2.1.4 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Menurut Sholeh dan Rochmansjah 2010, untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan dan menjamin tertib administrasi pengelolaan barang milik
daerah secara efisien dan efektif maka diperlukan fungsi berikut ini: 1. Pembinaan, yaitu usaha atau kegiatan melalui pemberian pedoman,
bimbingan, pelatihan, dan supervisi. 2. Pengawasan, yaitu usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai
kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas danatau kegiatan dibandingkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Pengendalian, yaitu usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. BPPK 2011 menyatakan pembinaan adalah usaha atau tindakan yang
dilakukan secara efektif, dan efisien, serta dalam perspektif jangka panjang, baik bersifat perubahan maupun penyempurnaan, agar pengelolaan BMND pada
keseluruhan siklus atau tahapan kegiatan dapat dilaksanakan dengan tertib dan mencapai hasil yang lebih baik, terutama dalam memberikan daya dukung yang
tinggi terhadap kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, serta keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Usaha atau tindakan dalam kegiatan pembinaan
yang dilakukan oleh pimpinan pada berbagai tingkatan secara konkrit dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti pemberian pedoman, bimbingan,
motivasi, supervisi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan BPPK, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Pengawasan adalah proses kegiatan pimpinan untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana
dengan baik sesuai dengan kebijaksanaan, instruksi, rencana dan ketentuan- ketentuan yang telah ditetapkan dan yang berlaku BPPK, 2011. Sikki 1999
menyatakan pengawasan terhadap pengadaan dan pemeliharaan barang meliputi segi perencanaan penentuan kebutuhan barang dan penanganannya, standarisasi
dan normalisasi barang, prosedur pengadaan barang dan jasa, tugas-tugas kepanitiaan serta kelengkapan dokumen yang diperlukan dalam pembayaran harga
barangpekerjaan dengan mempedomani ketentuan yang berlaku. Menurut Sikki 1999 pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen
mutlak diperlukan dalam pengelolaan administrasi barang, karena dengan pengawasan akan sangat menentukan apakah terjadi kemajuan untuk tercapainya
suatu tujuan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Setiap kesenjangan yang terjadi antara rencana dan pelaksanaan pengurusan barang pada bagian-bagian
tertentu dari keseluruhan organisasi akan lebih mudah dipecahkan apabila diketahui secara dini dari pada menunggu setelah terjadi sesuatu masalah yang
serius. Baiknya penerapan teknik pengawasan akan memberikan informasi yang cepat yang selanjutnya dapat diambil langkah-langkah perbaikan agar tidak
menyimpang dari rencana. Untuk mengukur dan menilai prestasi yang dicapai diperlukan alat
pembanding yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Standarisasi harga dan barang yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang, sebagai pedoman dalam penyusunan rencana kegiatan.
2. Setiap unit kerja atau bagian dalam organisasi apakah memuatmenyusun perencanaan kebutuhan barang dengan memperhatikan aktivitas-aktivitas yang
akan dilakukan serta dapat terlaksana secara teratur dan dengan tujuan tertentu, menghilangkan pekerjaan yang tidak produktif, dapat menjadi alat pengukur
hasil-hasil yang dicapai dan memberikan suatu landasan pokok untuk fungsi- fungsi lainnya terutama fungsi pengawasan. Rencana kerja yang dibuat oleh
setiap unit harus dilegalisasi pimpinan organisasi agar mempunyai dasar hukum pelaksanaannya.
3. Dokumen pelaksanaan pengadaan barangjasa seperti kwitansi tagihan, faktur, surat pesanan, perjanjian, berita acara pemeriksaan dan penerimaan barang.
4. Laporan-laporan tertulis dari hasil pengawasan intern dan pengawasan ekstern. 5. Peraturan-peraturan, keputusan, instruksi yang ditetapkan pimpinan organisasi.
Sholeh dan Rochmansjah 2010 menyatakan pengawasan yang ketat perlu dilakukan sejak tahap perencanaan hingga pengawasan aset. Dalam hal ini peran
serta masyarakat dan DPRD serta auditor internal sangat penting. Keterlibatan auditor internal dalam proses pengawasan ini sangat penting untuk menilai
konsistensi antara praktik yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan standar yang berlaku. Selain itu, auditor internal juga penting keterlibatannya untuk
menilai kebijakan akuntansi yang diterapkan menyangkut pengakuan aset, pengukurannya dan penilaiannya. Pengawasan diperlukan untuk menghindari
Universitas Sumatera Utara
penyimpangan dalam setiap fungsi pengelolaanmanajemen aset daerah. Sistem dan teknik pengawasan perlu ditingkatkan agar masyarakat tidak mudah dikelabui
oleh oknum-oknum yang hendak menyalahgunakan kekayaan milik daerah. Karakteristik pengawasan adalah sebagai berikut: 1 berorientasi kepada
perbaikan; 2 penemuan fakta-fakta atas setiap permasalahan; 3 bersifat preventif; 4 pengawasan adalah sarana dan bukan tujuan; 5 pendekatan pada
masa sekarang aktual; 6 efisiensi pelaksanaan kegiatan pengawasan; 7 tindak lanjut hasil pengawasan; 8 dan bersifat pembinaan. Dalam hal ini pengawasan
lebih bersifat koordinatif, partisipatif, dan konsultatif guna memberikan solusi atas masalah dan hambatan yang dihadapi auditan dalam mencapai tujuan,
BPPK, 2011. Menurut BPPK 2011, pengendalian intern secara luas merupakan suatu
proses yang dipengaruhi dan melibatkan tidak hanya pada tingkat pimpinan tertinggi tetapi seluruh sumber daya manusia dalam organisasi bersangkutan.
Pengendalian intern tersebut dirancang untuk memberikan jaminan yang memadai dalam rangka pencapaian tujuan yang ditetapkan. Jaminan yang diberikan tidak
bersifat mutlak satu dan lain hal terutama adanya unsur ketidakpastian dimasa datang yang tidak jarang sulit diprediksi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan sistem pengendalian intern adalah
proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan
Universitas Sumatera Utara
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan. Agar pengelolaan barang milik daerah dapat berjalan dengan tertib dan
optimal maka tahapan perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian perlu dilakukan dalam satu kesatuan sistem. Perencanaan yang tepat
bertujuan agar penggunaan anggaran dalam hal pengelolaan barang milik daerah dilakukan secara efisien, efektif dan ekonomis. Pelaksanaan secara efisien dan
efektif bertujuan agar pengelolaan barang milik daerah dilakukan secara baik dan benar yaitu profesional, transparan dan akuntabel sehingga barang milik daerah
tersebut memberikan manfaat baik itu untuk jalannya roda pemerintahan maupun untuk kesejahteraan masyarakat. Adanya pembinaan, pengawasan dan
pengendalian diperlukan untuk menghindari penyimpangan dari peraturan yang berlaku dalam setiap tahapan pengelolaan barang milik daerah.
2.2 Review Peneliti Terdahulu Theoretical Mapping