relawan, dan
operasional pendampingan
masyarakat; dan
fasilitator, pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada
saat awal pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya.
2. Bantuan Langsung Masyarakat
Komponen Bantuan Langsung Masyarakat BLM adalah dana stimulan keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai
sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, terutama masyarakat miskin.
3. Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku Lokal
Komponen peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku lokal adalah serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku
lokalkelompok peduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi yang positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam
menyelenggarakan hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini antara lain seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan
secara selektif, dan sebagainya.
4. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program
Komponen bantuan pengelolaan dan pengembangan program meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli
lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen, pengendalian mutu, evaluasi, dan pengembangan program.
c. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan PNPM-Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat
meliputi: 1. Penyediaan dan perbaikan prasaranasarana lingkungan permukiman,
sosial, dan ekonomi secara padat karya; 2. Penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit
mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar perlu diberikan bagi kaum perempuan dalam
memanfaatkan dana bergulir ini; 3. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama
yang bertujuan mempercepat pencapaian target MDG; dan 4. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui
penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.
2
B. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan sesungguhnya merupakan masalah yang ada sudah sejak lama dan hampir bisa dikatakan akan tetap menjadi “ kenyataan abadi” dalam keidupan.
2
Tulisan HukumInfokumTematik., “ Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri PNPM Mandiri” diakses pada 5 April 2012 dari
http:jdih.bpk.go.idwp-contentuploads201202Tulisan-hukum-PNPM-Mandiri2.pdf
Pengertian kemiskinan sendiri sebagai suatu konsep alamiah lahir sebagai dampak ikutan dari istilah pembangunan. Kemiskinan merupakan persoalan struktural dan
multidimensional, mencakup politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. Sehingga secara umum “Masyarakat Miskin” sebagai suatu kondisi masyarakat yang berada
dalam situasi kerentanan, ketidak berdayaan, keterisolasian, dan ketidak mampuan untuk menyampaikan aspirasinya. Situasi ini menyebabkan mereka tidak mampu
untuk memenuhi kebutuhan minimal kehidupannya secara layak.
Adapun dalam istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang
dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Untuk memahami pengertian tentang kemiskinan ada berbagai pendapat yang
dikemukakan
3
.
Menurut Suparlan, kemiskinan dapat didefenisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada
sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang
rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri mereka yang tergolong sebagai orang
miskin.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si
3
Gunawan Sumodiningrat, et.al., Kemiskinan Teori Fakta Dan Kebijakan Jakarta: PT Impac, 1999, h.1