xlii penugasan keseluruhan serta senatiasa mengawasi auditor junior
sampai penugasan selesai. 2 Mendistribusikan tugas dan beban secara adil dan sesuai dengan
tingkat kemampuan auditor junior. 3 Meminimalkan stress yang berkaitan dengan pekerjaan.
c. Supervisi hendaknya memberikan penugasan yang menantang dan menstimulus terselesaikannya tugas. Rincian aktivitas yang disarankan
AECC adalah: 1 Supervisor
mendelegasikan tanggung
jawab sesuai
dengan kemampuan dan kesiapan auditor junior.
2 Memaksimalkan kesempatan auditor junior untuk menggunakan kemampuan verbal, baik lisan maupun tulisan, berpikir kritis dan
menggunakan teknik analitis serta membantu auditor junior untuk meningkatkan kemampuan tersebut.
E. Budaya Organisasi
Dalam beberapa literatur pemakaian istilah corporate culture biasa diganti dengan istilah organization culture. Kedua istilah ini memiliki pengertian yang
sama. Moeljono Djokosantoso 2003:17 dalam Soedjono 2005 menyatakan bahwa budaya korporat atau budaya manajemen atau juga dikenal dengan istilah
budaya kerja merupakan nilai-nilai dominan yang disebar luaskan didalam organisasi dan diacu sebagai filosofi kerja karyawan.
1. Pengertian Budaya Organisasi
xliii Robbins 2001:528 dalam Koesmono 2005 mendefinisikan budaya
organisasi sebagai berikut: “Organizational culture as an intervening variable. Employees form an
overall subjective perception of the organization based on such factor as degree of risk tolerance, team emphasis and support of people. This
overall perception becomes, in effect, the organization culture or personality. These favorable or unfavorable perception then affect
employee performance and satisfaction, with the impact being greater for stronger culture”.
Susanto 1997:3 dalam Soedjono 2005 memberikan definisi budaya organisasi sebagai:
“Nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke
dalam perusahaan sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus bertindak
atau berperilaku”.
Robbins 2006:721 mendefinisikan bahwa: Budaya organisasi merupakan suatu persepsi bersama yang dianut oleh
anggota-anggota organisasi, dan merupakan suatu sistem makna bersama.
Glaser et al. 1987 dalam Koesmono 2005 menyatakan bahwa: Budaya organisasi seringkali digambarkan dalam arti yang dimiliki
bersama. Pola-pola dari kepercayaan, simbol-simbol, ritual-ritual dan mitos-mitos yang berkembang dari waktu ke waktu dan berfungsi
sebagai perekat yang menyatukan organisasi.
Hofstede 1986:21 dalam Soedjono 2005 mendefinisikan budaya organisasi;
Budaya merupakan berbagai interaksi dari ciri-ciri kebiasaan yang mempengaruhi kelompok-kelompok orang dalam lingkungannya.
Pendapat Bliss 1999 dalam Koesmono 2005 mengatakan bahwa:
xliv Didalam budaya terdapat kesepakatan yang mengacu pada suatu sistem
makna secara bersama, dianut oleh anggota organisasi dalam membedakan organisasi yang satu dengan yang lainnya.
Kotter dan Heskett 1992 dalam Soedjono 2005 menyatakan bahwa: Budaya mempunyai kekuatan yang penuh, berpengaruh pada individu
dan kinerjanya bahkan terhadap lingkungan kerja. Dari definisi-definisi yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa budaya
organisasi adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong yang
membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi, kemudian tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita,
pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja.
2. Sumber Budaya Organisasi