liv pandangan yang lebih lengkap tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja dari sudut pandang yang berbeda dan sering kali atas sebuah dasar multi-dimensional Dharma, 2009
Kegiatan pengukuran dalam proses manajemen adalah sangat penting. Pengukuran kinerja adalah suatu proses mengkuantifikasikan secara akurat
dan valid tingkat efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan yang telah terealisasi dan membandingkannya dengan tingkat prestasi yang direncanakan Susilo,
2002:28 dalam Daryatmi 2005. Untuk itu seorang atasan perlu mempunyai ukuran kinerja para
karyawan supaya tidak timbul suatu masalah. Inforamasi tentang kinerja karyawan juga diperlukan pula bila suatu saat atasan ingin mengubah sistem
yang ada. Kita sering terjebak untuk menilai seseorang berkinerja buruk, padahal sistem atau peralatan yang digunakan yang tidak memenuhi syarat.
Seperti telah dijelaskan di muka bahwa yang memegang peranan penting dalam suatu organisasi tergantung pada kinerja pegawainya. Agar pegawai
dapat bekerja sesuai yang diharapkan, maka dalam diri seorang pegawai harus ditumbuhkan motivasi bekerja untuk meraih segala sesuatu yang diinginkan.
Apabila semangat kerja menjadi tinggi maka semua pekerjaan yang dibebankan kepadanya akan lebih cepat dan tepat selesai. Pekerjaan yang
dengan cepat dan tepat selesai adalah merupakan suatu prestasi kerja yang baik.
G. Hubungan Variebel Independen dengan Variabel Dependen
1. Hubungan motivasi terhadap kinerja
lv Motivasi terbentuk dari sikap attitude seorang pegawai dalam
menghadapi situasi situation kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi
tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai
untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap secara psikofisik siap secara
mental, fisik, tujuan, dan situasi. Artinya, seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama, dan target kerja yang akan
dicapai, mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja. Menurut
McClelland 1987
dalam Mangkunegara
2005:68 berpendapat bahwa ada hubungan positif antara motif berprestasi dengan
pencapaian kinerja. Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri pegawai untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya
agar mampu mencapai prestasi kerja kinerja dengan predikat terpuji. Dalam jurnalnya Daryatmi 2005 menyatakan bahwa motivasi
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap produktifitas karyawan. Dan pemberian motivasi karyawan baik yang berupa motivasi finansial
maupun non finansial ternyata mempengaruhi produktifitas kerja karyawan.
2. Hubungan tindakan supervisi terhadap kinerja
Dalam Mangkunegara 2005:19 menjelaskan bahwa analisa jabatan yang berasumsi bahwa uraian pekerjaan akan menjadi lebih bermanfaat jika
uraian tersebut memperjelas harapan-harapan organisasi kepada para pekerja
lvi dan berkaitan antara tugas-tugas, standar-standar, kecakapan-kecakapan dan
kualifikasi-kualifikasi minimal. Analisa jabatan ini memuat keterangan yang berkisar pada pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Task. Perilaku, kewajiban atau fungsi apa yang penting bagi suatu pekerjaan?
b. Condition. Bagaimana sifat dasar pekerjaan, atau syarat-syarat apa yang diperlukan agar pekerjaan itu terlaksana? Petujuk tertulis apa atau
instruksi supervisor apa yang tersedia untuk membantu pekerja dalam melaksanakan tugas tertentu?
c. Standars. Harapan performansi objektif apa yang diberikan pada setiap tugas, yang dituangkan menurut ketentuan standar kuantitas, kualitas,
atau ketepatan waktu yang benar-benar dikaitan dengan tugas organisasi?
d. SKAs skill, knowledges, and abilities. Kecakapan apa, pengetahuan dan kemampuan apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap tugas
pada standar minimal yang diterima? e. Qualifications. Pendidikan, dan pengalaman yang bagaimana, serta
kualifikasi-kualifikasi lain yang bagaimana yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa para pekerja mempunyai SKAs yang diperlukan
bagi pelaksanaan tugasnya. Uraian pekerjaan yang berorientasi hasil menguraikan harapan-harapan
organisasi yang jelas kepada para karyawan dan sekaligus mendorong para
lvii supervisor dan para pekerja untuk mengetahui bahwa baik standar maupun
imbalan bergantung pada persyaratan condition tertentu. Menurut Mulianto 2006:3 menyatakan bahwa seorang supervisor tidak
menangani sendiri secara fisik pekerjaan, tetapi mengarahkan, membimbing, melatih, dan memotivasi bawahannya untuk memberikan kontribusi secara
optimal. Di samping itu, seorang supervisor juga perlu menciptakan iklim kerja yamh membuat karyawan bekerja dengan tenang dan bersemangat
sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja. Penelitian yang dilakukan Hidayat 2008 tentang motivasi, tindakan
supervisi dan komitmen organisasi pengaruhnya terhadap kepuasan kerja auditor junior. Hasilnya menyatakan bahwa tindakan supervisi berpengaruh
positif terhadap kepuasan kerja auditor. Begitu juga dengan penelitian Supriatiningsih 2008 mengaitkan tindakan supervisi, komitmen organisasi
dan komitmen profesi terhadap kepuasan kerja dengan motivasi sebagai variabel intervening. Dan hasilnya tindakan supervisi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja auditor.
3. Hubungan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja