Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

4 berdasarkan hukum Islam disini adalah bahwa tata cara pengangkatan yang ada di Peradilan Agama berdasarkan hukum Islam yang akibat hukumnya tidak menasabkan atau tidak memberi status anak tersebut menjadi anak kandung dan merupakan ketentuan yang sesuai dengan hukum Islam. Pasal 171 huruf h Kompilasi Hukum Islam mengatur mengenai pengangkatan anak menurut hukum Islam. Memberikan pengertian bahwa” anak angkat adalah anak yang dalam hal pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan pengadilan”. 10 Sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 yang telah diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama ruang lingkup kewenangan absolute Peradilan Agama untuk memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dan dalam hal ini pun termasuk masalah pengangkatan anak. Akan tetapi sejak lahirnya Undang-Undang tersebut masih ada masyarakat atau pegawai pengadilan negeri yang masih menerima bahkan telah memberikan putusanpenetapan kepada orang yang beragama Islam termasuk hal permohonan pengangkatan anak, padahal itu sudah tidak berlaku lagi untuk Pengadilan Negeri. Oleh karena itu, berawal dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menganalisa lebih jauh dengan melakukan penelitian dengan mengangkat judul 10 Republik Indonesia, Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991, tentang Kompilasi Hukum Islam, Pasal 171 huruf h. 5 Pengangkatan Anak Bagi Warga Muslim di Pengadilan Negeri Pasca Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2006 Analisis Penetapan Nomor: 151 Pdt.P2013PN.Wnsb. B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Studi ini difokuskan pada kajian peran Peradilan Umum terhadap pengangkatan anak, serta di mana letak persinggungan wewenang Peradilan Umum dengan Peradilan Agama terhadap pengangkatan anak. Khususnya pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. Studi ini difokuskan untuk mencoba menjelaskan tentang kewenangan Peradilan Agama setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, dalam hal ini lebih khusus mengenai kewenangan menangani perkara pengangkatan anak. Yang dimaksud kewenangan disini adalah kewenangan mengenai memeriksa, mengadili serta menyelesaikan perkara antar orang-orang yang beragama Islam atau orang dan badan hukum yang dengan sukarela menundukkan diri kepada hukum Islam mengenai hal-hal yang menjadi kompetensi absolut peradilan agama sesuai dengan penjelasan Pasal 49 Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. 6

2. Rumusan Masalah

Menurut Peraturan bahwa pengangkatan anak merupakan kewenangan absolut Peradilan Agama, akan tetapi kenyataan di lapangan, masih ada Peradilan Negeri mengambil hak absolut Peradilan Agama tentang Pengangkatan Anak. Berdasarkan rumusan tersebut penulis merinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimana bentuk kewenangan Peradilan Negeri dalam perkara pengangkatan anak pasca lahirnya Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama ? b. Apa landasan hukum yang dijadikan sebagai pertimbangan hukum oleh hakim Pengadilan Negeri Wonosobo dalam memutus perkara pengangkatan anak bagi pemohon yang beragama islam ? c. Bagaimana dampak hukum pengangkatan anak bagi warga muslim di Pengadilan Negeri khususnya Pengadilan Negeri Wonosobo?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bentuk kewenangan Peradilan Negeri dalam pengangkatan anak, pasca lahirnya Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. 7 b. Untuk mengetahui landasan hukum sebagai pertimbangan hukum yang digunakan hakim Pengadilan Negeri Wonosobo dalam memutus perkara pengangkatan anak bagi pemohon yang beragama Islam. c. Untuk mengetahui dampak hukum pengangkatan anak bagi warga muslim di Pengadilan Negeri khususnya Pengadilan Negeri Wonosobo.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini di kualifikasi menjadi dua manfaat yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut dijabarkan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a Menambah wawasan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada bidang hukum keluarga mengenai konsep pengangkatan anak di dalam Islam. b. Memiliki gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan dari pengangkatan anak dan akibat hukumnya melalui Pengadilan. c. Memberikan konsepsi teoritis mengenai hal ihwal yang berkaitan dengan hukum permasalahan pengangkatan anak. d. Menjadikan konstruksi pengangkatan anak dan varianya sebagai dialog intelektual akademis. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai wujud kontribusi positif penulis terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada bidang hukum dan ilmu perundang-undangan di Indonesia. 8 b. Memberikan satu karya ilmiah yang bermanfaat bagi civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. c. Sebagai bahan acuan bagi masyarakat umum untuk mewujudkan kepastian hukum dalam pengangkatan anak di Pengadilan Agama. D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yakni proses penelitian yang difokuskan untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dijadikan sumber informasi dan perilaku yang dapat diamati 11 , untuk penganalisaan data secara non- statistik.

2. Metode Pendekatan

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif yakni dengan kajian perundang-undangan statute approach. Dengan pendekatan ini dilakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian ini. 12

3. Sumber data

11 Nurul Zuhriah, Metedologi penelitian Sosial dan Pendidikan :Teori- Aplikasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007, Hal. 92. 12 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif Jakarta: Bayumedia, 2008, h. 295 dan 302. 9 Data yang digunakan terdiri dari data primer, sekunder, dan tersier. 13 Data primer terdiri dari beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut: a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan b. Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak d. Undang-Undang Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum e. Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 1 Tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam f. Surat Edaran Mahkamah Agung No. 6 Tahun 1983 tentang penyempurnaan Surat Edaran No. 2 tahun 1979 mengenai pengangkatan anak. g. Penetapan Pengadilan Negeri Wonosobo Nomor 151 Pdt.P2013PN.Wnsb. Data sekunder 14 bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini yaitu hasil karya dari para 13 Johnmy Ibrahim membagi sumber data pada penelitian yuridis normative menjadi 3 tiga macam, yakni sumber primer, sekunder, dan tersier. Di mana sumber primer merupakan bahan hukum yang diurut berdasar hierarki perundang-undangan, sumber sekunder adalah bahan dan data yang didapatkan dari buku-buku, jurnal-jurnal, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi, dan hasil symposium mmutakhir yang berkaitan dengna topic penelitian. Adapun sumber tersier merupakan bahan hukum yang member petunjuk atau penjelasan terhadap ban\han hukum primer dan juga sekunder. Lihat Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Bayumedia, 2008, h. 295-296, lihat juga Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2007, h. 144-146. 14 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h. 52.