49
B. Analisis bentuk kewenangan Peradilan pasca lahirnya Undang-Undang No. 3
Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
Pengadilan negeri adalah pengadilan yang bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaiakn perkara pidana dan perdata di tingkat pertama, kecuali
perundang-undangan memberikan kewenangan secara khusus kepada pengadilan lain. Pengadilan dimaksud untuk pengangkatan anak pada saat itu adalah pengadilan
negeri sebagai pengadilan tingkat pertama di lingkungan peradilan umum. Kewenangan terhadap perkara pengangkatan anak belum ada pelimpahan
kepada pengadilan lain pada saat itu, oleh karenanya semua perkara yang berkaitan dengan pengangkatan anak menjadi kewenangan pengadilan negeri.
9
Sejauh ini meskipun para pihak beragama Islam, mereka memiliki kebebasan untuk memilih hukum, dan sejauh ini perkara permohonan pengangkatan anak sudah
menjadi wewenang pengadilan negeri untuk memberikan dalam hal penetapan pengangkatan anak dan ibu hakim sejauh ini tidak mengetahui wewenang baru yang
dimiliki oleh pengadilan agama, yaitu pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam dan sejauh ini belum ada complain atau teguran dari pihak pengadilan agama dan
surat edaran mahkamah agung yang menyatakan bahwa pengadilan negeri sudah tidak berwenang untuk menerima dan memeriksa perkara pengangkatan anak.
10
9
Musthofa, Pengangkatan Anak kewengan Pengadilan Agama, h.57.
10
Wawancara pribadi dengan Femina Mustikawati, Wakil Ketua Pengadilan Negeri Wonosobo, sebagai Hakim yang memutus perkara tersebut, Wonosobo, 27 Februari 2014.
50
Menurut teori umum hukum acara perdata Peradilan umum tentang tempat pengajuan gugatan, apabila penggugat mengajukan gugatannya ke pengadilan negeri
mana saja, diperbolehkan dan pengadilan negeri tersebut masih boleh memeriksa dan mengadili perkaranya sepanjang tidak ada eksepsi keberatan dari pihak lawannya.
Juga boleh saja orang penggugat dan tergugat memilih untuk berperkara di muka pengadilan negeri mana saja yang mereka sepakati. Lihat HIR pasal 118 ayat 4. Hal
ini berlaku sepanjang tidak tegas-tegas dinyatakan lain. Pengadilan negeri dalam hal ini, boleh menerima pendaftaran perkara tersebut disamping boleh pula menolaknya.
Namun, dalam praktek, pengadilan negeri sejak dari semula sudah tidak berkenaan menerima gugatanpermohonan semacam itu, sekaligus memberikan saran ke
pengadilan negeri mana seharusnya gugatanpermohonan itu diajukan. Ketentuan umum peradilan umum tersebut berlaku juga untuk peradilan agama sebagaimana
ditunjuk oleh UU Nomor 7 Tahun 1989.
11
Bahwa terkait perbedaan kewenangan antara pengadilan negeri dan pengadilan agama harus jelas, akan tetapi selama ini pengadilan negeri wonosobo masih
menerima perkara permohonan pengangkatan anak dan untuk selanjutnya di kemudian hari perlu diadakan wacana untuk mendiskusikan tentang kewenangan
antara pengadilan negeri dan pengadilan agama, apakah oleh undang-undang memang benanr-benar menyatakan bahwa pengadilan negeri tidak berwenang untuk
menerima dan memeriksa perkara permohonan penetapan pengangkatan anak. Perlu
11
Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama Edisi Baru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, h. 26-27
51
diketahui bahwa terjadinya penggolongan kewenangan antara pengadilan negeri dan pengadilan agama, pengadilan negeri menerima dan memeriksa perkara umum seperti
pidana dan perdata, akan tetapi pengadilan agama menerima dan memeriksa perkara yang berdasarkan syariat Islam seperti perceraian yang dilakukan oleh orang yang
beragama Islam. Dalam hal permohonan pengangkatan anak, hakim men gatakan”
kalau pengadilan agama memandang syariat Islam itu berdasarkan subjek yang berdasarkan agama Islam mengapa tidak dari dulu undang-undang peradilan agama
mengatur bahwa permohonan pengangkatan anak kewenangannya dimiliki oleh pengadilan agama.
12
Pasal 63 Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan telah menegaskan dengan membagi kewenangan pengadilan agama dan pengadilan umum.
Pengadilan agama berwenang mengadili perkara bagi mereka yang beragama Islam, sedangkan pengadilan umum bagi perkara lainnya.
13
Oleh karena pengangkatan anak tidak diatur dalam Undang-Undang tersebut, maka kewenangan mengenai
pengangkatan anak meskipun dilakukan oleh mereka yang beragama Islam tetap menjadi kewengan pengadilan negeri.
Mengenai perkara pengangkatan anak belum lama menjadi kewenangan absolut Peradilan agama sejak diundangkannya UU No. 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas
12
Wawancara pribadi dengan Femina Mustikawati, Wakil Ketua Pengadilan Negeri Wonosobo, sebagai Hakim yang memutus perkara tersebut, Wonosobo, 27 Februari 2014.
13
Undang-Undang Pokok Perkawinan Beserta Peraturan Perkawinan Khusus Untuk Anggota ABRI.POLRI.PEGAWAI KEJAKSANAAN, PNS, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2007, Cet-VII, h.
20.
52
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang diumumkan pada tanggal 20 maret 2006. Pengadilan Agama secara yuridis format telah memiliki
kewenangan untuk memeriksa dan mengadili permohonan pengangkatan anak sesuai dengan hukum Islam.
14
Sebelum adanya Undang-Undang No.3 Tahun 2006, perkara pengangkatan anak hanya menjadi kewenangan absolut Pengadilan Negeri.
Penetapan pengangkatan anak tidak bersifat sengketa, sehingga kata “antara”
dalam kewenangan penetapan pengangkatan anak ini tidak dapat dimaknai demikian. Permohonan pengangkatan anak hanya ada satu pihak yaitu pihak pemohon. Asas
personalitas keislaman diukur dari pihak pemohon. Apabila orang yang beragama Islam akan melakukan pengangkatan anak, maka menjadi kewenangan pengadilan
agama. Analisis penulis, setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang diumumkan pada tanggal 20 maret 2006, ada satu penambahan
kewenangan sub bidang perkawinan, yaitu pengangakatan anak berdasarkan hukum Islam sebagaiman disebutkan dalam Penjelasan Pasal 49 Huruf a angka 20, dan
kewenangan ini tidak disebutkan dalam Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1989. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 merupakan kewenangan Absolut dari
Pengadilan Agama yang masih berlaku sampai sekarang, dan dalam Undang-Undang nomor 50 Tahun 2009 amandemen ketiga tentang Peradilan Agama bahwa
14
Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia :Gemuruhnya Politik Hukumhk. Islam, Hk. Barat,dan Hk, Adat dalam Rentang Sejarah Bersama PasangSsurut Lembaga Peradilan Agama
hingga lahirnya Peradilan Syariat Islam, Jakarta: Kencana, 2006, Cet-2, h. 263.