Hukum Islam Dasar Hukum Pengangkatan Anak

27 2. Mengangkat anak dengan pengertian anak tersebut putus hubungan keturunan nasab dengan ayah dan ibu kandungnya adalah bertentangan dengan syariat Islam. 3. Adapun pengangkatan anak dengan tidak mengubah status nasab dan agamanya, dilakukan atas rasa tanggung jawab sosial untuk memelihara, mengasuh, dan mendidik mereka dengan penuh kasih sayang seperti anak sendiri adalah perbuatan yang terpuji dan termasuk amal salih yang dianjurkan oleh agama Islam. 4. Pengangkatan anak Indonesia oleh warga Negara asing selain bertentangan dengan UUD 1945 juga merendahkan martabat bangsa. 35

D. Tujuan Pengangkatan Anak

Pengangkatan anak dikalangan masyarakat Indonesia mempunyai beberapa tujuan dan motivasi diantaranya: 1. Untuk meneruskan keturunan, bilamana di dalam suatu perkawinan tidak memperoleh keturunan. 2. Sebagai pancingan di jawa yakni dengan mengangkat anak, keluarga yang mengadopsi akan dikarunia anak kandung sendiri. 36 Atau dengan mengangkat anak akan mungkin ketularan mendapat anak kandung. 37 35 Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975, Jakarta: Erlangga, 2011, h. 333. 36 Sudharyo Soimin, Hukum Orang dan Keluarga: Perspektif Hukum Perdata Barat BW, Hukum Islam, dan Hukum Adat, Jakarta: Sinar Grafika,2004. H. 172. 28 3. Menambah jumlah keluarga, dengan maksud agar si anak angkat mendapat pendidikan yang baik, sebagai misi kemanusiaan dan pengalaman ajaran agama. 38 4. Pengangkatan anak ini dilakukan guna memenuhi instingtif manusia yang berkehendak menyalurkan kasih sayangnya kepada anak yang dirasakan akan merupakan kelanjutan hidupnya. 39 5. Untuk mensejahterakan anak dan melindunginya dari kekerasan dan diskriminasi serta memberikan kehidupan yang layak bagi seorang anak dengan memberikan perhatian dan kasih sayang, tanpa menjadikannya sebagai anak kandung sendiri diperbolehkan dalam Islam. Alasan –alasan orang melakukan pengangkatan pengangkatan anak adalah bermacam- macam, tetapi terutama yang terpenting adalah :Rasa belas kasihan terhadap anak terlantar atau anak yang orang tuanya tidak mampu memeliharanya. Tidak mempunyai anak dan ingin mempunyai anak untuk menjaga dan memeliharanya di hari tua. Untuk mempertahankan ikatan perkawinan kebahagiaan keluarga. 40 37 B. Sebastian Tafal, Pengangkatan Anak menurut Hukum Adat serta akibat-akibat hukumnya di kemudian hari, Jakarta : Rajawali, 1989, Cet. 2, h. 71. 38 Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary, Problematika Hukum Islam Kontemporer Buku Pertama, h. 147. 39 Ahmad Azhar Basyir, Kawin Campur, Adopsi, Wasiat Menurut Islam, Bandung: PT. Al- Ma’rif, 1972. H. 19. 40 Djaja. S. Meliala, Pengangkatan Anak adopsi di Indonesia, Bandung : Tarsito, 1982, h.3. 29 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengangkatan anak dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu: 1. Untuk mendapatkan atau melanjutkan keturunan keluarga orang tua angkat. 2. Untuk kesejahteraan atau kepentingan bagi anak. 3. Begitu pula dalam pengangkatan anak juga harus dilihat dari orang tua kandung anak yang akan diangkat . 41

E. Tata Cara Pengangkatan Anak di Pengadilan

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak disebutkan mengenai prosedur pengangkatan anak antar WNI yang dalam Pasal 19 menyebutkan bahwa: “Pengangkatan anak secara adat kebiasaan dilakukan sesuai dengan tata cara yang berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan”. 42 Dalam SEMA No.6 Tahun 1983 tentang penyempurnaan SEMA No. 2 Tahun 1979 tentang Pengangkatan Anak, ada beberapa tahap dan persyaratan pengangkatan anak antar warga Negara Indonesia, ataupun antar warga-negara asing, namun yang 41 Soedaryo Soimin, Himpunan Dasar Hukum Pengangkatan Anak , Jakarta: Sinar Grafika, 2000, h. 28. 42 Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departeman Hukum dan HAM RI, Peraturan Pemerintah RI Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, h. 8