52
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang diumumkan pada tanggal 20 maret 2006. Pengadilan Agama secara yuridis format telah memiliki
kewenangan untuk memeriksa dan mengadili permohonan pengangkatan anak sesuai dengan hukum Islam.
14
Sebelum adanya Undang-Undang No.3 Tahun 2006, perkara pengangkatan anak hanya menjadi kewenangan absolut Pengadilan Negeri.
Penetapan pengangkatan anak tidak bersifat sengketa, sehingga kata “antara”
dalam kewenangan penetapan pengangkatan anak ini tidak dapat dimaknai demikian. Permohonan pengangkatan anak hanya ada satu pihak yaitu pihak pemohon. Asas
personalitas keislaman diukur dari pihak pemohon. Apabila orang yang beragama Islam akan melakukan pengangkatan anak, maka menjadi kewenangan pengadilan
agama. Analisis penulis, setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang diumumkan pada tanggal 20 maret 2006, ada satu penambahan
kewenangan sub bidang perkawinan, yaitu pengangakatan anak berdasarkan hukum Islam sebagaiman disebutkan dalam Penjelasan Pasal 49 Huruf a angka 20, dan
kewenangan ini tidak disebutkan dalam Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1989. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 merupakan kewenangan Absolut dari
Pengadilan Agama yang masih berlaku sampai sekarang, dan dalam Undang-Undang nomor 50 Tahun 2009 amandemen ketiga tentang Peradilan Agama bahwa
14
Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia :Gemuruhnya Politik Hukumhk. Islam, Hk. Barat,dan Hk, Adat dalam Rentang Sejarah Bersama PasangSsurut Lembaga Peradilan Agama
hingga lahirnya Peradilan Syariat Islam, Jakarta: Kencana, 2006, Cet-2, h. 263.
53
kewenangan pengadilan agama dalam pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam tidak dirubah. Dengan adanya UU No, 3 Tahun 2006 maka kewenangan Pengadilan
Negeri dalam menerima dan memeriksa dalam pengangakatan anak bagi warga yang beragama Islam sudah tidak menjadi kewenangannya Pengadilan Negeri, akan tetapi
ada beberapa hakim Pengadilan Negeri yang belum mengetahui adanya Undang- Undang tersebut, dan sebagai solusinya oleh karenanya perlu adanya sosialisasi
mengenai Undang-Undang tersebut ke berbagai Pengadilan Negeri yang dilakukan oleh Mahkamah Agung sebagai Peradilan tertinggi dari peradilan negeri dan
Peradilan Agama, dan supaya ada ketegasan mengenai pembagian kewenangan antara Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama dalam pengangkatan anak.
C. Analisis Dasar Pertimbangan hakim dalam menetapkan Perkara
No.151Pdt.P2013PN. Wnsb.
Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan
terjadi secara terhormat sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk yang berkehormatan. Pergaulan hidup rumah tangga dibina dalam suasana damai, tentram,
dan rasa kasih sayang antara suami dan istri. Anak keturunan dari hasil perkawinan yang sah menghiasi kehidupan keluarga sekaligus merupakan kelangsungan hidup
manusia secara bersih dan berkehormatan.
15
Keluarga mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat kecil yang terdiri dari seorang
15
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Press,1999, h. 1.
54
ayah, ibu, dan anak akan tapi tidak selalu ketiga unsur ini terpenuhi, karena ada keluarga yang tidak mempunyai atau belum mempunyai anak. Sebab seorang anak
merupakan generasi muda penerus bangsa yang memiliki peran penting dan vital serta untuk menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan Negara di masa depan.
Oleh karena itu, apabila ada keluarga, suku atau kerabat yang khawatir menghadapi kenyataan tidak mempunyai anak, maka berbagai usaha akan dilakukan.
Untuk menghindari hal tersebut, salah satu usaha yang mereka lakukan adalah mengangkat anak.
Dalam perkara pengangkatan anak Nomor 151Pdt.P2013PN.Wnsb yang ditangani oleh Pengadilan Negeri Wonosobo, hal ini telah sesuai dengan pasal 39 UU
No. 23 tahun 2002 .
16
Maka dalam mempertimbangkan permohonan yang diajukan oleh para pemohon, maka dasar hukum dalam menetapkan perkara seorang hakim merujuk
pada Pasal 39 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak menyebutkan bahwa pengangkatan anak hanya dapat dilakukan
untuk kepentingan yang terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan hukum adat kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
17
Adapun pengertian anak sebagaimana dimaksudkan dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tersebut, Pasal 1 angka 1 disebutkan, anak adalah seorang
yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak dalam kandungan.
16
Lihat Pasal 39 undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
17
Lihat Pasal 39 undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
55
Bahwa disamping diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, mengenai pengangkatan anak Hakim Pengadilan Negeri Wonosobo juga merujuk
pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 54 Tahun 2007 tentang pelaksanaan pengangkatan anak, dimana diatur dalam pasal 12 dan 13 dari peraturan
pemerintah tentang syarat anak angkat dan orang tua angkat.
18
Berdasarkan pada proses pembuktian dalam persidangan, majelis hakim juga sudah mengacu pada SEMA Nomor 6 Tahun 1983 Jo. Surat Edaran MA RI Nomor 2
Tahun 1979 Tentang pengangkatan anak .
19
Dengan mengacu pada peraturan tentang persyaratan bagi calon orang tua angkat diatas, perkara pengangkatan anak tersebut telah sesuai dengan Pasal 13 point
a sampai PP No.54 Tahun 2007 tentang pelaksanaan pengangkatn anak. Akan tetapi dalam Pasal 6 ayat 10 dan 2 PP No.54 Tahun 2007 tentang pelaksanaan pengangkatan
anak juga menyatakan bahwa ”orang tua angkat wajib memberitahukan kepada anak
angkatnya mengenai asal-usulnya dan orang tua kandungnya dengan memperhatikan kesiapan anak yang bersangkutan”.
Hakim pengadilan negeri wonosobo yang memeriksa perkara permohonan pengangkatan anak tersebut dalam menetapkan perkara tersebut, sebelumnya
menimbang berdasarkan keterangan saksi yang dihubungkan dengan surat-surat bukti dan melihat aturan-aturan yang mengatur tentang pengangkatan anak, pertimbangan
18
Lihat PP No.54 Tahun 2007 Tentang Pengangkatan Anak dan Syarat bagi Orang Tua Angkat.
19
Lihat SEMA Nomor 6 Tahun 1983 Jo.Surat Edaran MA RI Nomor 2 Tahun 1979 Tentang Pengangkatan Anak.
56
hakim pemeriksa bahwa landasan hukum yang dipakai adalah aturan mengenai aturan perlindungan anak yaitu dalam pasal 39 uu nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak. Mengenai pengangkatan anak telah pula diatur dalam peraturan pemerintah PP No. 54 tahun 2007 tentang pelaksanaan pengangkatan anak dimana
diatur dalam pasal 12 dari pp tersebut, dan mengingat surat edaran mahkamah agung nomor 6 tahun 1983 tentang pengangkatan anak. Bahwa pengangkatan anak hanya
dapat dilakukan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak, bahwa calon anak angkat harus seagama dengan agam yang dianut oleh calon anak angkat, dan apabila asal
usul anak tidak diketahui maka agama anak disesuaikan dengan agama mayoritas penduduk setempat, bahwa pengangkatan anak oleh Warga Negara Asing hanya
dapat dilakukan sebagai upaya terakhir ultitum remedium.
20
Dalam surat permohonan pada kasus ini tidak terdapat dalil bahwa pemohon wajib memberitahukan status anak yang akan diangkat. Bahkan dalam pasal 13 huruf
k, j dan m menyatakan perlunya laporan sosial bahwa calon orang tua angkat itu telah mengasuh anak angkat tersebut sejak izin pengasuhan diberikan dan memperoleh izin
menteri danatau kepala instansi sosial.
21
Ketentuan diatas, tidak terlaksana dalam kasus ini. Hal ini dikarenakan pengangkatan anak dilakukan oleh pemohon secara
langsung. Hakim seharusnya memerintahkan dinas sosial setempat untuk melakukan pengecekan. Tetapi, dalam kasus ini hakim mengeluarkan penetapan tanpa
20
Wawancara pribadi dengan Femina Mustikawati, Wakil Ketua Pengadilan Negeri Wonosobo, sebagai Hakim yang memutus perkara tersebut, Wonosobo, 27 Februari 2014.
21
Lihat Pasal 13 PP. No.54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak Jo. Pasal 7 PERMENSOS RI No. 110HUK2009 tentang Persyaratan Pengangkatan Anak.