dilaksanakan oleh masing-masing SKPD dengan membuat buku inventaris, kartu inventaris barang, kartu inventaris ruangan, daftar mutasi barang, laporan
semesteran dan laporan tahunan, akan tetapi sistem informasi barang milik daerah masih dilakukan secara terpusat pada bidang aset dan masing-masing SKPD
belum memiliki sistem informasi barang milik daerah yang terkomputerisasi yang terkoneksi dengan pengelola barang. Masing-masing tahapan mulai dari
perencanaan sampai dengan penatausahaan telah dilaksanakan akan tetapi tahapan kegiatan penilaian yaitu berupa sensus barang yang seharusnya dilaksanakan
selama 5 tahun sekali belum dilakukan. Sensus barang terakhir dilaksanakan pada tahun 2005, jadi seharusnya pada tahun 2010 kegiatan tersebut harus telah
dilakukan. Akibat belum dilaksanakannya sensus barang tersebut, maka masih terdapat temuan atau permasalahan mengenai adanya barang milik daerah yang
belum dapat ditelusuri.
5.6.3 Pengaruh Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian terhadap Pengelolaan Barang Milik Daerah
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial pembinaan, pengawasan dan pengendalian tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengelolaan barang milik daerah. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Oktaviana 2010 yang menyimpulkan bahwa pembinaan,
pengawasan dan pengendalian berpengaruh terhadap pengelolaan aset daerah. Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sikki 1999 menyatakan bahwa pengawasan dengan indikator: a program
Universitas Sumatera Utara
kerja pengawasan, b obyektifitas pengawasan, c profesionalisme pengawasan, d rutinitas pengawasan, memiliki pengaruh terhadap pelaksanaan pengelolaan
barang ditinjau dari indikator: a perencanaan kebutuhan, b pengadaan, c penyimpanan dan distribusi, d pemeliharaan, inventarisasi dan
f penghapusan barang. Menurut Sikki 1999, pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen mutlak diperlukan dalam pengelolaan administrasi barang,
karena dengan pengawasan akan sangat menentukan apakah terjadi kemajuan untuk tercapainya suatu tujuan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Setiap
kesenjangan yang terjadi antara rencana dan pelaksanaan pengurusan barang pada bagian-bagian tertentu dari keseluruhan organisasi akan lebih mudah
dipecahkan apabila diketahui secara dini dari pada menunggu setelah terjadi sesuatu masalah yang serius. Baiknya penerapan teknik pengawasan akan
memberikan informasi yang cepat yang selanjutnya dapat diambil langkah- langkah perbaikan agar tidak menyimpang dari rencana.
Sholeh dan Rochmansjah 2010 menyatakan pengawasan yang ketat perlu dilakukan sejak tahap perencanaan hingga pengawasan aset. Dalam hal ini peran
serta Kepala SKPD, DPRD, auditor internal serta masyarakat sangat penting. Keterlibatan auditor internal dalam proses pengawasan ini sangat penting untuk
menilai konsistensi antara praktik yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan standar yang berlaku. Selain itu, auditor internal juga penting keterlibatannya
untuk menilai kebijakan akuntansi yang diterapkan menyangkut pengakuan aset,
Universitas Sumatera Utara
pengukurannya dan penilaiannya. Pengawasan diperlukan untuk menghindari penyimpangan dalam setiap fungsi pengelolaanmanajemen aset daerah.
Kemungkinan ketidaksignifikanan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pengelolaan barang milik daerah Pemerintah Kabupaten
Sarolangun disebabkan kepala SKPD selaku pengguna barang kurang melakukan pembinaan terhadap tugas dari pengurus barang dan melakukan pengawasan dan
pengendalian terhadap penggunaan barang milik daerah yang ada dalam penguasaannya. Selain itu peran dari inspektorat selaku auditor internal dalam
proses pengawasan maupun menilai kebijakan akuntansi yang dilaksanakan oleh SKPD kurang maksimal.
Tindakan pembinaan yang dapat dilakukan oleh kepala SKPD yaitu berupa pemberian bimbingan, motivasi, supervisi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan.
Tindakan pengawasan terhadap pengelolaan barang milik daerah harus dilaksanakan secara konsisten sejak tahap perencanaan, pengadaan, penggunaan,
pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan dan penatausahaan. Tindakan pengendalian perlu dilakukan
untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, untuk masa mendatang kepala SKPD selaku pengguna barang harus terus meningkatkan pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta
peran dari inspektorat selaku auditor internal perlu ditingkatkan agar pengelolaan barang milik daerah berjalan dengan lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap
pengelolaan barang milik daerah. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Secara simultan, perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian berpengaruh terhadap pengelolaan barang milik daerah, hal ini sejalan dengan hipotesis penelitian. Hal ini berarti bahwa perencanaan,
pelaksanaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian merupakan unsur yang saling terikat satu sama lain yang harus dilakukan dalam satu kesatuan
sistem untuk mendukung pengelolaan barang milik daerah pada Pemerintah Kabupaten Sarolangun.
2. Secara parsial, pembinaan, pengawasan dan pengendalian tidak berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan barang milik daerah, sehingga tidak sejalan
dengan hipotesis penelitian. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Oktaviana 2010 yang menyimpulkan bahwa
pembinaan, pengawasan dan pengendalian berpengaruh terhadap pengelolaan aset daerah, dan penelitian yang dilakukan oleh Sikki 1999 yang
menyatakan bahwa pengawasan memiliki pengaruh terhadap pelaksanaan pengelolaan barang. Hal ini menunjukkan bahwa kepala SKPD selaku
Universitas Sumatera Utara