. Ibu adalah tauladan, ibu adalah contoh sempurna dalam akhlaq dan tindakan. Kebahagiaan dan kesengsaraan anak baik di dunia maupun di akhirat sangat dipengaruhi oleh sosok seorang ibu. Semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda atas keikhlasan


(15)

seorang ibu yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, dan mendidik putra-putrinya.

Pesan utama yang diangkat dalam film ini tentang kuatnya persahabatan, kecintaan pada sains dan arti kasih ibu, film ini bercerita tentang Arif, seorang anak yang sangat mencintai Fisika. Meskipun mengalami kesulitan ekonomi tidak memadamkan kecintaannya pada dunia sains. Walau tinggal di sebuah dusun di Pamekasan, Madura yang jauh dari gemerlap kota dan fasilitas belajar yang memadai, Arif tetapmenekuni Fisika. Arif ikut olimpiade sains yang diadakan di Singapura, namun Arif mempunyai agenda tersembunyi yaitu menemukan ibunya di sana, yang terpaksa bekerja menjadi TKW karena kondisi ekonomi yang serba kekurangan. Setelah bertahun-tahun belum juga kembali dan tidak pernah memberi kabar.

Dari masalah yang terlihat sepele inilah akan muncul masalah-masalah lain dan akhirnya banyak hikmah dan pesan-pesan yang bisa dipetik dari adegan yang secara natural diperankan oleh para pemainnya.

Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas, maka peneliti bermaksud

menyusun skripsi dengan judul SEMIOTIKA ARTI KASIH IBU DALAM

FILM SEMESTA MENDUKUNG, karya John De Rantau.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan oleh penulis diatas, maka penulis membatasi penelitian pada pesan tanda atau simbol yang

mengandung aspek arti kasih ibu yang ada pada film Semesta Mendukung


(16)

karena menurut Barthes semua objek kultural dapat diolah secara tekstual. Dengan demikian semiotik dapat meneliti bermacam-macam teks seperti

berita, film, fiksi, fashion, dan drama.3

Sedangkan rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penandaan makna arti kasih ibu dalam film Semesta

Mendukung?

2. Bagaimana unsur-unsur grafis (visual) makna arti kasih ibu dalam film

Semesta Mendukung?

3. Bagaimana interpretasi pemaknaan arti kasih ibu dalam film Semesta

Mendukung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemikiran dan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk memahami makna denotasi, konotasi dan mitos dalam film Semesta

Mendukung.

2. Untuk memahami apa unsur-unsur grafis makna arti kasih ibu dalam film

Semesta Mendukung.

3. Untuk memahami interpretasi pemaknaan arti kasih ibu dalam film

Semesta Mendukung.

3

Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006). Cet. Ke-4, h. 123


(17)

D. Manfaat Penelitian 1. Segi Akademis

Diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik dan positif dalam bidang pendidikan melalui media masa, khususnya tentang

penelitian analisis semiotika film Semesta Mendukung sebagai media

dakwah tentang arti kasih ibu melalui media massa yaitu film. 2. Segi Praktis

Untuk menambah wawasan bagi praktisi komunikasi dan pendakwah tentang pentingnya manfaat segala bentuk media yang ada sebagai alat bantu, juga setiap manusia juga bisa ikut berperan dalam memajukan pesan dakwah, tidak terkecuali para seniman sastra yang mementingkan nilai arti kasih ibu. Dan juga penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pemikiran serta pengetahuan mengenai simbol-simbol dan tanda-tanda dibalik sebuah film. Serta dapat menghargai sinema Indonesia dan lebih kritis dalam memilih film yang bermutu.

E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, dimana hasil temuan akan dideskripsikan kemudian ditinjau kembali untuk dianalisis dari hasil pengamatan lapangan dan penelusuran pustaka. Sedangkan taraf analisis dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan penjelasan yang lebih rinci terkait dengan rumusan masalah. Metode


(18)

deskriptif kualitatif adalah proses pencarian data untuk memahami

masalah sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh(holistic).

2. Jenis Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini terbagi dalam dua kategori yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti, seperti wawancara langsung, dan merupakan sasaran utama dalam penelitian ini, sedangkan sumber data sekunder digunakan untuk diaplikasikan guna mempertajam anlisis data primer, yaitu sebagai pendukung dan penguat data primer dalam penelitian.

Sumber Data Primer:

Yaitu data yang diperoleh dari hasil analisis semiotik adegan yang mengandung makna pesan dakwah tentang arti kasih ibu yang terdapat

pada film Semesta Mendukung.

Sumber Data Sekunder:

yaitu data bersumber pada berbagai referensi seperti buku, film, media internet, dan terbitan lain yang ada relevansinya dengan maslah penelitian.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah film Semesta Mendukung karya John

De Rantau. Dan objek penelitian ini adalah scene dalam film Semesta


(19)

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode sebai berikut:

a. Observasi atau pengamatan yaitu metode pertama yanng dugunakan

dalam penelitian ini dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dalam fenomena-fenomena yang diselidiki. Di sini penulis membaca dan memahami isi pesan dan makna dari tanda atau simbol yang ada

pada film Semesta Mendukung ini. Setelah itu penulis mengutip

kemudian mencatat dialog ataupun paragraf yang mengandung pesan

pada film ini untuk dijadikan codingsheet, yakni rangkaian

pencatatanlambang atau pesan secara sistematis untuk kemudian

diberikan interpretasi.4

b. Metode wawancara (interview) adalah metode pengumpulan data

dengan melakukan komunikasi tatap muka (face to face) antara

peneliti dan sumber penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan John De Rantau sebagai sutradara dari film Semesta Mendukung.

c. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, buku-buku yang menunjang penulisan skripsi ini, internet dan lain sebagainya.

Langkah selanjutnya ialah mengumpulkan datayang diperoleh dari hasil pemilihan dialog, wawancara, serta dokumentasi. Lalu mengolah hasil temuan atau data dan meninjau kembali data yang telah

4

Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006). Cet. Ke-1


(20)

terkumpul. Seluruh data tersebut nantinya akan dipaparkan dengan didukung oleh beberapa hasil temuan studi pustaka yang kemudian dianalisis.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah anlisis semiotik yang bersifat kualitatif. Secara sederhana semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut berarti. Semiotik adalah studi tentang bagaimana bentuk-bentuk simbolik diinterprestasikan. Kajian ilmiah mengenai pembentukan makna. Secara

subtansial, semiotika adalah kajian yang consern dengan dunia simbol.

Metode ini memperkaya pemahaman kita terhadap teks, sebagai sebuah metode, semiotik bersifat interpretatif, dan konsekuensinya sangat subjektif. Namun hal ini tidak mengurangi nilai semiotik karena semiotik adalah ilmu tentang memperkaya pemahaman kita terhadap teks. Peneliti menggunakan metode semiotik model Roland Barthes. Di sini tanda dimaknai secara denotasi dan konotasi tanpa mengesampingkan mitos yang ada, untuk memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh dan mencakup permasalahan yang diteliti. Ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, makna denotasi tersebut menjadi mitos.

Dalam proses penelitian, tahap pertama dilakukan adalah tahap pemilihan tanda, yang dilakukan setelah peneliti mengamati secara keseluruhan adegan dalam film tersebut. Peneliti akan mereduksi film


(21)

Semesta Mendukung menjadi miteme-miteme (sign) yang membentuknya. Proses pereduksian teks film hingga menjadi miteme ini didasarkan pada tanda-tanda dominan yang mampu merepresentasikan makna arti kasih ibu dalam film tersebut.

6. Teknik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan Desertasi” yang

diterbitkan oleh CeQDA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan pustaka, ternyata penulis belum menemukan skripsi mahasiswa/i yang meneliti tentang judul ini. Hanya saja ada beberapa skripsi mahasiswa/i yang hampir serupa, diantaranya yaitu:

Analisis Semiotik Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta disusun oleh

Sinthiani, mahasiswa konsentrasi Jurnalistik UIN Jakarta. NIM:

107051102569, Tahun 2011.Shintianimenyebutkandalam penelitian tersebut objek yang diteliti adalah setiap adegan yang mengandung makna toleransi

beragama dalam film “3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA” dengan

menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. Simbol-simbol itu pada film

dipresentasikan melalui penampilan (appearance) perilaku tokoh dalam

film.Penelitiantersebutsama-samamenggunakananalisissemiotika model


(22)

danperbedaaandenganpenelitianiniadalahdenganmenambahkananalisissemioti ka model StiveCampsall.

Analisis Semiotik Film 3 Doa 3 Cinta disusun oleh Fikri Ghazali, mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Jakarta. NIM: 206051003915, Tahun 2010. MenurutFikri dalam penelitian tersebut objek yang diteliti adalah

setiap adegan yang mengandung pesan moral dalam pesan moral film“3 DOA

3 CINTA” dengan menggunakan analisis semiotik Roland Barthes.

Simbol-simbol itu pada film dipresentasikan melalui penampilan (appearance)

perilaku tokoh dalam film.

Dari beberapa skripsi tersebut maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotika film Semesta Mendukung di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karena itu

penulis menggunakan analisis semiotika untuk film Semesta Mendukung ini.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah maka penulis membagi pembahasannya ke dalam lima bab yang dibagi ke dalam sub-sub bab sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Pendahuluan ini menguraikan secara singkat mengenai alasan pemilihan judul, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.


(23)

Bab ini menerangkan tentang tinjauan umum tentang film, yang berisi seputar pengertian, sejarah dan perkembangan, jenis, unsur, struktur, dan klasifikasi film, konsep dan pengertian semiotika secara etimologis dan terminologis, film sebagai pesan dakwah dan arti kasih ibu.

BAB III: SEKILAS TENTANG FILM SEMESTA MENDUKUNG

Pada bab ini berisikan tentang konsep dasar pembuatan film Semesta Mendukung, sinopsis film Semesta Mendukung, profil sutradara film Semesta Mendukung dan yang terkahir profil pemain film Semesta Mendukung.

BAB IV: ANALISIS SEMIOTIK FILM SEMESTA MENDUKUNG Dalam bab ini menjelaskan tentang pesan dari tanda dan simbol yang mempunyai makna dari film Semesta Mendukung, serta makna dari judul Semesta Mendukung.

BAB V: PENUTUP

Dalam bab akhir ini, penulis memberikan kesimpulan terhadap apa yang telah diteliti oleh penulis dalam karya ini, serta memberikan saran-saran dan juga beberapa lampiran yang didapat oleh penulis.


(24)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. FilmSebagai Media Dakwah

Dakwah secara etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari

bahasa arab, yaitu da’a-yad’u-da’watan, artinya mengajak, menyeru,

memanggil. Warson Munawir, menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah

memanggil (to call), mendorong (to invite), mengajak (to summon),

menyeru (to propose), mendorong (to urge), dan memohon (to pray).1

Dakwah secara terminologi, didefinisikan menurut beberapa ahli diantaranya:

a. Menurut M. Natsir

Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang

meliputi al-amar bi al-ma’raf an-nahyu an al-munkar dengan berbagai

macam dan cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam prikehidupan bermasyarakat dan prikehidupan bernegara.

b. Menurut Dr. M. Quraish Shihab

Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Terwujudnya dakwah bukan hanya sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan

1


(25)

hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran

Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek.2

c. Menurut Ibnu Taimiyah

Dakwah merupakan suatu proses usaha untuk mengajak agar orang beriman kepada Allah SWT, percaya dan menaati apa yang telah diberitakan oleh Rasul serta mengajak agar dalam menyembah Allah SWT seakan-akan melihatnya.

Dakwah adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar dalam rangka menyampaikan pesan-pesan agama Islam kepada orang lain agar mereka menerima ajaran Islam tersebut dan menjalankan dengan baik dalam kehidupan individual maupun bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan manusia baik di dunia maupun di akhirat, dengan menggunakan media dan cara-cara tertentu.

Salah satu media yang cukup berkembang saat ini adalah film. Film merupakan salah satu jenis seni yang dapat memberikan pengaruh cukup besar kepada pola pikir masyarakat umum. Ini berarti film dapat menjadi media yang cukup efektif dalam menjalankan dakwah.

Dilihat dari perspektif lain, bagaimana muslim Indonesia mencari visibilitas dan legitimasi di ruang publik nasional. Islam atau dakwah

ditampilkan dengan cara yang menarik, segar, dan hybrid dalam rangka

2

Dr. M. Quraish Sihab, Membumikan Al-Qur’an, fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung:Mizan, 2001) cet.22, h. 194.


(26)

membuatnya sebuah alternatif yang menarik bagi budaya kapitalis

perkotaan.3

1. Dakwah Fardiyah Melalui Komunikasi Antar Pribadi

Muh. Nuh mendefinisikan Dakwah Fardiyah adalah “konsenstrasi

dengan dakwah atau berbicara dengan mad’u secara tatap muka atau

dengan sekelompok kecil dari manusia yang mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat khusus.4

Komunikasi memegang peranan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari baik di ruang lingkup keluarga, organisasi formal, organisasi nonformal dan masyarakat. Manfaat ilmu komunikasi bagi individu di antaranya untuk pembentukan dan pengembangan pribadi dan kontak sosial. Meningkatkan kemampuan seseorang dalam memahami kejadian sekelilingnya dan lebih mamapu membaca situasi beserta lebih mudah

mengatasi situasi.5

Asumsi dasar komunikasi antarpribadi adalah bahwa setiap orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi tentang efek atau prilaku komunikasinya yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan reaksinya. Jika menurut persepsi kamunikator reaksi komunikan menyenangkan atau positif, maka ini merupakan suatu pertanda bagi

komunikator bahwa komunikasinya berhasil.6

3

Eric sasono, Mau Dibawa Kemana Sinema Kita?. h.59. 4

Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), cet.1, h. 113.

5

Ibid, h. 130 6

Dr. M. Budyatna, M.A. dan Dra. Nina Mutmainah, Komunikasi Antar Pribadi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), h.4


(27)

Komunikasi antarpribadi disefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam

bukunya “The interpersonal Communcation Book” sebagai “proses

pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan

balik seketika.”7

2. Definisi dan Konsep Film

a. Pengertian Film

Dalam mendefinisikan film ada beberapa tokoh yang

mengartikannya dengan berbagai macam pemikiran. Menurut Askurifai Baskin, Film merupakan salah satu bentuk media komunikasi massa dari berbagai teknologi dan berbagai unsur-unsur kesenian. Sebagai seni ketujuh, film sangat berbeda dengan seni sastra, teater, seni rupa, seni suara, musik, dan arsitektur yang muncul sebelumnya. Seni film sangat mengandalkan teknologi baik sebagai bahan baku produksi maupun dalam

hal ekshibisi kehadapan penontonnya.8

Berbeda halnya menurut John Vivian dalam bukunya teori komunikasi massa, film adalah bagian dari kehidupan sehari-hari kita dalam banyak hal. Bahkan cara kita bicara sangat dipengaruhi oleh

metafora film. Majalah New Yorker menggunakan metafora ini dalam edisi

7

Onong Uchana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h.59-60.

8

Askurifai Baskin, Membuat Film Indie Itu Gampang, (Bandung: Kataris, 2003), cet. Ke-1, h.3.


(28)

khusus tentang Hollywood, “Skenario pribadi kita terentang dalam urutan Flashback, percakapan, dan peran.”9

Film juga disebut sebagai Moving Images (gambar

bergerak).Menurut Prof. Dr. Azhar Arsyad, M. A, film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian

sehingga memberikan daya tarik tersendiri.10

Film mengandung dua jenis pengkodean atau rekaman: gambar dan suara (nada). Dalam film terpadukan tindakan, bahasa, bunyi, dan musik.

Yang pertama-tama ialah gambar yang bergerak, penyusunan “teks

gambar” yang meningkatkannya menjadi media tersendiri.11

Proses pembuatan film sendiri membutuhkan waktu yang sangat

panjang yakni masa pra produksi, produksi sampai pasca produksi. Pada

masa pra produksi yang dilakukan biasanya hunting lokasi, pengambilan

shot-shot lokasi yang akan dipakai, break down secenario, reading, serta

menyiapkan equipment yang akan dipakai saat shoting. Kemudian pada

saat produksi waktunya untuk eksekusi, yakni merealisasikan jadwal yang sudah dibuat oleh manajer produksi agar semua kegiatan berjalan sesuai dengan literatur yang sudah disepakati, sebab kalau shoting tidak sesuai

9

John Vivian, Teori Komunikasi Massa Edisi ke-8, (Jakarta: Kencana Media Group, 2008), cet. Ke-1, h.160.

10

Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-5, h.48.

4Kurt Franz Bernhard Meier, Membina Minat Baca Anak, Terj. Soeparno, (Bandung: Remaja Karya, 1983), cet. Ke-1, h. 181.


(29)

jadwal maka resikonya berkaitan dengan dana. Sedangkan paska produksi

biasanya insan perfilman menyebutnya post, berkaitan dengan proses

editing yang dilakukan oleh editor. Barulah kemudian film tersebut bisa dipasarkan, mau ketelevisikah atau bioskop-bioskop atau yang sekarang lebih dikenal dengan 21atau XXI.

Dalam membuat film setidaknya melibatkan tujuh departement di bawah ini yang masing-masing mempunyai andil dan peran tersendiri, namun perlu dicatat bahwa dalam pembuatan film merupakan kerja kolektif, saling melengkapi satu sama lainnya. Tujuh departemen itu adalah:

a. Departemen produksi

b. Penyutradaraan

c. Penulis sekenario

d. Penata Kamera (Director of Photography/ DOP)

e. Penata Artistik (Art Director)

f. Penata Suara (Sound Designer)

g. Penyunting Gambar (Editor)

Fungsi dari film itu sendiri sebagai media hiburan, namun bukan hanya media hiburan saja tetapi dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif bahkan persuasif. Ini sesuai dengan misi perfilman nasional, bahwa selain sebagai media hiburan tetapi bisa dijadikan sebagai media pembelajaran dan sarana informasi.


(30)

Film mempunyai karakteristik tersendiri yakni menggunakan layar

lebar, pengambilan gambar jarak jauh atau long shot bahkan extrem long

shot, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologi yang mana saat kita

menonton pikiran dan perasaan kita larut dalam alur cerita yang

disuguhkan.12

b. Sejarah dan Perkembangan Film

Dilihat dari sejarah, penemuan film sebenarnya berlangsung cukup panjang. Ini disebabkan karena film melibatkan masalah-masalah teknis yang cukup rumit, seperti masalah optik, lensa, kimia, proyektor, kamera, roll film bahkan sampai pada masalah psikologi. Usaha untuk mempelajari bagaimana gambar dipantulkan lewat cahaya, konon telah dilakukan sekitar 600 tahun sebelum masehi. Perkembangan film baru keliatan setelah abad ke-18 melalui percobaan kombinasi cahaya lampu dengan kaca lensa padat, tetapi belum berupa gambar hidup yang bisa bergerak. Setelah Louis Dagurre bekerjasama dengan Joseph Niepce maka perkembangan kearah seni fotografi terus dilajutkan. Setelah Niepce meninggal dunia, kemudian dilanjutkan oleh Dagurre dan George Easman dalam bentuk celluloid. Uji coba untuk menggerakan gambar berhasil dilakukan dengan memakai selinder yang nantinya berkembang menjadi proyektor. Joseph Plateau adalah seorang ilmuan yang telah banyak memberikan perhatian untuk mempelajari rahasia gambar hidup dengan seksama, terutama dalam hal kecepatan, waktu dan pewarnaan. Penyempurnaan baru dicapai lewat kamera oleh asisten ahli listrik terkenal

12

Elvinaro, Ardianto, Dkk, Komunikasi massa, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007, h. 145-147.


(31)

Thomas Alva Edison yang bernama William Dickson pada tahun 1895. Setelah itu barulah orang Amerika berhasil membuat film bisu yang berdurasi 25 menit, diantaranya film A Trip to the Moon (1902), Life of an America Fireman (1903), dan The Great Train Robbery (1903). Kemudian perusahaan film Warner Brothers dengan bekerjsama dengan Amerika telepon dan telegraf berusaha mempelajari bagaimana cara memindahkan suara yang ada dalam telepon ke dalam film. Usaha ini berhasil pada tahun 1928melalui film The Jazz Singer. Masa keemasan film berlangsung cukup lama, barulah televisi muncul sebagai media hiburan.

Sejarah perkembangan film indonesia. Hari film nasional yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia adalah tanggal 30 Maret 1950, sebagaimana yang telah menjadi aspirasi masyarakat perfilman dan telah menjadi Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 25 tahun 1999, semasa pemerintahan BJ Habibie yang berbunyi: butir a. Bahwa tanggal 30 Maret 1950 merupakan hari bersejarah bagi perfilman Indonesia karena pada tanggal tersebut pertama kalinya film cerita dibuat oleh orang dan

perusahaan Indonesia.13

Dalam beberapa buku dan artikel ada yang menyatakan di

Indonesia, sejarah „gambar idoep’ muncul tahun 1900, dilihat dari sejumlah iklan di surat kabar masa itu. De Nederlandshe Bioscope

Maatschappij memasang iklan disurat kabar Bintang Betawi

13

Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional Tinjauan dan Restropeksi, ( Jakarta: Panitia Hari Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010) h.5-7


(32)

menggambarkan dalam beberapa hari lagi akan diadakan pertunjukan gambar idoep. Di surat kabar terbitan yang sama pada Selasa 4 Desember

1900 itu, ada iklan berbunyi “... besok Rebo 5 Desember pertunjukan

Besar yang Pertama di dalam satu Rumah di Tanah Abang Kebondjae

moelain pukul 7 malam ...”

Tahun 1926 merupakan tonggak bersejarah bagi perfilman Indonesia. Dengan dibuatnya film cerita pertama dongeng Sunda Loetoeng Kasaroeng, kemudian (1927) Java film menggarap film kedua Eulis Atjih. Sebuah drama rumah tangga modern, bukan lagi cerita dongeng, kemudian Gadis Desa (1949), film berjudul Harta Karoen (1949) dan film yang berjudul Tjintra (1949). Namun semua film tersebut tidak diakui, alasannya film-film tersebut bukan oleh orang dan perusahaan pribumi

melainkan oleh perusahaan asing meskipun sutradaranya orang Indinesia.14

Sejarah mencatat bahwasanya film indonesia yang dibuat oleh orang pribumi dan perusahaan Indonesia adalah film yang berjudul The Long March atau Darah dan Doa, diproduksi oleh perusahaan bernama PERFINI (Perusahaan Film Nasional Indonesia) yang merupakan perusahaan film nasional pertama, dengan produser Djamaludin Malik dan sutradara Usmar Ismail. Sedangkan tanggal 30 Maret 1950 merupakan hari pertama pengambilan gambar atau syuting film Darah dan Doa. Usmar Ismail adalah tokoh yang paling bersemangat untuk mewujudkan adanya

14

Artikel, Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film di Jawa,http://indonesiabuku.com/?p=2537.


(33)

film nasional.15 Untuk itu ia dinobatkan sebagai bapak perfilman Indonesia.

c. Jenis Film

Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: dokumenter, fiksi dan eksperimental. Pembagian ini di dasarkan atas cara bertuturnya yakni, naratif (cerita) dan non-naratif (non cerita). Film fiksi memiliki struktur naratif yang jelas sementara film dokumenter dan eksperimental tidak memiliki struktur naratif. Film dokumenter yang memiliki konsep realisme (nyata) berada di kutubyang berlawanan dengan film eksperimental yang memiliki konsep formalisme (abstrak). Sementara film fiksi berasa persisi di tengah-tengah dua kutub tersebut. Film fiksi bisa dipengaruhi film dokumenter atau film eksperimental baik secara naratif maupun sinematik.

a. Film Dokumenter

Kunci utama dari film dokumenter adalah penyajian fakta. Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau orentik. Tidak seperti film fiksi, film dokumenter tidak memiliki plot namun memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau argumen dari sineasnya. Film dokumenter juga tidak memiliki tokoh protagonis dan antagonis, konflik, serta penyelesaian seperti halnya film fiksi. Struktur film dokumenter umumnya sederhana dengan tujuan agar

15

Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional Tinjauan dan Restropeksi, ( Jakarta: Panitia Hari Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010) h.7-9.


(34)

memudahkan penonton untuk memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan. Film dokumenter dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan,

pendidikan, sosial, ekonomi, politik (propaganda), dan lain sebagainya.16

Dalam menyajikan faktanya, film dokumenter dapat menggunakan beberapa metode. Film dokumenter dapat merekam langsung pada saat peristiwa tersebut benar-benar terjadi. Produksi film dokumenter jenis ini dapat dibuat dalam waktu yang singkat, hingga berbulan-bulan, serta bertahun-tahun lamanya.

Film dokumenter memiliki beberapa karakter teknis yang khas yang tujuan utamanya untuk mendapatkan kemudahan, kecepatan, fleksibilitas, efektifitas, serta otentitas peristiwa yang direkam. Umumnya film dokumenter memiliki bentuk sederhana dan jarang sekali menggunakan efek visual. Jenis kamera umumnya ringan (kamera tangan)

sertamenggunakan lensa zoom, stok film cepat (sensitif cahaya), serta

perekam suara portable (mudah dibawa) sehingga memungkinkan untuk

pengambilan gambar dengan kru yang minim (2 orang). Efek suara serta ilustrasi musik juga jarang digunakan. Dalam memberikan informasi pada

penontonnya sering menggunakan metode interview (wawancara).

b. Film Fiksi

Berebeda dengan jenis film dokumenter, film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki konsep pengadeganan yang telah dirancang

16


(35)

sejak awal. Struktur cerita film juga terikat hukum kausalitas. Cerita biasanya juga memiliki karakter protagonis dan antagonis, masalah dan konflik, penutupan, serta pola pengenbangan cerita yang jelas. Dari sisi produksi, film fiksi relatif lebih kompleks ketimbang dua jenis film lainnya, baik masa pra-produksi, produksi, maupun pasca-produksi. Manajemen produksinya juga lebih kompleks karena biasanya menggunakan pemain serta kru dalam jumlah yang besar. Produksi film fiksi juga memakan waktu relatif lebih lama. Persiapan teknis seperti

lokasi syuting serta setting dipersiapkan secara matang baik di studio

maupun non studio. Film fiksi juga bisanya juga menggunakan perlengkapan serta peralatan yang jumlahnya relatif lebih banyak, bervariasi, serta mahal.

Film fiksi berada di tengah-tengah dua kutub, nyata dan abstrak, sering kali memiliki tendensi ke salah satu kutubnya, baik secara naratif maupun sinematik. Film fiksi sering menggunakan teknik gaya

dokumenter.17

c. Film Eksperimental

Film eksperimental merupakan jenis film yang sangat berbeda dengan dua jenis film lainnya. Para sineas eksperimental umumnya bekerja

di luar industri film utama (mainstream) dan bekerja pada studio

independen atau perorangan. Mereka umumnya terlibat penuh dalam seluruh produksi filmnya sejak awal hingga akhir. Film eksperimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat

17


(36)

dipengaruhi oleh insting subjektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin mereka, film eksperimantal juga umumnya tidak bercerita tentang apapun bahkan kadang menentang kausalitas, seperti

yang dilakukan para sineas surealis dan dada. Film-film eksperimental

umumnya berbentuk abstrak dan tidak mudah dipahami. Hal ini disebabkan karena mereka menggunakan simbol-simbol personal yang

mereka ciptakan sendiri.18

d. Unsur-unsur Pembentuk Film

Film, secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungansatu sama lain untuk membentuk sebuah film. Masing-masing unsur tersebut tidak akan dapat membentuk film jika hanya berdiri sendiri. Bisa kita katakan bahwa unsur naratif adalah bahan (materi), yang akan diolah, sementara unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Sementara unsur sinematik atau juga sering diistilahkan gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk

film. Unsur sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok yakni,

mise-en- scene, sinematografi, editing, dan suara. Masing-masing elemen sinematik tersebut juga saling berinteraksi dan berkesinambungan satu

sama lain untuk membentuk gaya sinematik secara utuh.19

a. Unsur Naratif

18

Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 7-8. 19


(37)

Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur naratif. Setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu serta lainnya. Seluruh elemen tersebut membentuk unsur naratif secara

keseluruhan. Elemen-elemen tersebut saling berinteraksi serta

berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah jalinan peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan. Seluruh jalinan peristiwa tersebut terikat oleh sebuah aturan yakni hukum kausalitas (logika sebab-akibat). Aspek kausalitas bersama unsur ruang dan waktu adalah elemen-elemen pokok pembentuk naratif.

b. Unsur Sinematik

Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi

sebuah film. Mise-en-scene adalah segala hal yang berada di depan

kamera. Mise-en-scene memiliki empat elemen pokok yakni, setting atau

latar, tata cahaya, kostum dan make up, serta akting dan pergerakan

pemain. Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya

serta hubungan kamera dengan obyek yang diambil. Editing adalah transisi

sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya. Sedangkan suara adalah

segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melaui indera pendengaran. Seluruh unsur sinematik tersebut saling terkait, mengisi, serta berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk unsur sinematik

secara keseluruhan.20

e. Struktur dalam Film

20


(38)

Secara fisik sebuah film dapat dapat dipecah menjadi unsur-unsur,

yakni shot, adegan dan sekuen. Pemahamn tentang shot, adegan dan

sekuen nantinya banyak berguna untuk memebagi urutan-urutan (segmentasi) plot sebuah film secara sistematik. Segmentasi plot akan banyak membantu melihat perkembangan plot sebuah film secara menyeluruh dari awal hingga akhir.

a. Shot

Shot selama produksi film memiliki arti proses perekaman gambar

sejak kamera diaktifkan (on) hingga kamera dihentikan (off) atau juga

sering diistilahkan satu kali take (pengambilan gambar). Sementara shot

setelah film telah jadi (pasca produksi) memiliki arti satu rangkaian

gambar utuh yang utuh yang tidak terintrupsi oleh potongan gambar (editing). Shot merupakan unsur terkecil dari film. Dalam novel, shot bisa

diibaratkan satu kalimat. Sekumpulan beberapa shot biasanya dapat

dikelompokan menjadi sebuah adegan. Satu adegan bisa berjumlah belasan

hingga puluhan shot. Satu shot dapat berdurasi kurang dari satu detik,

beberapa menit, bahkan jam.

b. Adegan (Scene)

Adegan salah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu, isi (cerita), tema, karakter, atau motif. Satu adegan umumnya


(39)

terdiri dari tiga puluh sampai lima puluh buah adegan. Adegan adalah yang paling mudah dikenali sewaktu menonton film.

c. Sekuen (Sequence)

Sekuen adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian peristiwa yang utuh. Satu sekuen umumnya terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan. Dalam karya literatur, sekuen bisa diibaratkan seperti sebuah bab atau sekumpulan bab. Dalam pertunjukan teater, sekuen bisa disamakan dengan satu babak. Satu sekuen biasanya dikelompokkan berdasarkan satu periode (waktu), lokasi, atau satu rangkaian aksi panjang. Biasanya film cerita terdiri dari delapan samapai lima belas sekuen. Dalam beberapa kasus film, sekuen dapat dibagi berdasarkan usia karakter utama, yakni masa balita, kanak-kanak, remaja, dewasa, serta lanjut usia. Dalam film-film petualangan yang umumnya mengambil banyak tempat, sekuen biasanya dibagi berdasarkan lokasi cerita.21

f. Klasifikasi dalam Film

Fungsi utama genre adalah untuk memudahkan klasifikasi sebuah

film. Istilah genre berasal dari bahasa Perancis yang bermakna “bentuk”

atau “tipe”. Kata genre sendiri mengacu pada istilah Biologi yakni, genus,

sebuah klasifikasi flora dan fauna yang tingkatannya berada diatas spsies

yang memiliki kesamaan ciri-ciri fisik tertentu. Dalam film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau klasifikasi dari sekelompok film yang

memiliki karakter atau pola sama (khas) sepertisetting, isi dan subyek

21


(40)

cerita, tema, struktur cerita, aksi atau peristiwa, periode, gaya, situasi,

ikon, mood, serta karakter. Klasifikasi tersebut menghasilkan genre-genre

seperti aksi, petualangan, drama, komedi, horor, western, thriller, film

noir, roman dan sebagainya.

Fungsi genre selain untuk memudahkan mengklasifikasikan film, genre juga dapat membantu untuk memilih film sesuai dengan spesifikasinya. Industri film sendiri sering menggunakannya sebagai strategi marketing. Selain untuk klasifikasi, genre juga dapat berfungsi

sebagai antisipasi penonton terhadap film yang akan di tonton.22

Hollywood sebagai industri film terbesar di dunia sejak awal dijadikan sebagai titik tolak perkembangan genre-genre besar dan berpengaruh. Genre-genre besar ini jumlahnya hingga kini telah mencapai puluhan. Genre-genre besar ini kan kita bagi menjadi dua kelompok, yakni genre induk primer dan genre induk sekunder.

Tabel 2.1.23

Skema Genre Induk Primerdan Sekunder

Genre Induk Primer Genre Induk Sekunder

Aksi Drama Epik Sejarah Fantasi Fiksi-ilmiah Horor Komedi Kriminal Gangster Musikal Petualangan Perang Bencana Biografi Detektif Film noir Melodrama Olahraga Perjalanan Roman Superhero Supernatural Spionase Thriller 22

Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 10.

23


(41)

Western

a. Genre Induk Primer

Genre induk primer merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan populer sejak awal perkembangan sinema di era 1900-an hingga 1930-an. Tidak semua film sukses dari masa ke masa. Genre-genre seperti aksi, drama, komedi, horor, fantasi, serta fiksi ilmiah relatif masih populer hingga kini.

b. Genre Induk Sekunder

Genre induk sekunder adalah genre-genre besar dan populer yang merupakan pengembangan atau turunan dari genre induk primer. Genre induk sekunder memiliki ciri-ciri karakter yang lebih khusus dibandingkan

dengan genre induk primer. Genre-genre seperti thriller, bencana,

superhero, serta spionase masih berjaya pada dua dekade belakangan ini.

g. Sinematografi

Dalam sebuah produksi film ketika seluruh aspek mise-en-scene

telah tersedia dan sebuah adegan telah siap diambil gambarnya, pada tahap inilah unsur sinematografi mulai berperan. Sinematografi secara umum

dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni kamera dan film framing, serta

durasi gambar. Kamera dan film mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukakan melalui kamera dan stok filmnya, seperti warna, penggunaan

lensa, kecepatan gerak gambar, dan sebagainya. Framing adalah hubungan


(42)

atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera dan seterusnya. Sementara durasi gambar mencakup lamanya sebuah objek diambil

gambarnya oleh kamera.24

Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat dalam

sinematografi, yakni jarak kamera terhadap objek (type of shot), yaitu:

a. Extreme long shot

Extreme long shot merupakan jarak kamera yang paling jauh dari obyeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak tampak. Teknik ini umumnya untuk menggambarkan sebuah obyek yang sangat jauh atau panorama yang luas.

b. Long shot

Pada Long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas namun latar

belakang masih domninan. Long shot sering digunakan sebagai

estabilising shot, yakni shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih dekat.

c. Medium long shot

Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh visik manusia dan lingkungan sekitar relative seimbang. d. Medium shot

24


(43)

Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame.

e. Medium close-up

Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusaia dari dada ke atas.

Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi

dominan. Adegan percakapan normal biasanya menggunakan jarak medium close-up.

f. Close-up

Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah obyek kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi wajah dengan

jelas serta gestur yang mendetail. Close-up biasanya digunakan untuk

adegan dialog yang lebih intim. Close-up juga memperlihatkan lebih

mendetail sebuah benda atau obyek. g. Estreme close-up

Pada jarak terdekat ini mampu memperlihatkan lebih mendetail bagian dari wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan lainnya atau bagian dari sebuah objek.

Berdasarkan sudut pengambilan gambar (camera angle):

h. High Angle

Menempatkan objek lebih rendah daripada kamera, atau kamera lebih tinggi daripada objek, sehingga yang terlihat pada kaca pembidik objek yang terkesan mengecil. Sudut pengambilan gambar tepat diatas objek,


(44)

pengambilan gambar seperti ini memiliki arti yang dramatic yaitu kecil atau kerdil.

i. Low Angle

Menempatkan kamera lebih rendah dari objek, atau objek lebih tinggi dari kamera, sehingga objek terkesan membesar. Sudut pengambilan

gambar ini merupakan kebalikan dari high angle . kesan yang ditimbulkan

dari sudut pandang ini yaitu keagungan atau kejayaan.

Berdasarkan pergerakan kamera (moving camera):

j. Pan

Pan merupakan singkatan dari kata panorama. Istilah panorama digunakan

karena umumnya menggambarkan pemandangan secara luas. Pan adalah

pergerakan kamera secara horizontal kanan dan kiri dengan posisi kamera yang statis.

k. Tilt

Gerakan kamera secara vertikal, ke atas ke bawah atau ke atas dengan

kamera statis. Tilt Up jika kamera mendongkak dan tilt down jika kamera

mengangguk. Tilt sering digunakan untuk memperlihatkan objek yang

tinggi atau raksasa. l. Tracking

Tracking shot atau dolly shot merupakan pergerakan kamera akibat perubahan posisi kamera secara horizontal. Kedudukan kamera di tripod

dan diatas landasan rodanya. Dolly In jika bergerak maju dan Dolly Out


(45)

m. Crane shot

Crane shot adalah pergerakan kamera akibat perubahan posisi kamera secara vertikal, horizontal atau kemana saja selama masih diatas

permukaan tanah. Crame shot umumnya menghasilkan efek high-angle

dan sering digunakan untuk menggambarkan situasi lansekap luas, seperti kawasan kota, bangunan, areal taman, dan sebagainya.

n. Zoom in/zoom out

Kamera bergerak menjauh dan mendekati objek dengam menggunakan

tombol zooming yang ada di kamera.

B. Tinjauan Umum Tentang Semiotika 1. Konsep Dasar Semiotika

Semiotika secara etimologi istilah semiotik berasal dari bahsa Yunani semion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat

dianggap mewakili sesuatu yang lain. Istilah semion tampaknya diturunkan

dari kedokteran hipokraktik atau aklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostik inferensial. Sedangkan secara terminilogis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas

objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.25

a. Semiotika Komunikasi

Semiotika ini menekankan pada teori produksi tanda. Yang mana salah satunya mengasumsikan adanya 6 faktor dalam proses komunikasi,

25

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 95.


(46)

di antaranya adalah pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan).

b. Semiotika Signifikasi

Semiotika ini mencoba memberi tekanan kepada teori tanda dan

pemahamannya dalam suatu konteks tertentu.26

2. Konsep Semiotika Roland Barthes

Salah satu pengikut Sausure, Roland Barthes, membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus Barthes lebih tertuju pada gagasan signifikasi dua tahap. Roland Barhes

menggunakan istilah order of signification. First order of signification

adalah denotasi. Sedangkan konotasi second order of signification.27

Roland Barthes lahir pada tahun 1915 dari keluarga menengah Protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya Prancis. Dia dikenal sebagai salah seorang pemikir stukturalis yang getol mempraktikan model linguistik dan semiologi sausurean.

3. Konsep Semiotika Film Christian Metz

Christian Metz merupakan salah satu kritikus film yang berasal dari

Perancis. Bukunya yang berjudul Language and Cinema memberikan

pemahaman mengenai film sebagai satuan bahasa yang berbeda dari bahasa tutur. Semua komponen dalam film merupakan serangkaian kode yang merepresentasikan sebuah budaya, sejarah dan nilai-nilai. Bagi Metz

26

Alex sobur, Semiotika Komunikasi. h. 15. 27

M. Antonius Birowo, M.A, Metode Penelitian Komunikasi, (yogyakarta; Gitanyali 2004), h.45


(47)

teori film adalah teori yang mengkaji wacana-wacana sejarah film,

masalah ekonomi film, estetika film dan semiotika film.28

Kontribusi penting Metz dalam memahami film terletak pada

bagaimana dia memperkenalkan sebuah konsep cinematis instutitution.

Melalui konsep tersebut Metz mengenalkan, bahwa pengertian film tidak terbatas pada aspek industri yang memproduksi sebuah film saja, melainkan juga aspek lain di luar itu, sehingga penonton dapat menjadi salah satu bagian dari film dengan cara memposisikan penonton sebagai kesatuan film yang berfungsi sebagai mesin kedua, yaitu bergerak dalam wilayah psikologis.

Melalui konsep ini, Metz memaparkan setidaknya ada 3 mesin utama

dalam memaknai film secara utuh sebagai bahan penelitian, yaitu outer

machine (film sebagai industri), inner machine (psikologi penonton), third machine (penulis naskah film - kritikus, sejarahwan, teoretikus).29

film saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Film, tidak hanya dijadikan sebagai alat hiburan semata, melainkan untuk berbagai kepentingan politik, ekonomi, propaganda, dan berbagai kepentingan lain yang kadang sulit untuk kita deteksi.

Maka dari itu, semiotika sebagai sebuah disiplin ilmu yang mengkaji tanda-tanda dan sistem simbolik memiliki kaitan erat dengan film sebagai sebuah produk tanda. Di lain pihak, para ahli melihat film sebagai salah satu media yang dapat memengaruhi para khalayaknya. Dan

28

Zuzana M. Pick, Cinema As Sign and Langguage, h. 200. 29


(48)

dari sinilah asal mula dilakukannya berbagai penelitian terhadap simbol dan ikon dalam film, dan pengaruhnya terhadap masyarakat yang

menyaksikan film tersebut.30

4. Tabel Analisis Film Steve Campsall

Steve Campsall merupakan salah seorang pengajar Studi bahasa Inggris dan Media di The Beauchamp College. Dalam tabel analisis filmnya yang diadopsi dari pemikiran Metz, Campsall melihat film sebagai

kesatuan bahasa dan makna. Ini kemudian dipahami Steve sebagai Moving

Image Texts: “Film Language”. Menurutnya, seperti kata-kata, film memiliki bahasa sendiri dalam menyampaikan pesannya kepada penonton. Para kru dan sineas bekerja menciptakan makna tersebut melalui gambar bergerak di dalam film, sehingga kompleksitas komponen film membuatnya berbeda dengan media lain.

Pergerakan audio visual yang dinamis di dalam film, memunculkan komponen sendiri di dalam kajian semiotikanya. Hal ini dapat dilihat melalui skema analisis film yang dibuat Steve berikut ini:

Tabel 2.2.31 Tabulasi Analisis Film

Analysing Moving Image Texts: “Film Language”

Signs, Codes and

Conventions

Semiotika, merupakan sebuah jalan untuk menjelaskan bagaimana tanda itu diciptakan. Di dalam film, tanda-tanda tersebut diciptakan oleh para sineas film atau sutradara. Apa yang

30

Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 127. 31

Steve Campshall – 27/06/2002 (Rev. 17/12/2005; 14:18:24) Media - GCSEFilm Analysis Guide (3) – SJC.


(49)

kita dengar, kita lihat dan kita rasakan merupakan sesuatu yang dapat kita persepsikan dan mengandung sebuah ide. Ide tersebutlah

yang kemudian disebut dengan „meaning’. Salah satu contoh pemaknaan penting, misalnya kata-kata pengecut, memiliki lawan heroik. Situasi ini memungkinkan penafsir memiliki pendapat yang berbeda, dan ini

dinamakan Binary Opposite. Ada beberapa

komponen dalam memahami semiotika film.

- Signs(tanda): unit makna terkecil yang

bisa kita tafsirkan dan turut

menentukan makna keseluruhan.

- Code(kode): dalam semiotika, sebuah

kode adalah sekumpulan tanda yang

nampak, “pas”, sekaligus “alami”

dalam membentuk makna keseluruhan.

- Convention (konvensi): istilah

konvensi itu penting. Ia merujuk pada suatu cara yang sudah umum dalam mengerjakan sesuatu. Dan kita sering mengaitkan sesuatu yang konvensional

dengan hasil yang pasti, dan

menganggapnya natural.

Perlu kita ketahui pula bahwa tipe tanda dan kode setidaknya terbagi atas 3:

- Ikon : tanda dan kode yang dibuat untuk menunjukkan sesuatu yang melekat atau identik pada sesuatu. - Indeks : sistem penandaan yang

menggunakan unsur kausalitas atau sebab-akibat

- Simbol : pemaknaan terhadap sesuatu yang melepaskan secara total makna denotasi pada sesuatu tersebut.

Hal lain yang juga penting untuk memahami tanda adalah melalui konvensi. Konvensi merupakan suatu kesepakatan umum yang melekat dalam masyarakat dan dijadikan jalan dalam melakukan suatu pekerjaan. Biasanya konvensi terwujud dalam suatu perbuatan.

Mise-En-Adegan Mise-En-Adegan menjawab beberapa

pertanyaan penting di dalam sebuah film. Pertanyaan tersebut meliputi efek apa? Makna apa? Bagaimana dia memproduksi? Mengapa dia memproduksi? Dan apa tujuan yang ingin dicapai? Namun, sebenarnya Mise-En-Adegan


(50)

merupakan segala sesuatu yang dihadirkan

para Director atau sutradara ke dalam

adegan-adegan, dan rekaman-rekaman yang termuat di dalam kamera melalui aspek Setting, Kostum, Tata Rias, dan Pencahayaan.

Editing Editing merupakan suatu proses memotong

dan menggabungkan beberapa potongan film menjadi satu. Membuat film tersebut menjadi cerita yang bersambung, dapat dipahami, realistis, mengalir dan naratif.

Shot Types Shot merupakan pengambilan gambar untuk

membangun sebuah potongan gambar yang naratif dan memberikan makna tersendiri

terhadap objeknya. Biasanya shot terkait

dengan pengambilan kamera. Seperti Close Up

(CU), Point of View (POV) dan Middle Shot

(MS).

Camera Angle Sudut kamera, biasanya selalu menciptakan

makna-makna yang signifikan dengan kondisi

atau situasi objek. Seperti sudut kamera POV

high angle shot yang mencerminkan superioritas atau kekuasaan.

Camera Movement Pergerakan kamera merupakan suatu bentuk

penciptaan makna yang dinamis. Perpindahan

dari zoom out ke zoom in misalnya, memiliki

nilai dan dinamika makna sendiri.

Lighting Pencahayaan merupakan salah satu aspek

penting dalam film. Pencahayaan dapat

menimbulkan suasana dan mood yang

menegaskan makna. Kegelapan di hutan misalnya menciptakan makna ketakutan dan kengerian.

Dieges And Sound Dieges atau diagenic sound di dalam film

merupakan „dunia film’. Dia merupakan

bagian dari setiap aksi yang di jalankan aktor. Misalnya suara musik yang mengiringi jalannya aktor dan lainnya.

Visual Effects / SFX SFX merupakan gambar generasi komputer

(CGI) yang mana tujuannya untuk

menciptakan sebuah realitas dan makna melalui efek-efek gambar dan suara.

Narrative Naratif, merupakan unsur film yang memuat

cerita dan kisah khusus di dalam film.

Genre Genre adalah ragam dari naratif yang sedang

dibicarakan di dalam film.

Iconography Ikonografi merupakan aspek penting dari

genre. Hal inilah yang menjadi simbol-simbol pendukung genre. Seperti padang pasir yang


(51)

mendukung karakter koboi.

The Star System Bintang-bintang film tertentu bisa menjadi

bagiam penting dalam ikonografi dan menjadi penegas makna. Bisa menjadi penegas karakter dan aksi.

Realism Media dapat menyuguhkan tingkat realitas

yang sangat tinggi, sehingga sesuatu terkesan benar-benar nyata. Dengan layar yang jernih, jelas, sound yang kuat, dan ruang yang sengaja dibuat gelap, pemirsa dapat merasakan atmosfer realitas yang tinggi.

Demikianlah kompleksitas di dalam semiotika film. Komponen tersebutlah yang dijadikan acuan untuk mengkaji lebih dalam terkait sistem tanda di dalam film. Tak dapat dipungkiri lagi, bahwa film merupakan salah satu produk komunikasi massa yang di dalamnya memiliki dan menyimpan makna sendiri bagi para penontonnya.

C. Arti Kasih IbuDalamPandangan Islam

Dari Abu Hurairah ra, ia menceritakan, suatu hari ada seorang yang datang kepada Nabi Muhammad SAW seraya bertanya: "Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak saya perlakukan dengan baik?" Rasulullah menjawab: "Ibumu!" Orang itu bertanya lagi: "Lalu siapa?" "Ibumu!" jawab Beliau. "Lalu siapa lagi, ya Rasulullah?" tanya orang itu. Beliaupun menjawab "Ibumu!" Selanjutnya orang itu bertanya lagi: "Lalu siapa?" Beliau menjawab: "Ayahmu."

Hadits di atas memerintahkan agar kita senantiasa berbuat baik pada kerabat terutama adalah ibu, lalu ayah. Didahulukannya ibu karena ia telah mengandung, menyusui, mendidik dan tugas berat lainnya. "Dan Kami


(52)

perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang

tuanya.”

Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang

bertambah-tambah, dan menyapihnya setelah dua tahun. “Bersyukurlah kepada-Ku

dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu” (Q.S.

Luqman:14). Karena beratnya tugas orang tua, maka seorang anak diwajibkan untuk memperlakukan mereka dengan baik. Sosok seorang ibu juga melekat tanggung jawab yang berat. Jika kita artikan secara bebas, "surga di bawah telapak kaki ibu" dapat juga berarti bahwa masa depan seorang anak di akhirat nanti sangat tergantung pada ibu, ibu sebagai seorang pendidik, ibu sebagai seorang suri tauladan keseharian bagi anak-anaknya, sehingga seorang ibu sangat berperan dalam mengantarkan mereka masuk surga.

Akhlaq seorang ibu sangat memengaruhi akhlaq seorang anak dan akhlaq inilah yang akan menentukan masa depanya di dunia dan di akhirat. Wajarlah jika Rasulullah SAW berpesan pada setiap orang tua: "Tiada yang ditanam oleh orang tua kepada anaknya yang lebih baik daripada akhlaq yang mulia". Lingkungan pertama yang berperan penting menjaga keberadaan anak adalah keluarga sebagai lembaga pendidikan yang paling dominan secara mutlak, kemudian kedua orangtuanya dengan sifat-sifat yang lebih khusus. Pada orang tua, terlebih lagi pada diri seorang ibu melekat kewajiban untuk mendidik secara aktif putra-putrinya.

Orang tua hendaknya mengajarkan bagaimana mengenal dan mencintai Allah, mengajari ibadah, dan menanamkan akhlaq yang mulia.


(53)

Karena "sesungguhnya setiap bayi yang lahir dalam keadan fitrah, kedua orang tuanyalah yang mencetak anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau menjadi Majusi" (HR. Bukhari Muslim). Dalam hal pembentukan akhlaq, prinsip dan pemikiran moral harus didasarkan pada aqidah Islam. Atas dasar inilah ibu hendaknya berusaha menguatkan bangunan moral, ketaqwaan, dan kesucian pada diri anak sehingga mengantarkan mereka bahagia di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda: "Dan wanita adalah pemimpin terhadap keluarga rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dan akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka"

(HR. Bukhari Muslim).32

32

Artikel, diakses Selasa 24 Juni 2012 pukul 13:43 WIB dari

htt://forumislamekonomi.blogspot.com., http://fandimin.blogspot.com/2011/12/surga-dibawah-telapak-kaki-ibu.html#izz21WDInLLY


(54)

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG FILM “SEMESTA MENDUKUNG”

A. Sekilas Tentang Film Semesta Mendukung

Semesta Mendukung merupakan film ketujuh yang diproduksi oleh Mizan Productions setelah Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Garuda di Dadaku, Emak Ingin Naik Haji, dan 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta. Semua film Mizan Productions disambut baik oleh penonton dan mendapat penghargaan di beberapa ajang festival film. Film 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta mendapat tujuh Piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI) 2010 dan 2 Piala di Indonesian Movie Award 2011, dan terakhir, film Rindu Purnama yang mendapatkan tujuh nominasi di Festival Film Bandung 2011. Kali ini Mizan Productions bekerjasama dengan Falcon Picture Film ini terinspirasi dari kisah-kisah kegemilangan putra-putri Indonesia mengangkat nama bangsa Indonesia di kancah dunia internasional lewat pelbagai

olimpiade sains.

Muhammad Arief (Sayef Muhammad Billah), anak dari sebuah keluarga miskin dari Sumenep, Madura, sangat menggemari sains, khususnya fisika. Meski tinggal jauh dari kota besar dan bersekolah dengan fasilitas yang serba minim, Arief tetap menekuni fisika.

Selain kisah yang menginspirasi, film yang disutradari John De Rantau (karya sebelumnya, Denias dan Obama Anak Menteng) ini menyuguhkan lanskap eksotis Pulau Madura, lengkap dengan karapan sapi yang meriah, serta

kemegahan Jembatan Suramadu. Shooting dilakukan di Sumenep dan Pamekasan,


(55)

B. Sinopsis Film Semesta Mendukung

Gambar 3.11

Poster Film Semesta Mendukung

Arief tinggal bersama ayahnya, Muslat (Lukman Sardi), mantan petani garam yang beralih profesi menjadi sopir truk serabutan karena ladang garam sedang dilanda paceklik. Lantaran kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan itu, ibu Arief, Salmah (Helmalia Putri), terpaksa bekerja sebagai TKW di Singapura. Setelah bertahun-tahun belum juga kembali, dan tidak pernah memberi kabar, Arief sangat merindukannya. Arief bekerja di bengkel sepulang sekolah dengan cita-cita mengumpulkan uang untuk mencari ibunya. Arief akan

1

www.semestamendukung.com diakses pada tanggal 7 September 2012 pukul 19.15


(56)

dibantu oleh Cak Alul (Sudjiwo Tedjo), yang ternyata seorang berandalan kampung.

Di sekolah, Ibu Tari Hayat (Revalina S. Temat), seorang guru fisika, melihat bakat besar yang dimiliki Arief. Perempuan Minang yang mencintai dan memiliki

dedikasi tinggi terhadap dunia pendidikan itu rela “terdampar” di Madura demi

menemukan intan-intan cemerlang di antara murid-muridnya. Dan salah satu intan itu adalah Arief.

Berkat dorongan Ibu Tari, Arief ikut seleksi olimpiade sains yang akan diadakan di Singapura. Namun, sesungguhnya Arief memiliki agenda tersembunyi: menemukan ibunya di sana.

Seleksi dilakukan oleh Pak Tio Yohanes (Ferry Salim) di Jakarta, yang dibantu oleh Deborah Sinaga (Febby Febiola). Para peserta bersaing untuk lolos, sekaligus menjalin persahabatan. Arief menjalin persahabatan dengan Muhammad Thamrin (Angga Putra, pernah bermain sebagai Komet dalam Alangkah Lucunya Negeri Ini), dan Clara Annabela (Dinda Hauw), pernah bermain sebagai Keke dalam Surat kecil Untuk Tuhan). Arief sempat berseteru dengan Bima Wangsa (Rangga Raditya, pernah bermain sebagai Guntur dalam King), dan Erwin Manik (Rendy Ahmad, pernah bermain sebagai Arai dalam Sang Pemimpi). Arief juga berkenalan dengan Cak Kumis (Indro Warkop), penjual ketoprak keliling asal Madura yang memberinya ilmu kehidupan. Pak Tio senantiasa menyemangati Arief dan peserta lain dengan mengajarkan sebuah keyakinan yang disebutnya MESTAKUNG atau semesta mendukung. Inti ajaran itu adalah bahwa apabila


(57)

seseoang yakin, fokus, dan berusaha keras untuk mencapai sesuatu, ia pasti akan meraihnya karena seluruh semesta akan mendukung.

C. Profil John De Rantau

John De Rantau lahir 2 Januari 1970, di Padang, Sumatra Barat. Lulusan dari Institut Kesenian Jakarta telah banyak menyutradarai film-film sinetron maupun layar lebar. Tahun 2004 menyutradarai film-film layar lebar pertamanya, Mencari Madona yang sekenarionya ditulis oleh Garin Nugroho. John juga menyutradarai film Denias Senandung di Atas Awan pada tahun 2006, Obama Anak Menteng pada tahun 2011 dan yang terakhir adalah Film Semesta Mendukung ini.

Gambar 3.22 John De Rantau

Semesta mendukung harus diakui memiliki benang merah yang cukup kuat dari hasil penyutradaraan John DeRantau sebelumnya, Obama Anak Menteng. Kedua film ini berusaha tidak hanya menjadi film keluarga yang menghibur. Namun, keduanya terlihat keras menjadi sebuah film yang mampu memberikan penontonnya inspirasi dan motivasi untuk dapat menjalani hidup untuk lebih baik lagi. jika motivasi dan inspirasi

2

http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/j/John_De_Rantau/, diakses pada tanggal 7September 2012 pukul 19.35


(58)

Obama Anak Menteng berasal dari karakter Barrack Obama yang pernah tinggal di Indonesia dan kini mampu menjadi Presiden Amerika Serikat, maka Semesta Mendukung mendapatkan inspirasinya dari kisah sukses anak-anak Indonesia yang berhasil memenangkan Olimpiade Fisika di tingkat internasional.

D. Profil Pemain Film Semesta Mendukung

1. Sayef Muhammad Billah sebagai Muhammad Arief

Cukup sulit untuk mendapatkan biografi mengenai tokoh satu ini. Pada intinya di film ini Sayef Muhammad Billah berperan sebagai tokoh utama dalam film ini. Dia berperan sebagai Arief, anak dari keluarga miskin di Sumenep, Madura, sangat menggemari sains, khususnya fisika. Meski tinggal jauh dari kota besar dan bersekolah dengan fasilitas yang serba minim, Arief tetap menekuni fisika.

Arief tinggal bersama ayahnya. Ibu Arief, terpaksa bekerja sebagai TKW di Singapura. Setelah bertahun-tahun belum juga kembali, dan tidak pernah memberi kabar, Arief sangat merindukannya. Arief bekerja di bengkel sepulang sekolah dengan cita-cita mengumpulkan uang untuk mencari ibunya. Karakter yang diperankan oleh Sayef ini sebagai anak yang rajin belajar, cerdas, sholeh dan rajin beribadah, pantang menyerah dan pekerja keras. Walau dalam film ini seorang Arif terkadang terlihat putus asa akan tetapi semangatnya seketika muncul apa bila sudah mendapatkan motivasi dari lingkungan sekitarnya.


(59)

2. Lukman Sardi sebgai Muslat

Lukman Sardi dikenal sebagai tokoh yang sangat berbakat dengan sejumlah peran watak yang di mainkan dengan apik. Pria kelahiran Jakarta, 14 Juli 1974. Lukman adalah putra dari Zerlita dan Violin legendaris Indonesia, Idris Sardi. Di usia kanak-kanaknya, Lukman terhitung telah membintangi tujuh judul film, namun saat SMP, dirinya harus berhenti dari akting dan harus serius belajar di bangku sekolah. Lukman adalah seorang aktor yang telah mengeluti dunia film sejak dirinya masih berusia lima tahun. Debut filmnya berjudul Kembang-kembang Plastik(1978) dan Pengemis dan Tukang Becak (1978), yang masing-masing arahan sutradara Wim Umboh. Setelah sekian lama tenggelam, Lukman kemudian muncul sebentar

membintangi sinetron Enamlangkah (1994), produksi Miles. Namun

kemudian dirinya menghilang kembali, dan muncul kemudian lewat film Gie (2004) yang dibintanginya bersama Nicholas Saputra. Penghargaan yang pernah diterima putra maestro biola Idris Sardi ini di antaranya, The Best Actor di ajang Bali International Film Festival 2006, nominasi MTV Indonesia Movie Award 2006 sebagai Most Favourite Actor, nominasi Festival Film Indonesia Jakarta 2006, sebagai pemeran pendukung pria terbaik.


(1)

Naskahcerita Semesta Mendukung juga terkesan terlalu kaeras untuk berusaha mengispirasi penontonnya melalui setiap jalan kehidupan yang dialami sang karakter utama. Naskah cerita Semesta Mendukung sendiri gagal menampilkan sang karakter utama sebagai sosok tokoh yang menarik dan inspirasional.

Plot-plot cerita tambahan dalam Semesta Mendukung juga gagal dikembangkan dengan baik. Kisah seperti hubungan karakter Arif dan ayahnya, kisah betapa depresinya Arif untuk menemukan ibunya atau hubungan Arif dengan teman-teman sekitarnya tampil dengan begitu datar dan gagal untuk menghadirkan ikatan emosiyang kuat dengan para penonton film ini.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Askurifai Baskin, Membuat Film Indie Itu Gampang, Bandung: Kataris, 2003. Arsyad, Azhar, Media Pengajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003. Bernhard Meier, Kurt Franz, Membina Minat Baca Anak, Terj. Soeparno, Bandung: Remaja Karya, 1983.

Birowo , M. Antonius, M.A, Metode Penelitian Komunikasi, yogyakarta; Gitanyali 2004.

Campshall, Steve – 27/06/2002 (Rev. 17/12/2005; 14:18:24) Media - GCSEFilm Analysis Guide (3) – SJC.

Elvinaro, Ardianto, Dkk, Komunikasi massa, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007.

Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Morisan, Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Tangerang: Ramdina Prakasa, 2005.

Pranajaya Adi, Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar, Jakarta, BPSDM Citra Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, 2000.

Pratista,Himawan,Memahami FilmYogyakarta: Homerian Pustaka, 2008. Sasono, Eric, Mau Dibawa Kemana Sinema Kita?

Sihab, Dr. M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an, fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung:Mizan, 2001.

Sobur, Alex, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing,Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. Suryapati,Akhlis, Hari Film Nasional Tinjauan dan Restropeksi, Jakarta: Panitia Hari Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010.

Vivian, John, Teori Komunikasi Massa Edisi ke-8, Jakarta: Kencana Media Group, 2008. Zuzana M. Pick, Cinema As Sign and Langguage.


(3)

ARTIKEL

Artikel, http://www.scribd.com/doc/32637180/definisi-film. Juni 2012. Artikel, diakses Selasa 24 Juni 2012 pukul 13:43 WIB dari

htt://forumislamekonomi.blogspot.com.http://fandimin.blogspot.com/2011/12/sur ga-dibawah-telapak-kaki-ibu.html#izz21WDInLLY.

http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/j/John _De_Rantau/. http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/j/Lukman_Sardi/.

http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/j/Helmalia-Putri/.

http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/j/Revalina_S_Temat/.

http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/j/Ferry_salim/.

http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/j/Indro_Warkop/.


(4)

(5)

(6)

Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia

SYARIF

HIDAYATULLAH

IAKARTA

FAKULTAS ILMU DAKWAH

DAN ILMU KOMUNIKASI

Telepon/Fax : (02I) 7 432728 / 7 4703580

Website : m.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail : dakwah@fdk.uinjakarta.ac.id

t

Nomor

:

Un.O1/F5/KM.01

3l$YtnotZ

Lamp

:1(satu)bundel

Hal

:

Bimbingan Skripsi

Tembusan:

l.

Dekan

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Jakarta,

\)

April2}lZ

Kepada Yth.

Rully Nasrullah, M.Si.

Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Assalamu' alaikum l4rr. Wb.

Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan oleh mahasiswa

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai

berikut,

Nama

:

Ania Febriani Fasya

Nomor

Pokok :

108051000143

Jurusan/Semester

:

Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPD / VIII

Judul

Skripsi

:

Analisis Semiotika Film Semesta Mendukung.

Kami

mohon kesediaannya

untuk

membimbing mahasiswa tersebut dalam

penyusunan dan penyelesaian skripsinya pada waktu yang tidak terlalu lama.

Atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.

[4/as s alamu' alaikum Wr. Wb.

Dekan Bidang Akademik

hidin Saputra,