radikal
19
. Dengan penyesuaian disana-sini, ketiga model tersebut akan dijelaskan secara singkat
20
.
1. Pengembangan Masyarakat Lokal
Pengembangan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi
aktif secara inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai
masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.
21
Pengembangan masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja
sosial. Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.
Pengembangan masyarakat lokal lebih berorientasi pada ”tujuan proses’’ Process goal.
22
Setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk menentukan tujuan dan memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengembangan kepemimpinan lokal, peningkatan startegi kemandirian, peningkatan informasi, komunikasi, relasi dan keterlibatan anggota masyarakat
19
Kata “ Radikal” berarti secara mendasar sampai kpd hal yg prinsip, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.3919
20
Suharto, Membangun Masyarakat Memperdayakan Rakyat, h.42
21
Ibid., h.43
22
Ibid., h.44
merupakan inti dari proses pengembangan masyarakat lokal yang bernuansa bottom-up ini.
23
2. Perencanaan Sosial
Perencanaan sosial disini menunjuk pada proses pragmatis untuk menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah
sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran kenakalan remaja, kebodohan buta huruf, kesehatan masyarakat yang buruk rendahnya usia harapan
hidup, tingginya kematian bayi, kekurangan gizi dll. Berbeda dengan pengembangan masyarakat lokal, perencanaan sosial lebih berorientasi pada
“tujuan tugas” task goal. Sistem klien perencanaan sosial umumnya adalah kelompok-kelompok yang kurang beruntung atau kelompok rawan sosial
ekonomi, seperti para lanjut usia, orang cacat, yatim piatu, wanita tuna sosial. Pekerja sosial berperan sebagai perencana sosial yang memandang mereka
sebagai “konsumen” atau sebagai penerima layanan beneficiaries. Keterlibatan para penerima pelayanan dalam proses pembuatan kebijakan,
penentuan tujuan, keputusan dilakukan oleh para pekerja sosial dilembaga- lembaga formal LSM. Para perencana sosial dipandang sebagai ahli expert
dalam melakukan penelitian, menganalisis masalah dan kebutuhan masyarakat, serta dalam mengindentifikasi, melaksanakan dan mengevaluasi program-
program pelayanan sosial.
24
23
Suharto, Membangun Masyarakat Memperdayakan Rakyat, h.45
24
Ibid., h.46
3. Aksi Sosial
Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan fundamental dalam kelembagaan dan sturktur masyarakat melalui proses
pendistribusian kekuasaan distribution of power, sumber distribution of resources, dan pengembilan keputusan distribution of decision making.
Pendekatan aksi sosial didasari pada pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang sering kali menjadi ’korban’ ketidakadilan struktur. Mereka
miskin karena dimiskinkan, meraka lemah karena dilemahkan, dan tidak berdaya karena tidak diberdayakan, oleh kelompok elit masyarakat yang
menguasai sumber-sumber ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. Aksi sosial berorientasi baik pada tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakat diorganisir
melalui penyadaran, pemberdayaan dan tindakan-tindakan actual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrasi,
kemerataan equality dan keadilan quality.
25
3. Tahapan-tahapan dalam Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah sebuah “ proses menjadi”, bukan sebuah “ proses instan”. Sebagai proses, pemebrdayaan mempunyai tiga tahapan: penyadaran,
pengkapasitasan, dan pendayaan. Secara sederhana dapat digambarkan berikut:
25
Ibid., h.47