4. Kebutuhan BMND yang disesuaikan dengan jumlah dan keperluan perorangan pegawai.
5. Mengamankan barang persediaan yang dibutuhkan baik untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi atau keperluan berjaga-jaga.
Subagya 1995 menyatakan untuk menghindarkan pemborosan perlu diadakan pembatasan-pembatasan kebutuhan terhadap perlengkapan dan
peralatan. Kebutuhan harus ditentukan secara tepat terutama mengenai tipe dan spesifikasinya. Disamping itu ditentukan pula sumber dan jumlah dari
perlengkapan dan peralatan yang akan dibeli, hal ini perlu dilakukan untuk menentukan cara yang akan dilaksanakan dalam pembelian tersebut. Perencanaan
proses pengadaanpembelian sejak dari awal sampai kepada barang diterima ditempat harus telah disusun dan tergambar dengan jelas, baik tahap demi tahap
dari kegiatannya sendiri maupun jadwal waktu secara tepat.
2.1.3 Pelaksanaan
Menurut Sholeh dan Rochmansjah 2010 kekayaan milik daerah harus dikelola secara optimal dengan memperhatikan prinsip efisiensi, efektivitas,
transparansi dan akuntabilitas. Untuk itu perlu ada unit pengelola kekayaan daerah yang profesional agar tidak terjadi overlapping tugas dan wewenang dalam
pengelolaan kekayaan daerah. Pengamanan terhadap kekayaan daerah harus dilakukan secara memadai baik pengamanan fisik maupun melalui sistem
pengendalian intern.
Universitas Sumatera Utara
Sholeh dan Rochmansjah 2010 menyatakan pelaksanaan pengelolaan asetbarang milik daerah harus memenuhi prinsip akuntabilitas publik.
Akuntabilitas publik yang harus dipenuhi paling tidak meliputi : 1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum accountability for probity
and legality 2. Akuntabilitas proses process accountability
3. Akuntabilitas kebijakan policy accountability Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan
jabatan abuse of power oleh pejabat dalam penggunaan dan pemanfaatan kekayaan daerah, sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang berlaku. Akuntabilitas hukum juga dapat diartikan bahwa kekayaan daerah harus memiliki status hukum yang
jelas agar pihak tertentu tidak dapat menyalahgunakan atau mengklaim kekayaan daerah tersebut.
Akuntabilitas proses terkait dengan dipatuhinya prosedur yang digunakan dalam melaksanakan pengelolaan kekayaan daerah. Untuk itu perlu kecukupan
sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen dan prosedur administrasi. Hal ini penting untuk mewujudkan akuntabilitas kebijakan
pengelolaan aset daerah baik secara vertikal maupun secara horisontal. Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah
daerah terhadap DPRD dan masyarakat luas atas kebijakan-kebijakan
Universitas Sumatera Utara
perencanaan, pengadaan, pendistribusian penggunaan atau pemanfaatan kekayaan daerah, pemeliharaan sampai pada penghapusan barang milik daerah.
Menurut Sholeh dan Rochmansjah 2010 agar pelaksanaan pengelolaan aset daerah dapat dilakukan dengan baik dan benar sehingga dapat dicapai
efektivitas dan efisiensi pengelolaan aset daerah hendaknya berpegangan teguh pada azas-azas sebagai berikut :
1. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dibidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh kuasa
pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan kepala daerah sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing;
2. Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan;
3. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang
benar; 4. Azas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar barang
milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
pemerintahan secara optimal; 5. Azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik daerah
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat;
Universitas Sumatera Utara
6. Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah.
Pelaksanaan merupakan seluruh rangkaian proses mulai dari pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,
penghapusan, pemindahtanganan, dan penatausahaan. Pengadaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang prosesnya dilaksanakan berdasarkan prinsip prinsip:
efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adiltidak diskriminatif dan akuntabel. Proses kegiatan pengadaan didasari atas kebijakan dengan berbagai
aspek tujuan meliputi pemberdayaan masyarakat agar memberi peluang berusaha, berarti memberi kesempatan bekerja khususnya pada usaha kecil dalam rangka
mengurangi pengangguran BPPK, 2011. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007
bahwa barang milik daerah ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD dan dapat dioperasikan oleh pihak
lain dalam rangka mendukung pelayanan umum sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD yang bersangkutan. Status penggunaan barang milik daerah ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Daerah. Pengguna danatau kuasa pengguna wajib menyerahkan tanah danatau bangunan termasuk barang inventaris lainnya yang
tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pengguna danatau kuasa pengguna kepada Kepala Daerah melalui pengelola.
Universitas Sumatera Utara
BPPK 2011 menyatakan pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negaradaerah oleh pihak lain dalam berbagai bentuk antara lain dalam
bentuk ; sewa, pinjam pakai, kerja sama pemanfaatan, Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna, dan sejenisnya. Pemanfaatan Barang Milik Negara BMN
Barang Milik Daerah BMD sebagaimana tersebut di atas sepanjang diyakini bahwa BMNBMD tersebut sudah tidak diperlukan lagi bagi penyelenggaraan
pemerintahan negaradaerah berdasarkan; pertimbanganalasan yang dapat dipertanggungjawabkan, dilaksanakan dengan pertimbangan untuk kepentingan
negaradaerah dan kepentingan umum, untuk menunjang penyelenggaraaan tugas pokok dan fungsi oleh pengguna barang dengan persetujuan pengelola barang,
mengoptimalkan manfaat barang milik Negaradaerah dan mencegah penggunaan BMND oleh pihak lain secara tidak sah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 yang telah mendapat penyempurnaan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008,
Pengelola barang, pengguna barang danatau kuasa pengguna barang wajib melakukan pengamanan barang milik negaradaerah yang berada dalam
penguasaannya meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, pengamanan hukum. Adapun pengamanan yang dapat dilakukan terhadap barang
milik negaradaerah adalah : 1. Barang milik negara daerah berupa tanah harus disertifikatkan atas nama
Pemerintah Republik Indonesia pemerintah daerah yang bersangkutan;
Universitas Sumatera Utara
2. Barang milik negaradaerah berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Republik Indonesia pemerintah daerah
yang bersangkutan; 3. Barang milik negara selain tanah danatau bangunan harus dilengkapi dengan
bukti kepemilikan atas nama pengguna barang; 4. Barang milik daerah selain tanah danatau bangunan harus dilengkapi dengan
bukti kepemilikan atas nama pemerintah daerah yang bersangkutan. Pengguna barang danatau kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas
pemeliharaan barang milik negaradaerah yang ada di bawah penguasaannya. Pemeliharaan berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang DKPB.
Biaya pemeliharaan barang milik negaradaerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Daerah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Nomor 17 Tahun 2007, penilaian barang milik daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca pemerintah
daerah, pemanfaatan, dan pemindahtanganan barang milik daerah. Penetapan nilai barang milik daerah dalam rangka penyusunan neraca pemerintah daerah
dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintah SAP. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 menyatakan
bahwa penghapusan barang milik daerah meliputi penghapusan dari daftar barang pengguna danatau kuasa pengguna dan penghapusan dari daftar barang milik
daerah. Penghapusan barang milik daerah dilakukan dalam hal barang milik daerah dimaksud sudah tidak berada dalam penguasaan pengguna danatau kuasa
Universitas Sumatera Utara
pengguna dan sudah beralih kepemilikannya, terjadi pemusnahan atau karena sebab-sebab lain.
Penghapusan dilaksanakan dengan keputusan pengelola atas nama Kepala Daerah untuk barang milik daerah dimaksud sudah tidak berada dalam
penguasaan pengguna danatau kuasa pengguna dan dengan Keputusan Kepala Daerah untuk barang milik daerah yang sudah beralih kepemilikannya, terjadi
pemusnahan atau karena sebab-sebab lain. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007
barang milik daerah yang dihapus dan masih mempunyai nilai ekonomis, dapat dilakukan melalui pelelangan umumpelelangan terbatas; danatau disumbangkan
atau dihibahkan kepada pihak lain. Bentuk-bentuk pemindahtanganan sebagai tindak lanjut atas penghapusan barang milik daerah meliputi penjualan, tukar
menukar, hibah, dan penyertaan modal pemerintah daerah. Pada kegiatan penatausahaan meliputi pembukuan, inventarisasi dan
pelaporan. 1. Pembukuan yaitu Kuasa pengguna barangpengguna barang harus melakukan
pendaftaran dan pencatatan barang milik Negaradaerah ke dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna DBKPDaftar Barang Pengguna DBP menurut
penggolongan dan kodefikasi barang. Pengelola barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik Negaradaerah berupa tanah danatau
bangunan dalam Daftar Barang Milik NegaraDaerah DBMND menurut penggolongan barang dan kodefikasi barang.
Universitas Sumatera Utara
2. Inventarisasi yaitu pengguna barang melakukan inventarisasi barang milik negaradaerah sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun. Terhadap barang
milik Negaradaerah yang berupa persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan, pengguna barang melakukan inventarisasi setiap tahun. Pengguna barang
menyampaikan laporan hasil inventarisasi pengelola barang selambat- lambatnya tiga bulan setelah selesainya inventarisasi.
3. Pelaporan yaitu kuasa pengguna barang harus menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran LBKPS dan Laporan Barang Kuasa Pengguna
Tahunan LBKPT untuk disampaikan kepada pengguna barang. Pengguna barang harus menyusun Laporan Barang Pengguna Semesteran LBPS dan
Laporan Barang Pengguna Tahunan LBPT untuk disampaikan kepada pengelola barang.
Pengelola barang harus menyusun Laporan Barang Milik NegaraDaerah LBMND berupa tanah danatau bangunan semesteran dan tahunan. Pengelola
barang harus menghimpun Laporan Barang Pengguna Semesteran LBPS dan Laporan Barang Pengguna Tahunan LBPT. Laporan Barang Milik
NegaraDaerah LBMND digunakan sebagai dasar untuk menyusun neraca pemerintah pusatdaerah.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian