Kewenangan Absolut dan Relatif Pengadilan

39 dan 2 UU. No. 4 Tahun 2004 yang telah dirubah dengan Undang-Undang no. 48 tahun 2009 Tentang kekuasaan Kehakiman: 3 Peradilan umum diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986. Pasal 2 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2004 tersebut menentu kan: “ Peradilan Umum adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya.” 4 Pengadilan Negeri berkedudukan di ibu kota kabupatenkota, dan daerah hukumnya meliputi wilayah kabupatenkota. Pembinaan teknis peradilan, organisasi, administrasi dan financial pengadilan dilakukan oleh Mahkamah Agung.Pembinaan tersebut tidak boleh mengurangi kekuasaan hakim dalam memeriksa dan memutus perkara. 5 Menurut Pasal 14 ayat 2 UU No. 8 Tahun 2004 Tentang Peradilan Umum tersebut, untuk dapat diangkat menjadi hakim, seseorang harus lebih dahulu menjadi pegawai negeri yang terdaftar sebagai calon hakim. Namun dalam pasal 12 ayat 1, 3 Bagir Manan, Suatu Tinjauan Terhadap Kekuasaan Kehakiman Indonesia dalam Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2004, Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2005, h. 88. 4 Dalam penjelasan pasal ini dinyatakan disamping Pengadilan Umum yang berlaku bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya mengenai perkara perdata dan pidana, pelaku kekuasaan kehakiman lain yang merupakan peradilan khusus bagi golongan rakyat tertentu, yaitu Pengadilan Agama, Pengadilan Militer, Pengadilan Tata Usaha Negara. Yang dimaksud dengan rakyat mencari keadilan adalah setiap orang baik warga Negara Indonesia maupun orang asing yang mencari keadilan pada pengadilan di Indonesia. 5 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 Pasal 4 ayat 1, Pasal 5 ayat 1 dan 2, pasal 13 aayat 1 dan 2. 40 dinyatakan bahwa hakim pengadilan adalah pejabat yang melakukan tugas kekuasaan kehakiman. 6 Hakim diangkat dan diberhentikan oleh Presiden selaku Kepala Negara atas usul Menteri Kehakiman berdasarkan persetujuan Ketua Mahkamah Agung.Ketua dan Wakil pengadilan diangkat oleh Ketua Mahkamah Agung.Tentang pemberhentian dengan hormat diatur dalam pasal tersendiri.

B. Ruang Lingkup Kewenangan Peradilan Negeri

Berbicara tentang kekuasaan Peradilan dalam kaitannya dengan Hukum Acara Perdata, biasanya menyangkut dua hal, yaitu tentang “Kekuasaan Relatif” dan “Kekuasaan Absolut”, sekaligus dibicarakan pula didalamnya tentang tempat mengajukan gugatanpermohonan serta jenis perkara yang menjadi kekuasaan Pengadilan. 7 Kompetensi absolut adalah kewenangan pengadilan untuk mengadili berdasarkan materi hukumhukum materi. 8 Sedangkan Kompetensi relatif adalah kekuasaan mengadili berdasarkan wilayah atau daerah. Kewenangan Pengadilan Agama sesuai tempat dan kedudukannya. Di dalam Pasal 50 UU No.8 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang- Undang No.2 Tahun 1986 tentang peradilan umum yang bahwasanya menyatakan“ Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan 6 Jaenal Arifin, Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia, h. 228. 7 Erfaniah Zuhriah, Peradilan Agama di Indonesia dalam Rentang Sejarah dan Pasang Surut, Malang: UIN- Malang Press, 2008, h.193. 8 Musthofa, Kepaniteraan Pengadilan Agama, Jakarta: Kencana, 2005, h. 9. 41 perkara pidana dan perdata di tingkat pertama.” 9 Jadi dapat diberikan sebuah kesimpulan dasar dan mempunyai maksud bahwa Peradilan negeri bahwa semua perkara pidana maupun perdata menjadi kewenangan peradilan umumasas lex generalis. 10 Akan tetapi ada ketentuan lain dalam undang-undang yang menentukan bahwa terhadap perkara-perkara tertentu menjadi kewenangan peradilan dalam lingkungan peradilan khusus yang dinamakan dengan asas lex specialis. Maka apabila kedua asas tersebut berhadapan maka secara lex specialis asas ketentuan khusus tersebutlah yang lebih diutamakan. 11 Arti penting suatu daerah hukum bagi Pengadilan Negeri adalah hubungan dengan kewenangan nisbi kompetensi relatif dalam mengadili suatu perkara. Yang berwenang mengadili suatu perkara pidana adalah Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat terjadinya suatu tindak pidana locus delicti.Dalam perkara perdata, daerah hukum Pengadilan Negeri berat hubunganyya dengan tempat tinggal penggugat dan tergugat dalam hal pengajuan gugatan. 12 9 Republik Indonesia, Undang-Undang Peradilan Umum dan PTUN Tahun 2004, Jakarta: CV. Tamita Utama, 2004, h. 48. 10 Ahmad kamil dan M fauzan “ Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2008, h.1 liat juga Yahya Harahap, “ Hukum Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan”, Jakarta: Sinar Grafika, 2010 h. 189. 11 Ahmad kamil dan Fauzan, “ hukum perlindungan dan pengangkatan anak di Indonesia h.1 liat juga yahya harahap, “ hukum perdata tentang gugatan, persidangan, penyitaan, pembuktian, dan putusan pengadilan”, h. 1. 12 Wantjik Saleh, Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi, dan Pengadilan Negeri, Jakarta: Bina Aksara, 1981, h. 207.